Si Cungkring

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "“Si Cungkring”

(Oleh : Naila Putri Dwi Prana)


Di setapak jalan ini ia hadir

Bersisian dengan Si Besi kuatnya

Diiringi sorak permaisurinya

Berlenggak dengan gagah perkasa

Membuat gemetar yang menatap

Sumbu logamnya ditenteng longgar 

Ditemani seringai elok bak Penghuni Neraka

Ditunjuknya dada Si Cungkring

Meminta seonggok kebenaran

Namun, nihil  terkuak 

Saat tuan rumah bungkam

Tak ada jawaban, tak ada kebenaran

Hingga hati terbakar kekuasaan 

Hanya tersisa darah yang menggenang



“Calon Imam”

(Oleh : Naila Putri Dwi Prana)


Datang laju bersama sarayu

Membawa arumi khas penghuni langgar

Parasnya pun tak diragukan

Sejak pagi hingga malam 

Disaat hadir Sang Maha Pengasih

Dibuatnya netra cokelat itu

Menelisikku yang kini dewana

Kala datang seperempat malam

Kuangkat tangan ini 

Ketika hati membatin

Dan lisan mengucap

“Ya Allah, jadikan dia Imam-ku”




“Simpul Hati”

(Oleh : Naila Putri Dwi Prana)


Kala kurenda ribuan tali kasih 

Lantas tersimpul dalam hati

Hingga saat rembulan meredup 

Sakit itu datang merusaknya

Menggores ruang kasih didalamnya

Kian kudekap lirih rindu seorang diri


Nyanyian luka terus kulantun

Sambil memeluk keping kenangan itu

Kutopang hati bagai pencakar sendu

Mencoba tegar melepas hadirnya

Saat tersadar dia tlah pergi

Membawa serta kasih cintaku"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.