Aku Pergi Untuk Menjaga Hati - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 Aku Pergi Untuk Menjaga Hati

Nama : Rita Septiana


Aditya sedang berjalan menuju masjid untuk melaksanakan shalat dhuha, namun sesampainya di sana matanya tidak sengaja melihat seorang wanita yang sedang khusyu’ berdoa di masjid tersebut.  Tak lama setelah Adi memandangi wanita tersebut, wanita itupun meneteskan air mata dan ia pun terkejut dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada wanita itu, mengapa dia menangis ? 


Aditya memanglah sosok pemuda yang berhati lembut, menghormati wanita dan sangat menyayangi ibunya jadi wajar saja dia langsung bersimpati ketika melihat seorang wanita yang sedang menangis tadi. Namun Aditya langsung sadar dan dan memalingkan pandangannya, ia beristighfar “Astaghfirullahal’adzim apa yang sedang aku lakukan? Aku telah memandang kepada wanita yang bukan mahram untukku, maafkan hambamu ini ya Allah”. Ujar Aditya dengan perasaan yang bersalah.


Seusai Aditya shalat dan berdoa, ia masih saja memikirkan perihal wanita tadi yang kemudian ia bergumam di dalam hati “Apa yang terjadi pada diriku? kenapa aku sangat bersimpati pada wanita itu? apakah yang terjadi hari ini adalah rencanamu ya Allah? apakah kau bimbing aku ke sini untuk membantu wanita itu menyelesaikan masalahnya?”. Aditya sangat bingung dan banyak sekali pertanyaan yang muncul di dalam benaknya.


Aditya bergegas merapikan sajadahnya kemudian ia langsung melangkah keluar dari masjid. Saat ia sedang berdiri dan merapikan pakaiannya, wanita tadi berjalan di depannya lalu Aditya ingin menghentikannya namun ia tidak punya cukup keberanian utuk melakukan itu, akhirnya Aditya mengikuti wanita itu pelan-pelan dan menegurnya “ Ya ukhti apa yang sedang terjadi pada dirimu? Kenapa kau berjalan sambil melamun seperti itu?. Ucap Aditya sambil menundukkan pandangannya. Wanita itu terkejut sambil menoleh Aditya yang tepat berada di sebelahnya, wanita ini berkata “Maafkan aku apabila sikapku ini telah mengganggumu”. 

“Tidak, aku sama sekali tidak merasa terganggu, hanya saja aku khawatir jika kau terus berjalan seperti ini maka hal tersebut dapat mencelakai dirimu sendiri”. Ujar Aditya

“Maaf, aku memang sering seperti ini saat sedang merasa tidak baik-baik saja” Jawab wanita itu dengan nada suara yang sedih.

Aditya kembali mengatakan “Aku tidak tahu apa yang sedang kau alami ataupun sesulit apa masalah mu saat ini, tapi kau harus tahu bahwa Allah memberikan masalah itu kepada dirimu karena memang hanya kamu yang mampu menyelesaikannya bukan orang lain. Maka bersabarlah dan katakan pada masalahmu bahwa aku punya Allah yang maha besar dan pasti Allah akan membantuku lewat cara apapun”.

Aditya pun melanjutkan perkataannya “Maaf aku terlalu banyak menasehati mu dan semoga kamu tidak merasa keberatan akan hal itu. Baiklah ukhti semoga masalah mu cepat berlalu dan aku izin mendahului mu, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”.

Aditya pun berlalu meninggalkan wanita itu. Wanita tadi hanya diam dan merenungkan perkataan Aditya, ia kemudian menjawab salam Aditya di dalam hati “ Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh”. Ia sedih karna belum sempat mengucapkan terimakasih kepada Aditya dan lupa menanyakan siapakah namanya, akhirnya wanita ini berdoa agar bisa dipertemukan kembali dengan Aditya agar ia bisa mengucapkan terimakasih atas sarannya.


Sesampainya Aditya dirumah, ia langsung beristirahat di dalam kamarnya sambil berpikir ‘Kenapa aku bisa lupa menanyakan namanya tadi, ah sudahlah jika memang takdir maka Allah akan menuntun kami untuk bertemu kembali “.


Setelah berbulan-bulan berlalu, Aditya rindu untuk berkunjung ke masjid yang sama yang ia saat bertemu wanita itu. Rumah Aditya memang cukup jauh dari masjid tersebut  namun Aditya memang senang pergi ke sana sebab pemandangan disekitar masjid yang begitu indah dihiasi oleh bunga-bunga yang bermekaran dengan indah. 

Tidak disangka-sangka mereka berdua kembali dipertemukan untuk yang kedua kalinya, namun saat itu mereka tidak menyadari bahwa sedang berada di tempat yang sama. 

“Humaira... Humaira...” teriak seorang gadis di taman yang tak jauh dari masjid.

“Hai Anjani, aku sudah lama menunggu mu disini sampai-sampai aku mengantuk. Ujar Humira.

“ Hahahha bukankah kamu memang sering mengantuk dimanapun kamu berada”. Gurau si Ajani

Akhirnya mereka berdua pun saling memadang dan  tertawa terbahak bersama-sama.


Aditya pun yang sedang berada di sana untuk membaca buku menoleh sebab suara tertawa mereka yang sangat keras. Saat Aditya menoleh ia melihat wanita yang pernah ditemuinya saat di masjid dua bulan yang lalu, ia senang sebab melihat raut wajah wanita tadi sudah berubah ceria dan tidak sedih lagi. “Alhamdulillah semua berkat kuasa Allah” kata Aditya. Lalu Aditya bergumam di dalam hati, “Humaira? Bukankah itu nama dari wanita itu’.


