AKU ATAU DIA - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 AKU ATAU DIA 

(MIHROJI)


Sehitam sungai yang di gerogoti sampah menuju lautan. 

Sehitam itu juga rasa kepercayaan ku padamu. 

Segelap dunia malam tanpa rembulan. 

Segelap itu juga hati yang kau berikan untuk ku. 


Perkenalkan aku adalah wanita yang di dasari oleh kepolosan. 

Dan aku adalah wanita yang tak mengerti istilah cinta. 

Tapi setelah mengenal dirimu,  hati yang kokoh menjadi pilu. 

Raga yang begitu tegar menjadi lemah tak berdaya. 


Mulutmu bagaikan alunan singa yang gagah. 

Suaramu selembut benang sutra menghiasi telinga ini.

Meyakinkan ku adalah ritual keseharian mu.

Memuji fisik ku adalah keindahan lidah mu. 


Tetapi semua hanya dusta,semua hanya angan-angan semata.

Kau pembohong...! 

Kau penipu...! 

Kau pendusta...! 


Kau ternyata bermain di belakangku. 

Kau memberikan harapan keyakinan yang kuat. 

Sehingga aku terjatuh di  permainan hati mu. 


Ketika Malam itu datang kau tunjuk kan wanita pilihan mu. 

Ketika itu pula kau bungkam mulut mu. 

Mengapa kau diam...!

Mengapa kau campakan aku...! 

Jawab aku....! 


Aku menyadarinya.

Aku wanita yang lemah. 

Aku juga wanita yang tak luput pengetahuan akan cinta. 

Diriku lemah. 

Diriku tak mampu menopang kehidupan tentang cinta. 


aku tak ingin merusak pondasi cinta kalian.

Merenggut kebahagian dengan khilafan ku. 

Aku hanya ingin kejujuran tanpa di dasari kebohongan. 

Hanya saja ingin berkata,

Kau memilih aku atau dia. 




SETAPAK SURGA DI KAKI IBU

(MIHROJI) 



Ketika rintik hujan malam menyelimuti kesepian hati.

Terasa redup tanpa sosok seorang ibu.

Sembilan bulan kau menanti kelahiran ku. 

Berawal dari kebaktianku.

Mencuri perhatian tanpa di selimuti oleh kenyataan.


Aku hanya bisa terngiang.

Melihat tempat terakhir persinggahanmu.

Dan aku hanya bisa menangisi di depan batu nisan.

Yang begitu rapuh dan koyak.

Yang begitu kotor dan berlumut. 

Kuletakan kedua tanganku di batu nisan. Ku pipihkan keningku diatas nama mu. Berderai air mata

Membasahi tanah tempat peristirahatan terkhirmu.


Ragaku tak lagi menyatu dengan mu ibu... 

Jiwaku pun tak lagi memberontak. 

Aku hanya terdiam,tertunduk di atas tanah peristirahatan terakhir mu. 

Maafkan aku ibu..

Maafkanlah aku yang tak Sanggup menampung bebanmu ibu.


Yah Aku sadar.

Aku menyadari itu.

Menyusahkanmu adalah ritual keseharianku.

bahkan sedewasa ini 

Aku tak mampu menjadi kebanggaanmu ibu.

Kehilanganmu membuatku seperti angin tanpa arah.

Aku Tak sanggup berkeluh Kesah denganmu lagi ibu.


Hanya saja saat ini yang dapat ku lakukan

Hanyalah melantunkan doa-doa terbaik untukmu.

Karena di sela-sela telapak kakimu

Menunjukan cahaya surgamu.

Aku tak mampu membasuh kedua kakimu.

meminum setetes air kesucian dari telapak kakimu. 


Oh ibu.

Anakmu ini merintih tak mampu menopang Roda kehidupan yang nyata.

Tak mampu menjadi bagian yang kau harapkan. 

Semoga renungan ku dapat membuat mu tenang di surga.

Semoga doa ku tersampaikan seutuhnya di sepertiga malam.

Selamat jalan ibu.



SENJA TELAH TENGGELAM

(MIHROJI)


Waktu dimana aku mudah terbawa.

Ketika senja mengembang di cakrawala.

Mataku terpukaw dihangatkan semburan jingga, yang hendak mengucap selamat tinggal.

Mau titip apa sebelum aku tenggelam.

Kata senja..

Tolong, titipkan rinduku untuknya.

Kataku..


Bayangnya tak pernah luput dari ingatanku.

Dan rindu ini selalu kusematkan kepadanya.

Namun..

Semuanya hampa tak berujung.

Ingin rasanya ku berlari.

Mengejar lambayan tangannya.

Memeluk tubuhnya walau sesaat.

Tetapi..

Apakah jarak ini begitu dekat.

Apakah jarak dapat dilalui bersama rinduku yang tak berkurang. 

Tidak semudah itu senja.


Rasa tertatih abaikan pedih.

Yang menganggap kau datang bagaikan nyata.

Mengapa jarak begitu susah diajak bekerja sama.

Senja seakan tersenyum mengiakan kata-kataku.

Kau tau apa itu rindu.

Rindu adalah perasaan paling liar dalam sejarah kalbu.

Yang telah membuatku menangis,hingga tersedu-sedu.

Yang telah membuatku geram,hingga aku tak jua sematkan temu.


Tunggu saja, mungkin kamu akan terima rinduku.

Setelah senja benar-benar tenggelam.

Dan percayalah,bahwa aku disini selalu menunggumu untuk selamanya.

Teruntuk kamu yang jauh disana.

Tak perlu cemas dan bersedih.

Aku yakin doa kita saling menguatkan jarak.

Dengan Keinginan dan tekad yang kuat.

Maka akan tercipta kerinduan yang mengalahkan segalanya.

Hingga senja tenggelam.

 




"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.