NAIK GUNUNG - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


NAIK GUNUNG


    Disebuah rumah yang di jadikan base camp seorang pemuda yang bernama Aidil sedang memandangi base camp yang menjadi tempat tinggalnya sendiri,yang atapnya tersusun dari genting yang sudah retak sana sini. Catnya ungu kekuningan, tiang-tiang penyangga terasnya dari kayu yang banyak bekas tempelan kertas. Didepannya berderetan motor-motor yang di parkir. Dan banyak orang di sana,para pendaki yang sedang mendaftarkan namanya untuk naik gunung. Sedangkan Aidil sendiri sedang mendaftarkan para pendaki yang ingin naik ke gunung Bawakaraeng yang letaknya ada di Kab.Gowa Sul-Sel.



     Setelah mendaftar nama-nama para pendaki yang akan melakukan pendakian, seketika Aidil merenung. Ia baru saja mendapat wangsit atau pesan terakhir dari almarhum kakeknya. Ia harus naik gunung hari ini juga.



      Neneknya baru saja memasak nasi mendekati sang cucu yang tadi duduk sendiri di tempat registrasi para pendaki. Lalu, neneknya menyadarkannya dari lamunannya itu sambil berkata, ""melamunkan apa,cu?"".

    

 

      Aidil berkata bahwa ia ingin naik gunung. Neneknya terkejut mendengar jawaban cucunya barusan,lalu berkata,""kok tiba-tiba?bahaya,cu. Sebaiknya tidak usah"".  ""Harus,nek!Ini wangsit dari kakek"". Kata Aidil.



      Dengan rasa berat hati,nenek Aidil menyiapkan tas Carrier dan bekal untuk sang cucu. Juga melipat pakaian Aidil dan memasukkannya kedalam Carrier, dan berkata ""ya,sudah. Ini sudah nenek persiapkan segalanya. Hati-hati!"" Sambil memberikan tas Carrier milik Aidil yang sudah diisi segala bekal, peralatan dan pakaian



       Aidil pun bersiap dengan memakai sepatu hiking miliknya dengan pakaian yang biasa dipakai oleh para pendaki. Setelah bersiap Aidil pun berpamitan pada neneknya dengan meraih tangan dan mencium punggung telapak tangan sang nenek dengam berkata ""Ada nasihat?"" Tanya Aidil setelah mencium tangan sang nenek

""Ada"" jawab nenek

""Apa?"" Jawab Aidil lagi

""Jangan bicara sembarangan"" Jawab nenek

Aidil berdeham, tanda memohon agar neneknya memberikan wejengan lebih panjang.

Seketika neneknya pun mengatakan ""Jangan melamun,jangan buang sampah disembarang tempat,dan jangan lupa berdoa selalu"".

Aidil lega rasanya kini dirinya sudah dilengkapi restu paripurna.



     Aidil pun melangkah keluar,menjauh dari basecamp. Ia sengaja tidak mau melihat kebelakang,takut neneknya sedih.



     Tpi belum jauh ia melangkah, terdengar suara neneknya memanggil. Aidil menoleh kebelakang. Neneknya lalu tertawa terpingkal-pingkal.

Ahhh nenek,malah aku yang jadi sedih.


     Setelah melewati permukiman warga, Aidil meninggalkan wilayah basecamp dan memasuki kerimbunan hutan yang gersang. Banyak tanaman yang tidak pernah Aidil jumpai sejak lahir. Serta melihat hewan-hewan yang menurutnya langka.


    Saat hari menjelang malam,Aidil bermaksud mendirikan tenda, tapi ia urungkan karena banyak babi hutan yang mendekatinya. Aidil pun melanjutkan perjalanan, meski dengkul sudah terasa bergetar


    Naik gunung bukan hal yang mudah apalagi ketika hari semakin malam,suasana hutan semakin menyeramkan. Kadang Aidil suara daun bergeser dengan sendiri tanpa melihat penyebabnya. Adapula suara ranting patah padahal tidak ada yang mematahkan. Juga sering terlihat sesuatu berloncatan di atas dahan pepohonan,tidak jelas apa,yang pasti itu berekor.


