SEBUTIR DEBU

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "SEBUTIR DEBU


Sebuah kepergian, dari sang pemilik hati

Jiwaku meronta, hatiku menggebu

Membunuh karsa melemahkan hasrat.

Kalbu melapuk runtuh. Terberai tak utuh

Perpisahan denganmu kasih 

Ditarik paksa oleh harta dan kasta

Dibelenggu oleh iman yang berbeda.

Jika aku adalah tulang rusuk mu

Maka tangan Tuhan lah yang membawaku untuk mu.

Walaupun ujung temu adalah kematian. 

Namun jika aku hanya sebutir debu sekedar singgah

Maka Tuhan hanya menempatkan ku diambang pintu hatimu


SANG PEMIMPI

Dibalik tabir pilu kehidupan

Tersimpan sejuta rindu yang ingin pulang

Kedatangan pada sang pembunuh rindu

Adalah penawar tak terganti.

Aku yang terus terbungkuk dalam sunyi

Berharap ada sinar yang membawa ku pada kebahagiaan.

Aku sebatang kara, memimpikan damai dalam pangkuan bunda 

Yang mengharapkan ketenangan dalam pelukan ayah.

Aku ingin bertemu 

Walaupun hanya sebatas mimpi atau melangkah menemui alamnya.


PESAN CINTA

Cinta ... 

Pesan sendu telah tersampaikan

Oleh lisan gelap terucap gugup

Getir hati tertembus telinga tersulut rapuh 

Cinta ...

Terima kasih

Pesanmu telah kubaca 

Dan menusuk kalbu penuh haru

Diriku tertunduk sunyi

Meringkih, dihempas angin kebencian

Cinta ...

Luka lama terbalut hadirmu,

Kini melebar oleh pesan pilu darimu

Biarlah hati yang mengambil alih

Menuntut atau bungkam menguasai.

Dan biarlah waktu menghakimi

Egomu atau cintaku.


RIUH DIBUNGKAM DUKA

Hilang dalam pusaran halusinasi

Terbuai dalam kenikmatan fana 

Hanyut mengalir hilang arah.

Apa yang dicari ?

Entah, hilang yang ku gapai.

Langkah pulang menjadi tujuan

Sebujur manusia kaku yang menyambut kepulangan.

Seketika aku tenggelam dalam hinaan penyesalan.

Duka memekik hati, menelan getir nasib pilu.

Bunda, maaf ... 

Bahkan lisanpun bungkam melihat surgaku terpenjam menemui asalnya. 

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.