Pondasi Cinta Yang Runtuh - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


p>Pondasi Cinta Yang Runtuh


Seperti senja yang sangat merindukan kehadiran fajar. Begitu juga dengan aku yang merindukan adanya hari esok untuk dirimu. Doa yang selalu terpanjat di setiap sujudku, seolah selalu menjadi mukjizat dari Tuhan untuk hubungan ini.

Dia menyapaku. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya, setelah aku memutuskan untuk tidak mencintai siapapun. Memutuskan untuk tidak gugup lagi, aku mencoba untuk mengangkat dering telfonya. Detak jantung ku begitu cepat, itu adalah kali pertama aku merasakan cinta itu datang lagi dari sekian waktu sendiriku beberapa tahun lalu.

“ Mba,” dia memanggilku

    Itu adalah percakakapan yang dia mulai untuk memanggilku, aku sungguh terpaku, terpesona dengan keelokkan suaranya, yang begitu lembut dan halus. Ya itu adalah awal dari semua rasa cintaku padanya. Hingga saat ini dia masih berusaha untuk  mendekatiku. Dia selalu berusaha berada di sampingku. Bila ada disisinya aku serasa melambung tinggi ke angkasa. Dia benar-benar tau cara membahagiakan ku. Seminggu setelah kami kenal dekat, dia menyatakan perasaannya “ Aku pun mencintaimu sejak hari itu,” jawabku dengan hati yang bahagia.

Satu tahun berlalu, Melewati hubungan ku dengan sebut saja Mas S, semuanya berubah.Jarak semakin jauh karena dia harus bekerja di Cikarang dan aku harus melanjutkan sekolah di Kota Yogyakarta. Awalnya  kami mampu menepis anggapan buruk tentang LDR tapi ternyata itu menjadi awal retaknya hubungan. Dari mulai renggang, komunikasi jarang, cemburuan, kebiasan yang berubah, pertengkaran-pertengkaran yang sering terjadi, hingga dia  memutuskan untuk mengakhiri hubungan.

Berbagai cara aku lakukan  supaya dia balikan. Berusaha selalu chat dia, perhatian sama dia, buat lelucon garing, sering minta maaf dan janji akan berubah, bahkan aku nekat bertemu orang tuanya di rumah dan pergi menemuinya di Cikarang. Tapi uasahaku sia-sia.

Hingga ketika aku sedang menikmati senja di pantai sore itu, tak sengaja aku bertemu dengannya. 

“ Hai mas,” sapaku sore itu.

Tak lama kemudian dia datang menghamipri ku kan seketika itu duduk disamping ku. Sebuah tarikan nafas yang berat kembali menyadarkanku, aku tidak sedang sendiri. Aku kembali memandangi wajah lelaki ini. Lelaki yang dulu selalu ada untukku.

Di ujung senja ini, wajahnya terlihat suram. Lesung pipi yang biasanya tertancap sempurna di pipinya pun seolah menghilang  ditelan mendung yang terpampang jelas dari wajahnya, seperti wajah langit sore ini. 30 menit sudah duduk bersampingan tanpa suara, hanya terdengan kicau burung dan desiran ombak. Embusan nafasnya yang berat terdengar sekali lagi. Aku tahu ada yang ingin dia katakana, tapi dia terlihat ragu.

“ Hampir gelap dan puisi ini sudah selesai kutulis. Kau tidak ingin pulang?” ucapku membelah kesunyian. Kulihat dia menarik nafas panjang lagi, dan aku mulai gusar melihatnya.

“ Aku akan menikah satu bulan lagi. Dijodohkan,” ucapnya lirih menatap senja yang kian hilang dari tempatnya. Aku hancur, bak mendengar kehancuran, dan kurasa udara di sekitarku menipis. Aku menatapnya nanar, berusaha mengabaikan sesak yang tiba-tiba menyeruak di dadaku.

“ Selamat kalau begitu, kutunggu undanganmu.”

Kuharap aku bisa menampilkan senyum terbaikku. Memang tak ada kejelasan hubungan antara aku dan Mas S. Setahuku aku dan dia sudah lama berpisah dan tidak sengaja di pertemukan kembali oleh waktu.

Satu hal yang terlewatkan olehku, angina adalah udara yang bergerak. Bergerak sebentar di sekitarmu, dan takkan pernah kembali lagi saat ia telah beranjak dari sisimu.

Tahun-tahun berlalu tanpa ada sesosok penyemangat menyelinap dalam kehidupan ku. Hari ini, aku memang berniat untuk memutar kembalu segalanya. Aku berencana pergi ke tempat yang kita kunjungi dulu. Tempat yang akhirnya menjadi saksi bisu kata ucap perpisahan mu. Hebatnya alam  bawah sadarku ternyata juga mendukung rencanaku untuk memutar kenangan hari ini.

Setelah hari itu, aku masih beberapa kali menangis jika mengingatmu. Mengingat apa yang sudah kamu lakukan kepadaku. Aku memilih untuk memeluk lukaku erat-erat, sampai rasa sakitnya semakin jelas kurasakan. Berharap aku bisa meluluhkan dengan rasa ikhlas, mengalirkannya keluar lewat air mata, menyembuhkannya dengan lantunan doa kepada Tuhan.

Dan hari ini rasanya aku berhasil untuk melupakknm, meski awal dari semua itu tidak semudah apapun. Aku akan mengejar mimpi-mimpiku dan terus menanjak melampui kamu. Aku akan berlari jauh mendahului langkah-langkah kecilmu. AAku akan terbang ke atas, meninggalkan segala yang menyakitkan.


Yang baik darimu tetaplah baik di mataku, sampai kapan pun. Yang buruk darimu akan menjadi urusanmu dengan Tuhan, dan sesegera mungkin kuhilangkan dari ingatanku. Biarlah perpisahan ini menjadikan aku dan kamu raga yang mengerti ketika meninggalkan jiwa.

Tidak aka nada lagi malam yang kuhabiskan dengan mengenang dan menangisimu. Tidak aka nada lagi waktu-waktu sendu yang membuatku berharap kembali denganmu. Satu tahun adalah waktu yang cukup untuk masa tersulitku.

Biarlah semuanya berjalan kembali seperti semestinya, biarlah semua menjadi potret masalalu yang membahagiakan, biarlah aku hanya menjadi figuran dan rumah kosong mu ketika kau pulang dari kegagalan. Tapi kau akan selalu menjadi topik utama dan alasan ku mencintai.

Aku tidak lagi menyesali pertemuan ini. Juga tidak mau menghindari pertemuan ini, sekalipun waktu terulang kembali. Aku belajar untuk menghargai cinta di singkatnya waktu. Aku belajar untuk berpasrah diri pada scenario hidup uang diberikan Tuhan kepadaku.

Hari ini, aku mengucapkan selamat tinggal pada perasaan dan harapan-harapan indah yang pernah kubangun, dengan namamu sebagai pondasinya.


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.