Saat yang bersamaan Humaira menyadari bahwa seorang lelaki yang dua bulan lalu memberikan nasehat kepadanya berada di tempat yang sama. Humaira pun berkata kepada Anjani “ Kau tunggu sebentar disini, aku akan segera kembali”. 

Humaira bergegas jalan menuju Aditya yang sedang bergumam tadi, hingga saat Humaira datang dan menegurnya ia pun merasa terkejut dan respect berkata “ Humaira? Kamu Humaira kan?”.

Humaira pun menjawab “Iya aku Humaira, aku datang ke sini untuk mengucapkan terimakasih atas nasihatmu dua bulan yang lalu. Kalau aku boleh tau siapakah namamu ?

“Aku Aditya, salam kenal untuk mu”

“Salam kenal juga untuk mu, maaf ya aku harus kembali ke temanku untuk mengerjakan tugas. Semoga kita bisa berjumpa kembali “ 

Mereka pun kembali ke aktivitas masing-masing dan pertemuan singkat itu membekas dibenak mereka namun hanya sebatas teman saja.


Waktu telah berlalu begitu lama, Aditya pun sudah melupakan Humaira dan demikian pula sebaliknya. Namun suatu hari Aditya tidak sengaja melihat instagram dari Humaira dan kembali mengingat dirinya, Aditya pun memfollow instagram Humaira dan ia mencoba menghubungi Humaira hanya untuk menjalin silaturahmi kembali, tidak ada alasan lainnya. Setelah Humaira menyadari pesan singkat dari Aditya, ia langsung membalas dan hanya berniat untuk membangun silaturahmi pula. 

Namun mereka memang tidak bisa menebak takdir, dari awalnya hanya pesan singkat dan kemudian berlanjut pada percakapan, mereka tidak sadar bahwa ada rasa yang timbul dari keduanya. Saat mereka mulai menyadari perasaan itu mulai tumbuh, mereka merasa takut bahwa nanti mereka akan berdosa sebab mencintai seseorang yang belum haknya untuk mereka cintai. Lalu Aditya berkata untuk pergi menjauh dari Humaira demi kebaikan bersama.


“Aku rasa petemuan yang berawal dari ketidaksengajaan ini telah membawa kita pada pertemanan yang saling memberi rasa di dalamnya, aku takut Allah akan marah jika kita terus berkomunikasi dengan menyimpan perasaan satu sama lain seperti ini”. Ujar Aditya 


“Kau memang benar Aditya, aku pun merasakan perasaan yang berbeda ini dan aku sangat takut bahwa rasa ini akan menimbulkan dosa diantara kita. Oleh karena itu aku rasa kita harus mejauh satu sama lain dan jika memang Allah berkehendak maka suatu saat kita akan dipertemukan untuk ikatan yang halal”. Jawab Humaira


“Baiklah Humaira, aku setuju dengan apa yang kau katakan. Aku akan pergi menjauh dari hidupmu untuk menjaga hati kita berdua, tapi ingatlah satu hal kau tak perlu risau, insya Allah aku akan kembali untuk mengikatmu pada hubungan yang halal dan di ridhoi oleh Allah” 


“Aamiin semoga Allah mempermudah untuk mewujudkan rencana baikmu itu, aku juga akan menanti dan senantiasa menjaga hati sampai penantian panjang ku ini terjawab”.


Akhirnya Aditya pun pergi menjauhi Humaira untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang dokter. Hingga bertahun-tahun berlalu dan Aditya sudah lulus dari universitasnya serta mulai bekerja di salah satu Rumah Sakit terbaik di kota nya. 

Sedangkan, Humaira juga sudah selesai menyelesaikan pendidikannya dan ia menjadi guru sekolah dasar di desa tempatnya tinggal. Ia memang tidak ingin beranjak untuk mengajar di kota, sebab ia berpikir bahwa akan menjadikan desanya sebagai desa terpelajar dan ia ingin menjadikan anak-anak di sana anak yang sukses dan membanggakan desa mereka. 


Suatu ketika, Humaira dikejutkan oleh kedatangan Aditya bersama rombongan keluarganya dengan membawa seserahan. Ia bertanya-tanya apakah yang dilakukan Aditya? Namun di dalam hati Humaira sangat merasa senang. Ia langsung mempersilahkan mereka masuk dan memanggil keluarganya agar menyambut kedatangan keluarga Aditya dengan hangat.

Setelah berbincang-bincang dengan waktu yang cukup lama, ternyata niat kedatangan Aditya beserta keluarganya yaitu ingin meminang Humaira untuk menjadi istri Aditya. Seluruh keluarga Humaira pun senang dan menerima lamaran tersebut, mereka menyarankan agar prosesi pernikahan dilakukan secepatnya untuk menghindari fitnah.

Humaira yang tersenyum-senyum pun diliihat oleh Aditya dan ia berkata “Bukankah sudah aku katakan bahwa akan datang? Aku sudah menepati Janji ku padamu”.

“Kau benar, Aku yakin bahwa penantianku ini tidak akan sia-sia”. Ujar Humaira


Akhirnya kesabaran mereka dalam menanti dan Kepergian Aditya untuk menjaga hati, membawa mereka pada jawaban yang pasti yaitu ikatan halal dalam bingkai pernikahan. 



"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.