https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:
"Puncak Gunung Sumbing
Karya : Andi Ramdani
Perjalanan pertama yang ku lalui adalah ke puncak alias mendaki. Ketika orang bertanya apakah sebenarnya keuntungan dari mendaki gunung yang bisa di bilang hanya membuang-buang waktu dan tenaga karena kaki terus melangkah ke atas, mata yang selalu harus fokus menatap jalan, dan waktu yang terus berputar. Aku berterima kasih kepada kawan-kawan ku yang karena berkat mereka semua aku bisa merasakan betapa indahnya alam nusantara ini meskipun pada awalnya rasa putus asa itu muncul ketika di perjalanan untuk pertama kalinya melakukan pendakian salah satu gunung di pulau jawa yaitu Gunung Sumbing yang terletak di perbatasan antara Wonosobo dan Temanggung jawa tengah. Dan tentunya saya berterima kasih kepada ALLAH SWT karena masih di beri kesempatan untuk merasakan nikmatnya salah satu alam yang begitu indahnya.
Hari kemarau yang begitu menyengat, suara jangkrik dipedesaan yang sepi dengan hamparan sawah, langit telah menguning dan sang mentari akan padam.
Aku, Fernanda Giopatih anak tunggal yang kesehariannya membantu orangtua mencangkul. Setelah lulus dari pendidikan terakhir, aku sibuk mengurus sekaligus membantu orangtua di sawah. Ingin sekali aku keluar, melihat pemandangan kota dan negara lainnya, tapi apalah daya aku hanya seorang anak petani yang hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Suara adzan terdengar dari jauh, aku segera bersiap-siap membersihkan diri dan pulang ke rumah.
""Dek, makan dulu."" Begitulah ucapan ibuku setiap hari setelah aku pulang dari sawah, disuruhnya makan dulu, tapi aku membiasakan diri untuk mandi terlebih dahulu dan sholat kemudian baru makan.
Aku pun menjawabnya dengan sopan, ""Iya bu, Gio mau bersih-bersih dulu udah bau keringet.""
Ibu hanya tersenyum mendengar ucapanku, aku yakin ibu pasti mengerti.
Setelah selesai mandi dan sebagainya, aku menghampiri meja makan, ibu sudah menunggu ku ternyata, aku tak melihat ayah. Akupun menanyakannya pada ibu, ""Bu, bapak kemana?""
""Bapak sedang ke rumah pak RT.""
Begitulah jawaban yang terdengar samar-samar ditelinga ku, suara yang telah menua.
Tring...
Bunyi telepon dan getaran diatas meja membuat ku menghentikan makan, Ibu melirik memyuruhku mengangkatnya.
""Assalamu'alaikum."" Suara teman sekolah ku yang terdengar seperti teriakan anak kecil ini, bernama Bayu.
Aku menjawab salamnya.
""Gio, ada kabar baik nih, mau dengar gak?""
""Berisik, bisa gak kalau ngomong ditelepon jangan teriak-teriak, telinga ku sakit nih. Kabar apaan?""
""Temen-temen katanya mau muncak selama sebulan, kamu ikut kan?""
""Sebulan? Serius, jangan bercanda.""
""Aku gak bercanda, kalau gak percaya kamu ngomong deh sama Aliya, tunggu bentar yah.""
Aku disuruhnya menunggu, entah dia lagi ke toilet atau lagi ngapain mungkin, kemudian suara perempuan terdengar diteleponku.
""Gio, kamu mau ikut kan? Kita sudah sepakat sama temen yang lainnya juga.""
""Benerin ini teh? Aku kira bohongan. Sebulan loh?""
Suara samping Bayu yang berteriak terdengar, ""Tuh kan, kalau Aliya yang bicara langsung percaya aja.""
Aliya menjawab pertanyaanku dengan tenang, ""Iya, Gio sebulan. Kita akan kumpul di rumah mu aja yah, nanti kita yang jemput kamu, kalau masalah makanan dan sebagainya, temen-temen yang urus katanya, kamu tinggal menikmati aja.""
""Aduh, jadi gak enak nih, kalau semuanya berkorban, aku gak sama sekali.""
""Gak apa-apa, Gio. Temen-temen juga pasti ngerti karena keadaan kamu.""
Aku berhenti sejenak setelah mendengar ucapan Aliya,
""Bagaimana?"" Lanjut Aliya
""Aku pikir-pikir lagi ya, soalnya orangtua ku gimana? Aku gak bisa jauh dari orangtua ku.""
