SECERCAH CAHAYA DITENGAH KEPUTUSASAAN - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "SECERCAH CAHAYA DITENGAH KEPUTUSASAAN


Hai namaku Tika Praheswari, biasanya orang memanggilku Tika. Aku tinggal disebuah desa kecil. Aku adalah seorang anak dari keluarga yang hidupnya sederhana. Suatu hari aku sedang bermain medsos (media sosial) dan tanpa sengaja menemukan foto poster lomba karya tulis. Aku bergumam “Wah, lomba ini bagus. Apa aku ikut saja ya?”. Aku bertanya-tanya dalam hatiku dan ingin mengikuti lomba tersebut. Keesokan harinya aku bertanya pada sahabatku yaitu Lita Lesmana. Lita adalah anak yang berasal dari keluarga kaya dan ia mempunyai banyak prestasi dibidang karya tulis. Aku bertanya kepadanya “Apakah lebih baik aku ikut lomba?” dan Lita pun menjawabnya “Tentu saja, kita bisa lomba bersama. Nanti aku bantu mengirimkan karya tulismu lewat smartphonku”. “Wah, benarkah Lita. Terima kasih” sahutku. Kemudian Lita bertanya “Tika, kenapa kamu ikut lomba ini?”. Aku pun menjawab dengan nada rendah dan terkesan sedih “Sebenarnya alasanku ingin ikut  lomba ini adalah aku ingin berprestasi juga agar tidak terlalu merepotkan orang tuaku. Aku juga ingin melihat mereka menjadi orang yang tersenyum paling bahagia di dunia”. “Wah, tujuanmu sangat mulia. Aku sangat bangga memiliki sahabat sepertimu” sahut Lita. Kemudian, aku menangis sambil memeluk Lita dan berkata “Terima kasih Lita, kamu sudah mau menjadi sahabatku. Padahal status kita sangat berbeda”. Mendengar Lita pun menangis juga dan menjawab “Justru akulah yang berterima kasih karena kamu mau jadi temanku jadi aku punya teman”. Lita pun berkata “Sudah yah, ayo kita mendaftar bersama dan kita menangkan lomba ini bersama-sama”. “Iya, ayo” sahutku.

Kami pun menulis naskah kami masing-masing dengan harapan bisa mendapatkan juara. Setelah naskah kami selesai, kami mengirimkan hasil naskah kami dengan smarphone Lita. Berhari-hari telah berlalu kami menunggu pengumuman lomba itu. “Wah, akhirnya besok adalah mengumumannya” ucap Lita. “Wah, iya. Kamu pasti semangat banget yah” sahutku. “Semoga besok kita dapat juara yah” ucap Lita. “Iya, semoga kita bisa juara bersama” jawabku (sambil tersenyum). Pagi pun telah tiba kini adalah hari pengumuman lomba yang kami ikuti, sekarang adalah pukul 07.30 WIB dan setengah jam lagi adalah hari yang sudah kami nantikan. “Wah, aku takut banget nih” ucapku (penasaran). “Iya nih, aku juga. Ayo kita pasti bisa” sahut Lita (dengan penuh semnagat). Kinilah saat yang ditunggu-tunggu waktu pengumuman pun tiba. Lita mencari nama kami di smarphonenya, pertama-tama ia mencari namaku dan ternyata ia tidak menemukannya di pengumuman juara. “Maaf Tika, kamu tidak terdaftar di pengumuman pemenang. Tetap semangat yah!” ucap Lita. “Oh begitu yah, iya. hehehe” sahutku (dengan nada lirih sambil tersenyum tipis). “Bagaimana dengamu Lita? Apakah kamu ikut juara?” tanyaku penasaran. “Sebentar yah aku cek dulu” sahut Lita. “Alhamdulillah, aku meraih juara 2” ucap Lita kepadaku. “Wah, selamat yah lita, aku ikut bangga dengan keberhasilanmu” ucapku membahas. “Iya, terima kasih Tika” ucap Lita (sambil tersenyum). “Aku pulang dulu yah hari ini aku agak sibuk” ucapku permisi. “Eeh, mau aku bantu agak cepet” tanya Lita. “Tidak usah Lita sampai ketemu besok di sekolah”.

