Teguran - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "“Teguran

(By : Naila Putri Dwi Prana)


Sarayu menemani malam Alana dengan elok. Rembulan hadir disela ventilasi kamarnya, membuat kamar coklat itu temaram. Alana menatap ponselnya dengan enggan. Jam menunjukkan pukul 02.05 dini hari dan grup kelasnya masih saja ramai. Gadis bersurai hitam itu menguap untuk yang kesekian kalinya. Novel seri Harry Potter berserakan diatas kasurnya lengkap dengan sepiring red velvet yang hanya tersisa remahannya. 


“Ahhh... sungguh. Insomnia ini menyiksaku!” 


Alana mendesah dengan bangkit dari kasur dan berjalan menuju jendela. Disibaknya tirai marun itu dan seketika sinar rembulan menerpanya. Matanya sayu meneliti setiap inci halaman belakang rumahnya. Karena letak kamar Alana ditingkat dua, ia dapat melihat hampir keseluruhan halaman belakangnya lengkap dengan hutan pinus gelap didepannya. Angin membelainya lembut dan membawa perasaan aneh.


Krietttt


Krietttt 


Tatapan Alana beralih ke sebuah suara yang cukup mengundang perhatiannya. Suara itu terdengar dari arah hutan pinus yang membentang dihadapannya. Gelap. Itulah yang terpikirkan oleh Alana. Memeluk diri sendiri, dan ia pun kembali menutup tirai lantas kembali ke kasur. 


“Ya Allah… Aku harus ngapain lagi…” ucapnya lirih memandang langit kamar.


Setelah 10 menit terdiam menatap langit-langit kamar, Alana bangkit dan menuju kamar mandi. Memgambil air wudhu untuk shalat Tahajud. Bundanya pernah bilang, bahwa ketika kita sedang merasa putus asa, bingung dan gelisah, Allah Subhanallahu wa Ta’ala adalah satu- satunya tempat berlabuh. Dan kini, Alana mencoba menuruti kata bundanya. 

Alana pun melangsungkan niat awalnya yaitu shalat Tahajud. Hembusan angin membuat tirai kamar Alana bergoyang, dan hal ini membuat konsentrasi Alana sedikit goyah. Mengingat kiblat menghadap kearah jendela kamarnya, membuat alis tebal gadis itu bertaut dalam kala hatinya terusik ketika membaca lantunan ayat suci Al-qur’an.

 

“Astaghfirullahaladzim…” ucap Alana pelan setelah salam.


Alana menatap jendela besar didepannya dengan wajah heran. Ia mengeluh dalam hati saat merasa bahwa shalatnya tidak khusyu’ karena kehadiran hembusan angin dan tirai bergoyang itu. Alana pun memutuskan untuk berdzikir dan berdoa agar hatinya merasa tenang. 


Drrtttt! Drrtttt!


Ponsel Alana bergetar dan membuat si empunya mengakhiri sesi berdoa. Gadis manis itu menggantung mukenanya dibelakang pintu dengan perasaan tenang hingga sesuatu terjadi. 


Slab!


Secara refleks, Alana menoleh kearah pintu kamar mandi yang sedikit terbuka dikamarnya. Tatapannya tak lepas sedetikpun dari pintu itu. Pasalnya, gadis itu merasa melihat sekelebat bayangan dari dalam kamar mandi. Ditambah pintunya yang berdecit pelan, membuat Alana menelan ludah dengan susah. Ia teringat ucapan guru agamanya mengenai berbagai makhluk ciptaan Allah. Tidak hanya manusia, tetapi Allah Subhanallahu wa Ta’ala juga menciptakan hewan, tumbuhan, malaikat, jin, setan dan masih banyak lagi. Bu Romi, guru agamanya di sekolah pernah berkata bahwa makhluk gaib itu ada. Hidup membaur bersama manusia namun ditakdirkan Allah untuk tidak saling melihat. 


“Ya Allah, cuma perasaanku aja kayaknya deh…” Alana pun bergegas naik ke kasur dan mengambil ponselnya.