Bayu tiba-tiba mengambil pembicaraan dan teriak-teriak seperti biasanya, ""Ya elah, kamu kayak anak manja aja, kalau itu aku yang urus deh sekalian minta ijin juga sama ibu bapakmu, pokoknya kamu siap-siap dari sekarang apa yang mau kamu bawa..""
""Udah gitu aja, Gio. Kita bakalan jemput kamu, jadi kamu jangan pusing mikirin ini itu yah.""
Telepon pun berakhir dengan pesan yang disampaikan Aliya, pikiran ku yang bingung dan kaget membuat aku melamun sejenak, ibu menyadarkan lamunanku, ""Ada apa? Kayaknya serius?""
Aku tidak tahu harus jawab apa pada ibu, aku takut akan membuatnya khawatir, lebih baik aku diam saja.
""Oh, tidak ada apa-apa bu, cuma obrolan biasa aja.""
Dalam benak hatiku rasanya aku menyesal membohongi ibuku sendiri.
Ketika itu aku sama sekali tidak ada rencana untuk naik gunung, di dalam kamar aku sudah memakai selimut untuk tidur pada malam itu. Tiba-tiba Bayu Pranata menelpon ku kembali, “Mau ikut gak?”. Kemudian aku terdiam karena pada saat itu jam telah menunjukkan pukul 12 malam. Dan Aku segera menjawab “Yang benar aja, ini sudah jam berapa? Telpon di jam 12 malam, aku mau tidur nih”. Kemudian Bayu mengeluarkan kata-kata yang membuat aku kembali berpikir “Ayolah kawan, mumpung kamu belum pernah muncak, makanya aku ajak kamu”. Aku pun merasa terharu karena dia masih mau mengajak ku karena menurut ku pasti dalam perjalanan aku akan mengalami banyak kesusahan mengingat belum pernah mendaki sama sekali. Aku mulai bertanya padanya “Aku gak punya perlengkapan, aku gak enak malah nanti aku jadi beban buat kalian selama perjalanan”. Bayu pun kembali meyakinkan ku “Ah… kamu mau aku jelasin berapa kali? Kalau itu tidak usah kamu pikirkan, kita pergi bersama. Kalau kamu kesusahan pasti kami bantu karena jika mendaki gunung butuh kerjasama, jika tidak maka tidak ada gunanya kita naik kalau memikirkan diri sendiri saja”. Aku pun mulai yakin dengan kata-kata dia dan akhirnya aku akan memilih untuk ikut dalam pendakian itu.
Rencana pendakian, akan dilakukan seminggu kemudian. Bayu dan lainnya ternyata tidak berbohong, mereka datang untuk menjemputku dengan sebuah mobil yang lumayan muat 10 orang dan 6 motor matix yang berboncengan.
Mereka mendatangiku, kemudian Bayu menepuk pundakku, dia berkata, ""Gimana? Kami menepati janji bukan?""
Aku hanya mengangguk senang, mereka adalah orang-orang baik.
Mereka pun aku suruh masuk menuju rumah, walaupun gak muat untuk dimasuki 20 orang karena rumah kami memang kecil. Sebagian dari mereka menunggu diluar dan lainnya menemui orangtua ku.
""Gimana kabarnya, pak? Bu?"" Bayu yang memimpin, uluk salam dan berbicara duluan.
Orangtua ku yang penasaran siapa mereka, Bayu kemudian mengenalkan sekalian menjelaskan maksud dan tujuan mereka datang.
Aku tak ingin melihat wajah bapak dan ibu sedih, aku pun menunduk. Namun terdengar suara yang membuat aku lega dan senang, mereka setuju untuk membuatku tetap ikut bersama yang lainnya. Bayu kemudian menjelaskan bahwa akan ada sepupunya yang datang untuk membantu dan menjaga orangtua ku. Aku sangat berterima kasih pada kawan SMA ku, ini adalah anugerah dari Allah yang telah mengirimkan ku teman yang baik.
Setelah aku mempersiapkan barang-barang kemudian kami beranjak dari sofa dan uluk salam pada ibu bapak, begitupun yang lainnya. Kami kemudian pergi menuju kos Gery karena teman-teman sisanya menuju ke sana. Di kost Gery, aku bertemu dengan Bang Hamid, Firman, Bang Andri dan Rian. Di sana akhirnya kita mempersiapkan barang-barang seperti perbekalan, Tenda, Nesting (alat memasak), kompor kecil dll. Setelah kami merasa bahwa perlengkapan sudah siap kami pun beranjak dari kota Sleman, Yogyakarta menuju Wonosobo, Jawa tengah dengan menggunakan mobil jeep dan menempuh 3 jam perjalanan.
