https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
SUDAHI SAJA
Karya: Itha Abimanyu
Aku lelah, Tuhan ...
Ceraikan aku dengan segala kesedihan
Ingin segera berlayar menyusuri laut
Menenggelamkan rasa yang kalut
Merangkai puisi, mengakhiri letih embara
Lalu meninabobokan luka-luka
Nyatanya kekalahan dikekalkan oleh sejarah
Marah telah tertulis merah
Berjalan pada paham kebencian
Serupa embun dan sejuk yang berjauhan
""Tumpahkan saja kopinya."" katamu di suatu malam.
""Kuharap semesta menelanmu secepatnya!"" Aku pun tak diam.
Sepertinya kita tak mungkin terus bertahan
Ini tak berkesudahan
Maka biarkan mimpi terperangkap sendiri
Sampai tiba pagi lagi, lagi, dan lagi
Sumedang, 10 Oktober 2021
CERITA DI OKTOBER
Karya: Itha Abimanyu
Tetap tak beda
Sang bayu masih desirkan kidung purba
Perlahan-lahan jelajahi sudut hati
Mematung dalam beku sunyi
Lalu tanpa permisi
Ia membaca segala nyeri di hati
Hentikan!
Kenangan menjadi sangat berlebihan
Cuaca kali ini pun menghapus jejak
Hujan memercik, jatuh di pelupuk sebagai sesak
Sungguh kesedihan yang bukan pura-pura
Kehilangan hanya ciptakan nelangsa
Sumedang, 11 Oktober 2021
SIRATAN DOA
Karya: Itha Abimanyu
Adalah luka yang datang setelahnya
Saat seraut wajah tergambar di senyum purnama
Sepi pun jatuh di dada kiri
Mengundang malam dendangkan nyeri sekali lagi
Aku dapat memaknai kehadiran walau tiada
Meski kecengengan tampak di bola mata
Selalu butuh kesabaran lebih
Ketika perih menikam dengan gigih
Wahai dirimu yang membawa cerita
Kusuratkan namamu dalam siratan doa-doa
Ungkapan kerinduan, peredam kehilangan,
Tanpa pernah sekalipun merasa ditinggalkan
Sebab cinta tak mengenal kata pergi
Meski elegi tercipta oleh takdir yang Dia ingini
Segala tentangmu akan tetap di ingatan
Bahagialah di pelukan-Nya, aku mengikhlaskan
Sumedang, 24 Mei 2020
NIKMATILAH
Karya: Itha Abimanyu
Jika sedih serupa hujan
Peduliku bukan seberapa derasnya ia
Kesedihan yang dititipkan sunyi
Hanya bentuk riap bahagia
Dari senyuman yang perlahan diikat waktu
Sementara aku ingat
Dalam doa, Tuhan mengajarkanku untuk tidak berduka
Maka kunikmati ...
Bukan menunggu sampai hujan mereda
Kata-Nya, ""Akan ada waktu untuk segala sesuatu.""
Sumedang, 12 Oktober 2021
SAMPAI KAPAN, TUHAN?
Karya: Itha Abimanyu
Aku, seorang perempuan biasa
Selalu menemukan kesedihan yang sama
Pandai menyemai ingatan
Biar tumbuhlah kenangan-kenangan
Jika pun ada sesuatu di sudut mata
Kehadirannya tak benar-benar aku rasa
Meski menjelma hujan
Mencemaskan kesendirian
Bahkan, aku terkadang lupa
Ketika mengakrabkan luka dengan pena
Barangkali untuk sepi-sepi
Kuingarkan dalam sebuah puisi
Biar sampai keluar ribuan kata-kata
Aku tetap seorang perempuan biasa
Yang tak jemu bertanya pada Tuhan
""Sampai kapan aku mengunyah kepedihan?""
Sumedang, 10 Oktober 2021
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.