VIP - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "VIP

Puput Parwati


     Namanya Bella Pranawijaya. Gadis berusia 17 tahun yang duduk dibangku kelas dua SMA. Hidupnya sempurna. Dia pintar, dia cantik, dan dia kaya. Dia memiliki segalanya dalam hidupnya. Ayahnya adalah ketua yayasan Jakarta sekaligus sponsor utama SMA Jakarta yang merupakan tempat Bella bersekolah. Dia juga memiliki teman-teman yang sempurna. Pertama adalah Gavin. Dia pintar, sangat pintar. Gavin selalu menjadi juara kelas sedangkan Bella selalu menempati posisi kedua. Ayah Gavin adalah seorang walikota Jakarta. Yang kedua adalah Alice. Dia gadis yang ceria dan juga pintar. Ibunya adalah direktur rumah sakit Jakarta. Dan yang terakhir adalah Aksa. Dia tidak terlalu tertarik pada hal-hal yang berbau akademik. Tapi Aksa adalah anak dari seorang pengacara kondang sekaligus pemilik firma hukum terbaik di kota ini. Lalu apa masalahnya? Semua berawal dari sini...

Dengan sebuah buku di tangan kanannya sambil berjalan mondar-mandir di depan kelas, Bu Luna menanyakan pertanyaan disetiap akhir sesi kbm.

“Di dalam setengah lingkaran yang berjari-jari samadengan R dibuat empat persegi panjang yang salah satu sisinya berimpit dengan garis tengah lingkaran. Jika luas empat persegi panjang itu paling maksimum, maka luasan yang tersisa adalah? Adakah yang bisa menjawabnya?” tanya Bu Luna penasaran

Bella mengangkat tangannya dan tiba-tiba seseorang yang berjarak dua meja di belakangnya mengangkat tangan lebih cepat darinya.

“Saya Bu,” teriak Lyra sambil mengacungkan jarinya.

“Lyra silahkan maju. Sayang sekali Bella kau kalah cepat dari Lyra.” Bu Luna mempersilahkan Lyra maju ke depan kelas

“Tidak masalah Bu,” jawab Bella sedikit kesal.

Lyra maju ke depan kelas dan mengerjakan soal di papan tulis. Melihat ibu dan anak itu membuat Bella merasa ‘kasihan’ kepada mereka. Ibunya guru honorer dan anaknya adalah pesuruh di kelas ini. 

 “Anak-anak lihatlah ke papan tulis! jawaban Lyra benar, berikan tepuk tangan padanya!”

Semua siswa memberikan tepuk tangan kepada Lyra dengan ogah-ogahan. Ya tidak ada satupun siswa di sini yang menyukai Lyra begitupun dengan Bella. Bella sangat membencinya.

“Untuk hari ini, Ibu akhiri sampai di sini. Jangan lupa belajar! Minggu depan akan ibu adakan ulangan harian.” Jelas Bu Luna sambil membereskan buku di mejanya

Tak lama setelah Bu Luna meninggalkan kelas, Bella langsung menghampiri Lyra.

“HEI GADIS MISKIN!!” teriak Bella pada Lyra

Bella menghampiri tempat duduk Lyra dan duduk di atas mejanya.

“Jangan sekali kali kamu angkat tangan buat jawab soal dari guru. Karena kamu, aku harus kehilangan satu poin yang seharusnya jadi milikku kalo aja tadi aku yang ngerjain. Ngerti gak!” teriak Bella

“Ngerti...,” suara Lyra terdengar lirih.

Bella lalu kembali ke tempat duduknya. Selang beberapa detik, Alice tiba-tiba menghampiri Bella.

“Ke rooftop.” Bisik Alice pada Bella

Bella melihat Gavin dan Aksa memandangnya dan Alice, seakan memberikan kode kepada mereka untuk cepat menuju rooftop. Mereka berempat lalu menuju ke rooftop bersama.

 “Tiga bulan lagi akan ada Olimpiade Sains Universitas Jakarta untuk tingkat SMA. Jika kita terpilih mewakili sekolah dan bisa menjadi pemenangnya, aku bisa jamin kita akan lebih mudah masuk ke Universitas Jakarta,” jelas Gavin

“Sains? Itu artinya kamu, Alice, dan Bella yang harus mewakili sekolah kita,” usul Aksa.