Di perjalanan kami saling bercanda gurau agar tidak merasa bosan di jalan. Pada saat itu pukul setengah tiga kami melakukan perjalanan. Di tengah perjalanan kami singgah untuk makan, memberikan tenaga buat mendaki ketika nanti sampai di base camp Gunung Sumbing. Kami pun kembali berjalan, aku dan teman-teman sempat tertidur di perjalanan kecuali bang Hamid karena dia yang menyetir mobil dan bang Andri yang menemani bang Hamid. Ketika tertidur aku sempat terbangun karena mendengar suara teman-teman yang sudah bangun dan ketika aku membuka mata, langit sudah terang dan tampak terlihat dari jauh Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang letaknya bersebelahan. Aku pun sangat takjub dengan pemandangan pagi itu karena Gunung yang tinggi dan udara yang begitu cukup dingin karena berada di dataran tinggi.
Akhirnya kami pun sampai di Base camp Gunung Sumbing yang letaknya berada di Kabupaten Wonosobo jawa tengah. Bang Hamid dan bang Andri pun memutuskan untuk beristirahat sebentar karena lelah dalam perjalanan sekalian mengisi tenaga untuk melakukan pendakian nanti. Sembari menunggu mereka tidur, aku, Gery, Firman dan Rian pun berfoto-foto karena pemandangan yang begitu bagus sayang jika kenangan itu tidak di abadikan. Keadaan pun sangat cerah tetapi tetap dingin sekali suhu di daerah tersebut.
Waktu terus berjalan tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Kami pun membangunkan bang Hamid dan bang Anndri untuk melakukan persiapan sebelum mendaki. Semua perlengkapan pun telah siap dan kami melakukan laporan di base camp sebelum naik. Setelah itu kami melakukan streaching agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan pada badan dan melakukan dona bersama. kami pun telah siap dan melakukan perjalanan.
Baru 20 menit melakukan pendakian, aku pun merasa kelelahan karena trek yang menanjak dan membawa beban yang cukup berat. Di situ aku merasa menyesal kenapa ikut dalam perjalanan itu. Akan tetapi aku merasa tertantang karena indahnya alam yang aku lihat meskipun belum terlalu jauh berjalan. Kami terus melakukan langkah menuju ke puncak dan kami pun tiba di Pos 1 Gunung Sumbing, kami pun memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melakukan perjalanan kembali. Tampak di peta bahwa puncak masih sangat jauh sekali. Ketika aku melihat peta itu jarak dari pos 1 menuju ke pos 2 tidak terlalu jauh dan aku pun kembali bersemangat karena di pos 2 kami berencana untuk melakukan istirahat kembali.
Perjalanan pun kembali kami lanjutkan. Bang Andri, Rian, Gery dan Firman pun berjalan cukup jauh meninggalkan ku dan Bang Hamid maklum karena mereka berempat sudah biasa melakukan pendakian gunung, aku bersama bang Hamid baru pertama kalinya mendaki gunung itu membuat kami lambat dalam berjalan. Sekitar 1 jam lebih berjalan, aku pun merasa lelah dan putus asa karena medan yang cukup berat dan belum sampai di pos 2. Selama di perjalanan aku berpikir tau begini mendingan gak usah ikut saja baik di kost istirahat bermain game tanpa kelelahan sedikitpun. Bang Andri, Firman, Gery dan Rian memutuskan untuk menunggu kami karena cukup jauh mereka meninggalkan kita. Setelah aku dan bang Hamid bertemu mereka, akhirnya kami pun beristirahat karena melihat kami yang kelelahan.
Di sela-sela istirahat, mereka pun semua asyik bercanda kecuali aku yang hanya terdiam dan nafas terengah-engah. Gery pun bertanya kepada ku ""Kau kenapa? Kok diam terus dari tadi."" Karena aku merasa lelah, aku menjawab “Capek sekali, gak sanggup kayaknya aku ini.” Gery pun tersenyum dan ia kembali berkata “Ah… sudah sampai sini kau nyerah begitu saja? Udah nikmati aja, semua pasti terbayar jika kita sudah sampai di puncak.” Teman-teman yang lain pun ikut menyemangati ku, yang melihat putus asa. Aku pun merasa kembali bersemangat dan termotivasi atas kata-kata Gery. Dan akhirnya kami pun kembali berjalan. Gery berjalan di belakang ku untuk menjaga ku agar tidak terjadi apa-apa. Aku merasa tidak enak pada mereka karena yang terlalu manja dan cepat menyerah, maka seketika rasa capek itu hilang meskipun hanya sebentar saja, mengingat makin terjalnya jalanan dan dinginnya udara meskipun matahari terik sekali.