Setelah hari itu, aku mulai mengurung waktu dan bergumam “Aku kalah yah, aku ternyata payah yah” ucap diriku. Keesokan harinya, Lita datang ke rumahku dia bertanya kepada ibuku “Tika, apakah lita ada di rumah?” tanya kita kepada ibuku. “Iya nak, Tika ada di kamar. Sebentar yah bibi panggilkan. Tapi jangan diluar sini masuk dulu” ucap ibuku. “Iya bi” jawab Lita. Ibu memanggilku untuk menemui Lita. “Hai, Lita” ucapku dengan wajah yang berusaha tersenyum. “Halo, Tika. Kamu kenapa ko jarang main sih. Main yuk” ucapnya kepadaku. “Maaf Lita beberapa hari ini aku sangat sibuk dan sepertinya hari iniaku tidak bisa bermain” jawabku kepadanya. “Kenapa sih, mau aku bantu aja biar cepat selesai” ucap Lita. Dia tetap memaksa agar aku tetap main dengannya. Aku mencoba menahan amarahku “Maaf lita, aku tidak bisa dan terima kasih atas tawaranku” ucapku dengan nada pelan agar tidak terlihat marah kepadanya. “Baiklah aku pulang dulu yah, sampai jumpa” ucap Lita. “Iya sampai jumpa” jawabku dengan nada yang mencoba berwajah ceria. Akupun masuk kekamar dan mulai menulis karya dari lomba yang akan aku ikuti. Berhari-hari telah berlalu naskahku pun sudah selesai hari ini aku mengumpulkan naskah lombaku. Saat ku kirim naskahku dalam hati aku berkata “Semoga hari ini aku bisa menang dan membagi hadiahnya dengan ibu”. Hingga akhirnya pengumuman pun tiba. “Wah, hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu” ucapku dalam hati. Lomba itu telah diumumkan aku melihat smarphonku untuk membaca pengumumannya dan ternyata aku kalah lagi. “Yah, aku kalah lagi” ucapku sambil meneteskan air mata. Semenjak itu aku terus mencoba mengikuti lomba karya tulis hingga berkali-kali dan hasilnya tetap sama. Aku terlalu sibuk, hingga melupakan sahabatku sendiri.

Suatu hari, Lita datang lagi ke rumahku.  “Tika, sebenarnya ada apa sih sudah hampir tiga bulan kita tidak bermain bersama” ucapnya dengan nada yang kesal. “Maaf Lita, seberanya aku selama ini selalu mengikuti lomba karya tulis tetapi aku selalu saja kalah” ucapku sambil menangis. “Apa? jadi semua ini karena itu. Kenapa kamu tidak bilang kepadaku saja” jawabnya sambil memelukku yang sedang menangis. “Aku tidak ingin merepotkanmu. Aku ingin berusaha sendiri” jawabku kepada Lita. “Aku paham Tika” ucapnya. “Oh iya, aku mau kasih kabar ada lomba karya tulis mau ikut?” ucap Lita memberitahuku. “Sepertinya tidak, aku pasti kalah lagi” jawabku. “Tika jangan pesimis seperti itu aku akan membantumu” ucap lita kepadaku. “Terus kamu sendiri gimana” tanyaku. “Tidak apa, aku sedang tidak ingin mengikuti lombanya”jawabnya. “Tapi bagaimana buat karya tulis yang bagus” tanyaku. “Tenanglah aku akan membantumu untuk menentukan ide tapi isinya kamu buat sendiri supaya kamu bisa terus berkarya dengan baik” ucap Lita kepadaku. “Baiklah, terima kasih Lita” sahutku. “Oke, ayo kita mulai” ucap Lita. Kita pun mulai mencari ide, Lita menjelaskan cara membuat karya tulis yang baik. Setelah aku tau ide apa yang bagus, aku mulai menulis isi karya tulisku. Berhari-hari telah berlalu dan ini adalah hari pengumuman lombanya aku merasa pesimis dan rendah diri. “Tika, kamu jangan terlihat murung dan pesimis seperti iya dong” ucap Lita. “Iya Lita, aku akan berusaha untuk tetap optimis” jawabku. Hitungan mundur pengumuman dimulai, hatiku berdetak begitu kencang karena gugup. Aku membuka pengumuman lomba , dan ternyata aku yang mendapat juara pertama. Tanpa sadar aku meneteskan air mata karena sangat bahagia. Lita khawatir dan bertanya padaku “Tika kamu kenapa? kenapa menangis?”tanya Lita. “Coba kamu lihat pengumuman ini” ucapku. Betapa terkejutnya Lita ketika melihat pengumuman itu hingga dia berteriak kegirangan. “Wah akhirnya kamu bisa,Tika” ucapnya kepadaku. “Iya akhirnya. Terima kasih Lita karena kau sudah membantuku” ucapku.”Iya sama-sama Tika” sahutnya.

Setelah beberapa hari dikirim, akhirnya hadiah itu telah sampai. Aku menunjukkan hadiahku kepada ibu. “Ibu lihat aku dapat apa?” ucapku kepada ibu. “Apa ini nak?” tanya ibu penasaran. “Aku menang lomba karya tulis, bu” jawabku kepada ibu. “Alhamdulillah kamu bisa menang nak” ucap ibu. “Iya alhamdulillah bu. Ini ada hadiah untuk ibu” ucapku. “Apa ini nak?” tanya ibu. “Coba ibu buka” ucapku. Ketika ibu membuka hadiah tersebut ibu sangat terkejut dan tersenyum sambil meneteskan air mata. “Terima kasih nak. Ibu sangat bahagia” ucap ibu kepadaku. “Iya bu, sama-sama.Maaf Cuma bisa memberi itu saja” ucapku sambil menangis. “Tidak apa-apa nak” jawab ibu. Dari kejadian itu aku sadar, bahwa saat aku jujur atas kesulitan yang aku alami, maka bebanku akan berkurang. Karena kejujuran adalah segalanya dan sikap optimis sangat dibutuhkan dalam menggapai semua mimpiku serta aku harus tetap semangat walau seing mengalami kegagalan, karena disaat aku masih mempunyai harapan maka disitu aku masih punya jalan menuju masa depan."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.