“Aku bisa urus tentang itu. Akan ku minta Ayahku untuk memilih kita.” Jawab Bella dengan pede

“Bagaimana jika Ayahmu memilih Lyra juga?” sela Gavin pada Bella secara tiba-tiba

“Itu tidak mungkin,” elak Bella.

“Kurasa yang dikatakan Gavin benar. Bagaimana jika Ayahmu memilih Lyra? Kita semua tahu Pak Prana sangat baik pada Lyra. Entah itu karena kasihan ataukah ada alasan lain,” tambah Alice sambil menatapku.

“Sebaik apapun Ayahku pada seseorang. Aku yakin dia tidak akan menolak permintaan putrinya,” tegas Bella. 

Sebenarnya di dalam hati, Bella ragu pada Ayahnya sendiri.

“Baiklah. Aku percaya padamu.” kata Gavin 

Tiga bulan kemudian....

     Hari ini adalah hari olimpiade sains di Universitas Jakarta. Bella, Gavin, dan Alice berhasil terpilih sebagai perwakilan dari sekolahnya. Semua itu tentu saja berkat Pak Prana, Ayah Bella. Tapi, Bella memasang wajah kecewa dihari olimpiade. Ternyata penyebabnya bukan lain adalah Ayahnya yang juga memilih Lyra untuk mewakili sekolah.

“Perhatian untuk seluruh peserta harap memasuki ruang olimpiade sekarang juga. Sekali lagi untuk seluruh peserta harap memasuki ruang olimpiade sekarang juga,” suara speaker terdengar keras

     Bella, Gavin, Alice, dan Lyra memasuki ruangan ujian mereka masing-masing. Bella sangat tidak fokus pada olimpiade ini. Ia masih memikirkan bagaimana bisa Ayahnya membiarkan Lyra, orang yang paling ia benci ikut dalam olimpiade. 

“Attention please!!!” kata seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke ruangan ujian 

Pandangan semua peserta tetuju pada wanita itu.

“Perkenalkan nama saya Ibu Audi. Di sini saya yang akan mengawasi kalian. Di meja kalian sudah ada satu set soal yang terdiri dari 80 soal. Kami membuat tiga set soal yaitu A, B, dan C. Jadi, jangan berpikir untuk melakukan kecurangan apapun. Soal kalian dengan teman di samping kalian akan berbeda. Waktu kalian 120 menit. Kalian semua paham?” terang Bu Audi

“Paham Buuu,” jawab seluruh peserta serentak

“Waktu pengerjaan kalian dimulai dari...sekarang!” kata Bu Audi sambil melihat jam yang melingkar di tangan kirinya

Suara lembaran kertas terbuka hampir terdengar sangat keras secara bersamaan. Semua peserta mulai mengerjakan soal yang ada di meja mereka masing-masing. Gavin memegang pensil di tangan kanannya dan menatap soal yang ada di mejanya sambil berpikir.

“Universitas..hahaha..,” kata Gavin di dalam hati 

Gavin adalah tipe orang yang sangat sulit untuk ditebak. Saat Gavin memegang soal itu, matanya berubah. Hatinya berubah. Kini yang ada di pikirannya hanya satu hal.

“Aku telah memutuskannya,” kata Gavin lirih 

Detik itu juga Gavin telah memutuskan semuanya. Semua keputusan yang ada di dalam hidupnya hanya bisa dikendalikan oleh satu orang. Yaitu dirinya sendiri. Sementara Bella, dia masih saja memikirkan Ayahnya. 

“Bagaimana bisa..,” kata Bella lirih sambil meremas soal yang ada di mejanya

Tanpa Bella sadari waktu berjalan begitu cepat. Dan Bella baru menyelesaikan setengah dari soal yang ada.

“Waktu kalian tinggal lima belas menit lagi,” kata Bu Audi yang sedari tadi berkeliling mengawasi setiap siswa

Mendengar hal tersebut, Bella tersadar. Ia belum menyelesaikan semua soal yang ada.

“WHAAAT? Lima belas menit? Aku belum menyelesaikan semuanya,” kata Bella dalam hati dengan terkejut

Waktu terus berjalan. Lima belas menit telah berlalu dan Bella tidak dapat menyelesaikan semua soal yang ada.

