ADU NASIB SEORANG GURU - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 ADU NASIB SEORANG GURU

Oleh: Alif Bachtiar Usuludin


Sebuah mentari yang menampakkan sinarnya di ujung timur, menyinari dunia dengan penuh harapan yang indah di pagi hari ini. 

5 tahun sudah berlalu perjalanan panjang dua pemuda dari desa yang memiliki cita-cita yang tinggi, akhirnya dua sahabat ini bertemu dia sebuah restoran karena salah satunya merasa bahwa rasa hampa sudah 5 tahun tidak bertemua dan berbincang-bincang ria. Dua sahabat ini baru berpisah setelah sekian lama selalu bersama dari SD hingga perguruan tinggi mereka selalu bersama, setelah mereka lulus dari perguruan tinggi mereka berencana berpisah untuk berpisah untuk menraih cita-citanya masing-masing.

Sebelum mereka berdua hendak bertemu Subeki sempat menghubungi Imam sahabat lamanya yang sudah 5 tahun tidak bertemua sama sekali, Subeki mengajak Imam bertemu disuatu tempat makan favorit mereka semasa mereka masih di perguruan tinggi dulu.

”Asamualaiku, halo apa benar ini Imam sahabatku dulu yang baik hati ?” Subeki menelpon Imam. 

“Waalaikumsalam, iya benar ini saya Imam. Ini Subeki iya ?” dengan senang mendengar kabar dari sahabatnya.

“Iya benar ini aku Subeki, Mam. Bagaimana kabarmu Mam?”

“Masyaallah sudah lama kamu nggak kabarin aku, Ki. Alhamdulilah baik-baik kabarku, Ki.”

“Iya aku agak sibuk ngurusin pasien yang banyak di rumah sakit.” Dengan sedikit sombong Subeki memberi tau kalau sudah jadi dokter.

“Wahhh... jadi sekarang kamu sudah jadi apa yang kamu cita-citakan, Ki.” Imam mendengarnya dengan senang hati karena temannya sudah meraih cita-citanya.

“Iya begitulah, Mam. Lalu sekarang apa kesibukanmu sekarang ?” 

“Alhamdulilah, sekarang aku menjadi guru di sebuah sekolah yang kecil.” 

“Ohhh... Bagaimana kalau kita ketemu, Mam?” 

“Boleh... Mau ketemu dimana emangnya, Ki ?”

“Di tempat biasa kita makan dulu waktu kuliah, gimana Mam ?”

“Ok kalau gitu sampai ketemu di tempat biasa.”


Beberapa hari setelah mereka berkomunikasi lewat via telfon dan merencanakan untuk bertemu di tempat makan mereka dulu waktu masih kuliah, akhirnya mereka bisa bertemu kembali setelah sekian lama berjuang meraih cita-citanya.

“Hai Mam, sudah datang duluan ternyata kamu ?” Sapa Subeki sambil menghampiri Imam yang sudah sampai duluan.

“Asalamualaikum dulu lah, Ki.” Jawab Imam.

“Iyaya Mam. Asalamualaikum Mam.” Ucap Subeki sedikit kesal.

“Waalaikumsalam Ki. Kamu gimana kabarnya?” tanya Imam.

“Iya begini lah Mam agak sibuk banyak pasien akhir-akhir ini capek” jawab Subeki dengan soknya karena sudah menjadi dokter.

“Wah sudah hebat iya kamu sekarang, Ki. Jadi orang sibuk sekarang hehehe” 

“Iya begitu lah, Mam. Oh iya kemarin katanya kamu jadi seorang guru iya, Mam?” tanya Subeki.

“Iya Ki, aku sekarang jadi guru.” Jawab Imam.

“Kenapa kamu memilih menjadi guru Mam? Bukannya di Indonesia tau kan kamu gaji guru itu berapa Mam apalagi belum jadi PNS?” tanya Subeki.

“Iya aku tahu Ki kalau gaji guru di Indonesia ini rendah, tapi saya menikmati menjadi guru meskipun gajinya rendah.” Jawab Imam dengan bijak.

“Kita pesan makan dulu saja Mam, nggak enak kalau ngobrol nggak sambil makan kan kita sudah di tempat makan yang dulu kita sering kesini.” 

“Iya baiklah saya pesankan dulu makannya.” Imam memanggil pramusaji di tempat makan tersebut.

Setelah mereka berbincang-bincang sedikit dan memesan makan, Subeki masih bingung kenapa sahabatnya lebih memilih menjadi seorang guru padahal dia tau kalau gaji guru di Indonesia rendah apalagi belum menjadi PNS.

“Mam, aku masih bingung kenapa kamu masih milih guru padahal kamu tau sendiri kan guru itu gajinya rendah?” tanya Subeki sambil makan dan bingung.

“Karena menjadi guru ini adalah profesi yang mulia, Ki.” Jawab Subeki.

“Ahhh bingung aku Mam lihat kamu kok masih kekeh menjadi guru!” 

“Sudah Ki,  kita makan dulu aja kita habiskan makannya. Kamu nanti bakal tau jawabannya sendiri.”

“Hmmmm iya Mam.” Sedikit kesal karena masih bingung dengan jawabannya sahabatnya sendiri.

Setelah suasananya sedikit lebih panas Imam menyela pembicaraan agar tidak lebih berlanjut akhirnya Imam dan Subeki menlanjutkan makan hingga habis, setelah makanan habis serta mereka berdua berisitirahat terlebih dahulu karena terlalu kenyang. Tiba-tiba datang sesosok perempuan yang cantik menyapa mereka berdua.

“Asalamualaikum Imam, Subeki. Gimana kabar kalian?” sapa Siti sambil menuju Imam dan Subeki.

“Walaiakumsalam. Ehhh Siti iya?” jawab Subeki dengan kaget ketemu Siti yang sudah berubah drastis.

“Alhamdulilah baik-baik saja Siti, kamu sendiri bagaimana kabarnya?” jawab Imam.

“Silahkan duduk Siti, kamu mau pesan apa makan, minum?” saut Subeki bertanya kepada Siti.

“Tidak usah Ki terimah kasih baru saja tadi aku sudah makan.” Jawab Siti dengan lembut.

“Mau kemana emangnya kamu Siti?” tanya Subeki karena penasaran.

“Sebenarnya aku tadi mau pulang kebetulan lewat sini dan ketemu kalian berdua sedang makan disini.” 

Setelah Siti kebetulan ketemua Imam dan Subeki akhirnya mereka tidak jadi beranjak pulang, mereka bertiga malah asik berbincang-bincang hingga lupa akan waktu yang terus berjalan akhirnya memutuskan untuk balik masing-masing."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.