Terus berjalan akhirnya kami pun sampai di pos 2. Mengingat di tengah perjalanan antara pos 1 dan pos 2 tadi sudah beristirahat, kami pun terus melakukan perjalanan dan tidak istirahat di pos 2. Ketika kami keluar dari hutan kami pun sampai di daerah batu batuan yaitu di daerah PESTAN. Di situ aku sangat kaget dan kembali merasa tak sanggup berjalan lagi karena Jalan bebatuan dan makin terjalnya medan jalan yang akan di lalui. Sudah 5 jam kami berjalan dan baru ketika di daerah inilah aku merasa sangat lelah sekali. Gery yang melihat ku sudah sangat lelah pun menawarkan diri untuk membawakan tas, “Sini tas kamu biar aku yang bawa. Sudah goyang gitu badan kamu kulihat.” Aku yang merasa tidak enak, yang hanya bisa menambah bebannya, padahal dia sendiri pun membawa tas yang cukup besar. Aku pun tidak mau mengambil resiko maka aku terima tawaran darinya. Ketika melakukan perjalanan tanpa membawa tas memang terasa beda. Badan terasa ringan dan cukup kuat untuk menanjak. Tapi itu tidak bertahan cukup lama karena makin terjalnya jalan yang kami lalui. Aku pun kembali terduduk diam menengok ke atas melihat masih begitu jauhnya perjalanan, padahal jika di hitung saja jarak dari base camp menuju puncak hanya 7 km saja, akan tetapi jalan yang menanjak membuat jarak seperti puluhan kilometer berjalan.
Terus berjalan kami pun akhirnya sampai di PASAR WATU di ketinggian kurang lebih 2438 DPAL. Hari pun semakin sore tetapi kami belum mendapatkan tempat buat camping. Menurut peta dan pemberitahuan dari orang yang menjaga base camp di bawah tadi bahwa tempat camping yang terdekat dari puncak berada di daerah WATU KOTAK yang jaraknya kurang lebih satu jam lagi jika ingin ke puncak. Kami pun cukup panik mengingat kami cuma membawa satu senter maka Bang Andri dan Firman pun memutuskan untuk berangkat duluan untuk sampai ke WATU KOTAK. Haripun semakin gelap dan kami pun belum sampai di camp. Kembali berjalan, aku kembali di hadapkan dengan medan yang sangat terjal dan jika tidak berhati-hati bisa saja kami terjatuh. Ketika aku dan bang Hamid, Gery dan Rian berhenti sejenak, akhirnya kami mendapatkan kabar baik kalau bang Andri dan Firman telah mendapatkan tempat untuk membuat tenda. Mendengar hal itu kami yang tertinggal pun kembali berjalan dengan semangatnya di keadaan yang gelap. Dan kami semua akhirnya sampai di WATU KOTAK lalu melanjutkan untuk membangun tenda dan mencari kayu untuk di bakar. Setelah semua siap, kami pun beristirahat dan bisa bernafas lega meskipun keadaan di camp sangat dingin sekali sampai menusuk ke tulang meski sudah memakai jaket dan sleeping bag sekaligus. Setelah itu kami pun memasak untuk makan malam dan kemudian tidur untuk beristirahat.
Pukul 6 pagi aku, Gery dan Firman terbangun dan keluar tenda. Betapa indahnya pemandangan dari atas ketika melihat kami berada di atas awan dan melihat langsung kota di bawah dan Gunung Sindoro yang berada di sebelah gunung sumbing meskipun sebenarnya itu belum di puncak Gunung Sumbing. Maka momen itu pun kami pakai untuk berfoto sebelum kabut menutupi pemandangan yang indah itu. Meskipun aku pada akhirnya tidak bisa ikut sampai ke puncak mengingat bahwa tidak ingin merasakan kelelahan ketika turun nanti, tetapi apa yang sudah aku lihat di depan mata sendiri membuatku sudah merasa puas karena sebenarnya tidak ideal bagi seorang pemula untuk langsung mendaki Gunung Sumbing karena medannya yang cukup berat, aku sangat berterima kasih kepada tuhan karena masih bisa melihat pemandangan yang jarang bisa di lihat dan dirasakan oleh semua orang.
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.