“Baiklah. Waktu pengerjaan sudah selesai. Silahkan letakkan alat tulis kalian. Pengumuman kejuaraan dilaksanakan pukul satu siang nanti. Jadi, kalian bisa beristirahat atau berekeliling kampus ini. Sekarang kalian boleh keluar,” jelas Bu Audi pada seluruh peserta

Bella langsung keluar dari ruangan tersebut dengan wajah yang kesal diikuti seluruh peserta. Sementara itu, Bu Audi yang menjadi pengawas mengumpulkan setiap lembar jawab yang ada di meja siswa. Bu Audi terkejut saat ia mellihat lembar jawab milik Gavin dan Bella. Bu Audi langsung menuju ke ruang rektor sambil membawa lembar jawab milik Gavin dan Bella.

“Tok..tok..tok. Ini saya Pak,” kata Bu Audi sambil mengetok pintu ruang rektor

“Silahkan masuk,” jawab seseorang yang ada di ruang rektor

Bu Audi masuk ke ruang rektor dan memperlihatkan lembar jawab milik Gavin dan Bella pada rektor Universitas Jakarta.

“Pak Ernest lihatlah ini,” ucap Bu Audi sambil menyodorkan lembar jawab milik Gavin dan Bella

“Haa..ha..ha..,” tawa Pak Ernest dengan nada meremehkan

 “Lantas apa yang harus kita lakukan?” tanya Bu Audi gelisah

“Kita lakukan apa yang semestinya,” jawab Pak Ernest

Di sisi lain, Lyra terlihat lebih tenang. Ia berhasil menyelesaikan semua soal. Dari wajahnya dapat terlihat bahwa ia tidak mengalami kesulitan apapun. Beberapa jam kemudian pengumuman kejuaraan akan dilaksanakan di aula. Semua orang berkumpul di aula tersebut.

“Selamat siang semuanya. Yang terhormat rektor Universitas Jakarta beserta jajarannya, orangtua siswa, serta peserta olimpiade sains Universitas Jakarta. Saya Ibu Audi selaku dekan fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta selaku penyelenggara acara mengucapkan terima kasih atas partisipasi semua orang yang telah berkenaan hadir pada acara siang hari ini. Untuk mengawali.....,” kata Bu Audi sebagai MC

Sambutan demi sambutan telah disampaikan. Sekarang adalah waktunya acara inti yaitu pengumuman kejuaraan olimpiade sains Universitas Jakarta.

“Acara selanjutnya yaitu pengumuman kejuaraan olimpiade sains Universitas Jakarta. Langsung saja juara ketiga dari olimpiade sains Universitas Jakarta tahun 2021 adalah....,” ucap Bu Audi 

Semua peserta terlihat sangat gugup dan penasaran.

“Allicia Hanasta,” teriak Bu Audi

Terdengar teriakan Alice yang begitu senang ketika namanya dipanggil untuk juara ketiga

“Yeeeeaayy,” teriak Alice dengan penuh semangat

Semua orang yang ada di aula pun bertepuk tangan.

 “Selanjutnya untuk juara kedua diraih oleh Bella Pranawijaya,” ucap Bu Audi lantang

“Prookkk...prookk...prookk,” suara tepuk tangan terdengar keras

“What? Bagaimana mungkin?” ucap Bella di dalam hati 

Bella bingung dengan apa yang baru saja ia dengar. Bagaimana ia bisa meraih posisi kedua sedangkan ia tidak menyelesaikan semua soal yang ada. 

“Selanjutnya yang kita tunggu-tunggu yaitu juara pertama olimpiade sains Universitas Jakarta. Juara pertama olimpiade sains Universitas Jakarta tahun 2021 jatuh kepada....Gavin Alexandradinata. Tepuk tangan semuanya,” kata Bu Audi dengan lantang

“Proookkk...prookk...prookk...,” 

Kali ini suara tepuk tangan terdengar begitu keras. Semua orang menyelamati Gavin dengan tepuk tangan yang riuh. Tapi tidak bagi Gavin. Gavin langsung tahu ini semua pasti ulah Ayahnya sendiri.