Tampak pesan dari  Arkan, abangnya, yang berisi ajakan untuk nonton film bersama dikamar abangnya. Alana tergoda ajakan abangnya itu karena film yang ditawarkan merupakan film yang ditunggu-tunggu Alana selama kurang lebih 6 bulan. Namun disisi lain, jam menunjukkan pukul 02.35 dini hari. Alana berpikir sejenak saat teringat ucapan bundanya. Beliau melarang anak perempua satu-satunya itu untuk tidur larut malam dengan alasan demi kesehatan. Dan sekarang, sudah lewat dari kata larut malam. Jika Alana menerima ajakan abangnya, ia takut bundanya akan marah untuk kedua kalinya dengan masalah yang sama, yaitu nonton film.


Drrtttt! Drrtttt!


Ponselnya kembali bergetar, menandakan ada notifikasi masuk. Pesan Arkan berada paling atas dengan ajakan sekali lagi, dan jika Alana tidak berminat menonton filmnya, ia akan menonton seorang diri. Alana menatap ponselnya dan mengetik pesan di room chat. 


****


“Daerah disekitaran Malioboro terkena dampak badai hujan dan dapat dilihat banyak bangunan yang rusak akibat badai seperti toko baju, toko cinderamata, dan beberapa kendaraan ikut terseret badai.”


Alana menekan tombol volume agar suara pembawa berita di televisi terdengar jelas, saat badai hujan menghiasi malam minggunya kali ini. Acara ke pasar malam bersama teman sekelasnya harus gagal. Dan disinilah Alana. Berakhir dengan meringkuk depan televisi ditemani selimut kesayangannya. 


“Na, udah shalat?” ucap Arkan membawa dua gelas susu coklat panas dan semangkuk sereal.


“Shalat apa?” 


“Ya isya lah. Memang apalagi?” ucap Arkan menyodorkan segelas susu pada Alana.


Alana menggeleng dan tangan kanannya menerima segelas susu yang mengepul. Alana menyeruput pelan dan sesekali meniupnya. Sementara Arkan duduk di seberang Alana dan menyatap serealnya. Suara gemuruh mengejutkan Alana tentang kejadian tempo lalu di kamarnya. Gadis itu menerawang kembali kejadian mengerikan yang ia alami. Masih percaya dan tidak percaya ketika sosok itu menampakkan diri didepan Alana. 


“Na?”


Alana menoleh ke sumber suara. Arkan menatapnya dengan alis terangkat dan mulut mengunyah sereal. Alana menggeleng pelan saat ditanya abang satu-satunya itu. Gadis bernetra coklat itu enggan menceritakan masalahnya karena ia tau akan sia-sia. Abangnya, adalah orang yang taat agama. Arkan yang menjadi lulusan terbaik pondok pesantren di Jogja itu menjadi imam satu-satunya dirumah besar yang kini Alana tempati setelah kepergian ayahnya. Alana tau bahwa Arkan akan menertawainya saat menceritakan masalahnya seperti saat ia masih kelas 5 SD dulu. 


“Kenapa? Kok kaget gitu?”


“Nggak ada apa-apa, Bang.” Ucap Alana menghindari tatapan andalan abangnya.


“Abang tau kamu ada masalah, abang siap dengerin kalo kamu mau cerita. Kebetulan bunda lagi nggak ada, jadi kamu bisa cerita bebas ke abang.” Ucap Arkan berpindah duduk ke samping Alana.


“Enggak ada apa-apa. Alana baik-baik aja kok bang.” Alana menatap Arkan dengan senyum yang dipaksakan yang diyakini Alana tidak mampu menipu Arkan.


“Dek.” satu kata yang keluar dari mulut Arkan mampu meruntuhkan keras kepala Alana.


“Alana liat makhluk gaib, Bang. Dikamar.” 

Arkan hanya diam menatap adik satu-satunya itu. 


Menunggu Alana melanjutkan ceritanya. Terbesit rasa geli didalam hatinya, namun ia tahan dengan berdeham pelan. Arkan tau bahwa Alana penakut. Setelah ayahnya meninggal, Alana menjadi lebih penakut dari sebelumnya. Seringkali Arkan melihat adiknya berwajah kaget atau was-was saat sedang sendirian di suatu tempat.


“Lanjutin, abang bakal dengerin sampai ceritamu selesai. Dan janji, nggak akan ketawa.” 


