Ada Saya dan Aku dalam diriku - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Ada Saya dan Aku dalam diriku

Oleh: Riski Saputri


Pernahkah merasa dalam tubuh sangat ramai?

Ada saya, aku yang saling bersorai

Sesekali berkelahi, lalu berdamai

Tertawa ria dan bercanda

Tapi lebih sering betikai

 Aku juga tidak paham

 Saya protagonis atau aku antagonis

 Atau dibalik secara persis?

 Entahlah kami malu saling mengaku

 Yang ku tau pertikaian ini tak kenal waktu

Kadang saling meladeni, sesekali saling melerai

Lalu gemuruh, tak jarang juga kan?

Saling acuh lalu menyalahkan

Aku salah atau saya salah?

Semua enggan mengungkapkan

Otak jadi rumah atau sekedar wadah?

Soal ekspresi serahkan saja pada wajah

Aku juga bertanya ini sukar atau susah?

Ada saya dan aku dalam diriku

Bagaimana menurutmu?



Dalam Permohonan

Oleh: Riski Saputri


Sebab kerisauab dari pertikaian aku dan saya

Hanya mampu menempuh jalur gila

Ketidakwarasan jadi lapangan perkumpulanya

Tak ada masuk diakal akan kerisauanya

Riuh sorai tak kunjung padam

Meski malam melihat dengan geram

Kekasih, sudikah kau kembali bersemayam

Meski nama dan kenangan telah di makam

Biar ku gali kembali dengan hati

Sebab lama sudah ku nanti

Upacara menghormati kerinduan hati

Ingin lekas sudah ku akhiri

Berganti dengan pesta suka cita

Bertarung rindu yang sesakkan jiwa

Saling berjabat jantung dalam dada

Ah, rasanya masih sama sedia kala



Kepulanganmu

Oleh: Riski Saputri


Terimaksaih telah kembali

Pulang dari perantauan hati

Biar ku jamu dengan rindu-rindu yang menggebu

Sekiranya mengenyangkan jiwamu

Ku piker engkau sangatlah dahaga

Secangkir cium dan sepotong peluk diatas meja

Tersusun rapi dengan ikhlas ku suguhkan

Murammu penuh tanya yang membingungkan

Kanda, sudikah kau tetap disini?

Bertahan menapaki hari-hari

Sesekali barangkali menyesakkan hati

Sebab dunia tak selalu dapat dimiliki

Tapi bukankah berabu berdua

Adalah pengharapan kita semula

Hamba sahaya hanya mampu berdoa

Yang kuasa leburkan hasratnya"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.