“Sudah kuduga,” Ucap Gavin di dalam hati

     Yang sebenarnya terjadi pada Gavin adalah saat pengerjaan soal, ia tidak mengisi apapun di lembar soal dengan kata lain lembar jawabannya kosong. Sedangkan Bella, ia juga tidak menyelesaikan semua soal yang ada. Tapi mengapa mereka bisa juara? Sementara itu, Lyra sangat sedih karena ia tidak bisa mendapat juara. Ia sangat yakin ia telah mengerjakan semua soal dengan benar. Lyra lalu pergi meninggalkan aula tersebut. Ia berjalan di koridor dengan perasaan campur aduk. Ibunya sangat mengharapkan dirinya bisa menang di olimpiade ini.  Di kejauhan terlihat seorang perempuan berusia 30 tahunan tergesa-gesa sambil membawa setumpuk kertas. Karena Lyra tidak fokus, ia pun menabrak perempuan tersebut.

“Maaf Bu...maaf..,” ucap Lyra sambil mencoba mengumpulkan lembaran kertas yang jatuh berserakan

“Tidak apa-apa Mba. Lain kali hati-hati ya,” jawab Perempuan itu ramah

“Iya Bu. Sekali lagi saya minta maaf,” balas Lyra merasa bersalah

Saat sedang mengumpulkan kertas yang berserakan, Lyra menemukan sebuah kertas bertuliskan VIP. Di kertas tersebut juga tertulis nama Gavin, Bella, Alice, dan beberapa nama orang lain. Lyra adalah gadis yang cerdas. Ia lalu mengambil kertas itu diam-diam. Ia menyadari ada sesuatu yang mencurigakan terjadi di sini. Setelah membantu perempuan yang tadi, Lyra langsung bergegas mencari tempat sunyi untuk membaca kertas tersebut. Di kertas tersebut juga tertulis pemenang sebenarnya dari olimpiade ini. Dan betapa terkejutnya Lyra saat mngetahui bahwa dirinyalah yang sebenarnya juara satu.

“APAA!! Jadi sebenarnya aku juara satu. Lalu apa maksud tulisan VIP ini!! Ah sekarang aku mengerti. Aku akan melaporkan semua ini kepada polisi,” ucap Lyra terkejut dengan apa yang dilihatnya

Saat Lyra akan menelpon polisi, tiba-tiba seseorang membuka pintu. Lyra terkejut dengan orang tiba-tiba menghampirinya.

“Gavin...? Tanya Lyra kebingungan

“Matikan handphonemu! Aku tahu apa yang akan kau lakukan,” suruh Gavin tiba-tiba

“Kenapa aku harus menuruti perkataanmu? Kamu juga terlibat kan dalam semua ini!!” jawab Lyra lantang

“Percayalah padaku, kau tidak tau siapa yang sedang kau hadapi.” Balas Gavin membujuk Lyra

“Beri aku satu alasan kenapa aku harus mempercayaimu?” tanya Lyra tegas

“Ini....ini adalah bukti yang selama ini aku kumpulkan terkait VIP itu. Kalo kamu gak percaya, kamu bisa cek sendiri filenya.” balas Gavin sambil menunjukkan flashdisk miliknya

“Kenapa kamu mengatakan semua ini padaku?” tanya Lyra bingung dengan tindakan Gavin

“Aku tau semua ini sulit dicerna. Kamu satu satunya orang yang bisa ku percaya dan aku butuh bantuanmu untuk mengungkap semua ini. Tapi tidak sekarang. Kita harus membuat rencana yang matang. Maukah kamu membantuku?” tawar Gavin meyakinkan

Lyra semakin merasa bingung. Apakah ia harus mempercayainya? Selama ini Gavin dan teman-temannya selalu menjahilinya. Apakah kali ini ia juga menjahilinya? Tapi kenapa ia mau memberikan semua bukti itu? Semakin lama berpikiri, Lyra semakin bingung. Pada akhirnya Lyra pun memutuskan piihannya.

“Baiklah. Aku akan membantumu,” ucap Lyra mempercayai Gavin

“Baiklah. Sekarang kita partner?” balas Gavin tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman

“Ya,” jawab Lyra membalas uluran tangan Gavin  "


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.