“Udah berkali-kali Alana liat sosok itu. Awalnya Alana pikir cuma perasaan Alana aja, tapi lama-lama kok semakin menjadi perasaannya. Inget waktu abang ngajak Alana nonton film malem rabu waktu itu?” dibalas anggukan oleh Arkan.


“Alana liat ada sekelebat bayangan dipintu kamar mandi. Alana baru selesai shalat tahajud, pas mau gantung mukena malah liat itu. Dua hari setelah kejadian itu, Alana liat sosok anak kecil dipojok kamar Alana. Dan sosok itu selalu muncul dini hari, sekitar jam 2 pagi. Sampai sekarang, Alana masih sering liat sosok itu kalau kebangun jam segitu.” 


Arkan mengela nafas saat cerita Alana usai. Ia menatap gadis itu yang kini tengah menahan tangis, kentara sekali bahwa ia benar-benar takut dan gelisah. Arkan pun menarik Alana untuk mendekat padanya lalu mengelus surai hitam itu. Alana menangis saat itu juga, tak kuat menahan air mata yang membendung dipelupuk matanya. Ketakutannya akan kehadiran sosok itu hampir ditiap malam membuat gadis itu lemah.


“Nah, kamu udah ditegur tuh.” Ucapan Arkan sukses menghentikan tangisan Alana.


Tangisan Alana terkalahkan dengan rasa penasaran akan ucapan abangnya. Membuat gadis itu terdiam entah karena menikmati belaian abang kesayangannya atau karena tidak tau apa yang dimaksud abangnya barusan. 


“Kamu jarang tadarus akhir-akhir ini ya? Kamu juga pasti shalatnya nggak tepat waktu, ya kan?” ucap Arkan melepas tangannya dari kepala Alana dan berubah menghadap Alana dengan tatapan serius.


Alana menghapus air matanya dipipi lalu menatap abangnya serius. Alana tau bahwa Arkan memiliki penjelasan mengenai masalahnya.


“Di Al-qur’an dijelaskan bahwa Allah Subhanallahu wa Ta’ala itu nggak suka sama orang-orang yang lalai dalam shalatnya. Mereka yang nggak pernah shalat, atau yang shalatnya bolong-bolong atau yang shalatnya nggak tepat waktu kayak kamu, itu bisa disebut lalai dalam shalatnya. Ada banyak surah di Al-qur’an yang menjelaskan kalau kita sebagai umat islam itu harus beribadah dengan benar. Bahkan, Rasulullah menyebutkan kalau orang yang menunda-nunda waktu shalat, itu orang munafik.”


Deg


“Itu bentuk teguran dari Allah, Na. Allah mau kamu, jadi gadis yang rajin beribadah lagi. Makanya Allah nyolek kamu lewat sosok itu.”


Alana kembali dibanjiri air mata kala Arkan terdiam memperhatikannya dengan sorot teduh. Alana memang selalu menunda waktu shalatnya, terlebih jika sudah berurusan dengan tugasnya, seringkali shalatnya tertunda. Menjelang ujian akhir semester membuat Alana dibanjiri tugas dan lebih terfokus pada tugas-tugasnya. Alana teringat bahwa sudah hampir 3 hari ini ia tidak tadarus. Biasanya, selepas shalat maghrib, Alana tadarus meskipun tidak mencapai satu juz. Namun, karena minggu ini banyak tugas yang mengejarnya, membuatnya lupa akan Sang Pencipta. 


“Abang tau, kamu banyak tugas. Abang juga lagi banyak tugas, menjelang ujian semester. Tapi itu bukan berarti kamu meninggalkan kewajiban kamu sebagai orang islam. Apalagi kamu mau ujian, alangkah bagusnya kamu juga mendekatkan diri sama Allah biar kamu dikasih kemudahan nantinya. Paham kan sama maksud abang?”


Alana mengangguk dan menghela nafas pelan. Berusaha menenangkan dirinya. Penjelasan Arkan menjawab masalahnya. Kehadiran sosok itu dikamarnya, kegelisahan yang dirasakannya, kesulitan yang dialaminya selama ini dikarenakan ia jauh dari Penciptanya. Itu semua karena dirinya mulai menjauh dari Sang Pencipta. Dan kini, ia tau apa yang harus dilakukan untuk kedepannya"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.