    Ditengah ketakutannya itu,untung saja masih ada hal-hal yang masih dapat menenangkan hati Aidil, misalnya sayup-sayup terdengar suara anak ayam dari kejauhan, yang membuat ia membayangkan betapa menggemaskan ada ayam kecil sedang berlarian di tengah hutan malam-malam. Juga kadang Aidil mencium aroma kentang rebus yang membuat dirinya serasa makam sayur bayam buatan neneknya tepat disebelah kentang yang belum di masak.


    Malam itu,oleh karena sudah tidak bisa lagi menahan letih, Aidil memutuskan untuk membangun tenda di tepi jurang. Hanya itu tempat yang ia yakini dapat membuatnya nyaman dan terbebas dari potensi gangguan-gangguan yang menyeramkan


    

     Pagi harinya, Aidil berharap cuaca mendukungnya untuk melanjutkan perjalanan,tetapi kenyataannya tidak demikian. Pagi itu ternyata hujan deras disertai angin kencang. Pohon-pohon disekitar tenda banyak yang tumbang dan menghalingi jalan. Hewan-hewan berlarian turun dari puncak seakan-akan ada yang menakuti mereka dari atas sana. Timbul keraguan dalam diri Aidil, apakah harus aku teruskan?.


     Aidil teringat pesan mendiang kakeknya dulu!"" Selain dari menikmati alam yang luas ini, melihat cakrawala terbit dan terbenam,menghirup udara segar dan merasakan sensasi indahnya alam,tujuan naik gunung bukan sekedar mencapai puncak, melainkan agar bisa selamat kembali ke basecamp!""Sebuah nasihat yang membuatnya semakin ingin mencapai tujuannya.


    

    Kakeknya dulu dinyatakan hilang dan meninggal saat turun gunung tepat dihari ulang tahun Aidil yang ketujuh belas. Sejak saat itu,hanya Aidil dan neneknya saja yang tinggal di basecamp tersebut. Kata nenek,kakeknya itu sakti dan berprofesi sebagai juru kunci gunung tempat mereka bermukim yakni gunung Bawakaraeng. Sepeninggalan kakeknya, peran kuncen gunung dipegang oleh sang nenek. Kelak, tanggung jawab itu akan berpindah ke tangan Aidil ,meski sebenarnya Aidil diam-diam lebih memilih cita-cita sebagai seorang guru.


     Jelang siang, matahari bersinar terang. Hujan sudah berhenti. Suara-suara kicauan burung kembali terdengar. Angin berhembus pelan. Aidil yang awalnya ingin pulang ke basecamp,membatalkan niatnya,dan meneruskan perjalanan mencapai puncak.


    Setelah melewati beberapa air terjun dan Padang rumput yang luas, Aidil mendengar suara-suara orang dari kejauhan. Ia bisa melihat sebuah bendera merah putih yang besar dan juga tugu gunung tersebut.


     Aidil berhasil sampai puncak, tempat berkumpulnya para pendaki yang juga melakukan pendakian.


     Aidil menangis terharu. Ia memandangi alam yang begitu indah dan mengucap rasa syukurnya karena berhasil sampai puncak.


    Aidil pun mengeluarkan kameranya,dan meminta tolong salah seorang pendaki terdekat untuk mengambil gambar dengan latar belakang tugu gunung Bawakaraeng tersebut. Pendaki yang baru saja menjadi korban kesurupan di pos 9 itu pun dengan malas memotret tanpa banyak basa-basi.


    Senyum diwajah Aidil tidak pernah pudar sejak tadi. Ia memandangi sekeliling dan menikmati indahnya ciptaan tuhan ini.


   Dan pafa akhirnya Aidi menuntaskan semuanya dan mencapai tujuannya dan kembali ke basecamp dengan selamat.


SALAM LESTARI



Sri Wahyuningsih."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.