Menjadi Guru, Panggilan Hidupku - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Menjadi Guru, Panggilan Hidupku

Oleh DAVID KUSUMA


Aku tidak menyangka bakal bisa seperti ini, menulis merupakan hal yang asing bagiku, bahkan tidak terpikir bahwa aku bisa merangkai kata sebanyak ini. Tidak pernah terpikir di benakku bahwa aku bisa mewujudkan keinginanku menjadi penulis. Selama hidupku aku berpikir bahwa aku hanya bisa berandai andai,saja, aku berpikir bahwa kegiatan mengarang bebas yang dulu aku remehkan ketika kami masih sd dan disuruh Bu Guru dan Pak Guru ketika mengarang bebas, ternyata bisa menjadi tulisan tulisan seperti ini.

Hai aku Maesaroh, aku sangat senang menulis, aku seorang intorvert dan malu mengisahkan keluh kesahku, namun lewat tulisan aku merasa bahwa aku bebas. Tidak ada yang dapat mengganggu dan mengekangku.

Oh ya, kalian semua pasti punya cita cita kan, aku sering berpikiran dan menyangka  bahwa cita citaku hanya menjadi PNS tidak akan terwujud, ternyata tidak, sekarang menjadi seorang guru banyak sekali syarat dan tantangannya. Seorang teman pena ku dari Prancis ketika aku kuliah, pernah berkata di Prancis seorang guru sangat dihargai dan dihormati, dan ketika ditemui orang pasti menaruh hormat, kenapa? Karea tugas seorang guru sangat berat. 

Aku mengira jadi guru, bakal gampang, masuk, kasih tugas, pulang dapat sertifikasi dan selesai. Ternyata tidak segampang itu Abdurahman!

Banyak sekali tantangan dan hambatannya. Aku beruntung memiliki Suami yang suportif dan mengerti tentang pekerjaanku. Bahkan ketika aku merasa bahwa aku tidak pantas menjadi apapun , suami selalu mendukungku, keluarga pun support dan sayang padaku, serta pada akhirnya selalu mendukung pilihan pilihanku.

Aku tidak menyagka, cita citaku menjadi guru akan terwujud,aku mengira bahwa aku hanya akan jadi pengangguran,setelah kuliah, aku sibuk dengan berbagai macam kegiatan, bahkan tidak perduli dengan pendidikanku . Aku sempat bekerja sebagai agen asuransi, berbeda terbalik dengan pendidikanku yang pendidikan bahasa asing yaitu bahasa Prancis. Aku sibuk dengan kegiatan kampus yang menyita waktu, bahkan kegiatan non kampus yag membuatku lalai dan lupa akan kewajibanku, Aku bahkan harus menempuh pendidikan hampir 6 tahun, hampir di DO,kalau tidak Ayah dan Ibu yang menasihatiku.

Waktu itu aku memang sedang kalut,baru putus dari pacarku, luntang lantung tdiak jelas, bahkan sibuk dengan pekerjaan dan lupa akan tugasku. Aku sempat menjauh dari Ayah Ibu dan Keluarga karena merasa sanggup hidup di tempat orang, merantau jauh, aku lupa bahwa Ayah dan Ibu masih membiayai kehidupanku.

Kalau kuingat, aku pernah membuka, buku tabunganku, ketika aku melihat isinya banyak sekali bukti transfer uang dari Ayah dan Ibu untuk mebiayai kuliahku  yang jelas jelas cukup mahal. Aku harus lulus, cita citaku jadi guru harus tercapai, aku tidak mau mengecewakan orang orang yang mendukungku dan percaya padaku.

Aku memang suka menulis, namun hanya di blog itupun kadang tidak selesai, dulu ada my space, namun aku sudah lupa akun myspace ku, dulu sering juga curhat nulis panjang lebar di Friendster, tentang kehidupan, menulis puisi dan prosa, namun akunsudah hilang tidak tahu kemana.

 Citaku citaku menjadi guru sampai kepada proses sekarang ini tidak mudah, setelah lulus aku sempat bekerja di bagian keuangan, salah satu kantor pemerintah, tidak nyambung denga pendidikanku tidak linear, namun karena kebaikan hati beberapa kerabat yang punya link di salah satu sma aku bisa menjadi guru tidak tetap. Hampir11 tahun aku mengajar disitu.

Kalau mengingat waktu kecil dulu aku pernah ditanya oleh guruku, “kalian semua  bercita cita  jadi apa ketika besar nanti?” Kata bu guru, jadi dokter bu, jadi polisi bu, jadi tentara bu, jarang anak anak mengucapkan mau menjadi guru. Kenapa? Karena mereka melihat guru yang gajinya kecil, pengabdiannya besar dan susah hidupnya.

Aku juga bingung kenapa bisa bercita cita menjadi guru,sebenarnya aku maunya jadi penulis, namun melihat nasib para penulis indonesia, orang orang seni yang jenius, namun hidup mereka yang pas pasan, membuat aku mengurungkan niatku. Berbeda dengan sekarang, penulis itu seakan hype sekali, bahkan ada penulis yang bisa meraih jutaan dollar dan kaya raya hanya dari beberapa buku saja.

Kenapa sih mau jadi Guru? Kenapa mau jadi pahlawan tanpa tanda jasa? Hidup pas pasan, tidak dihargai, namun punya tanggung jawab besar bagi negeri?. Pernah waktu pulang sekolah, aku bertanya kepada Ibu dan Ayah. Ayah, ibu, kataku, apa bapak dan ibu pernah puya cita cita? Tanyaku. Ibuku menjawab, “Iya pernah, Ibu dulu mau jadi guru” kata Ibuku.

“Bapak juga mau jadi guru, namun keadaan memaksa kami untuk menjadi petani dan pekebun, bahkan kakek juga sempat jadi pedagang kelontong untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Kenapa Masearoh nanya itu?” Tanya ibuku

“Aku ingin jadi guru agar bisa mencerdaskan orang orang di desa kita bu, supaya mereka jadi orang berguna, dan memajukan desa”,kataku naif dan lugu

“Benar nak kamu harus belajar yang rajin ya, karena guru itu pahlawan paling berjasa, tidak ada suatu bangsa di dunia ini bisa bertahan kalau gurunya tidak diperhatikan, tidak didukung, tidak diindahkan.Dulu pernah ibu mendengar kisah guru ibu pas masih sekolah, Kaisar Hirohito pernah berkata, apakah ada guru yang selamat? Ketika Jepang dibom oleh sekutu. Bayangkan nak, dari sekian banyak profesi di dunia ini, guru yang paling dicari, bahkan kaisar dan raja dan penguasa pun mengutamakan guru.” Kata ibu, sangat bersemangat.

“Oleh karena itu Maesaroh harus giat belajar dan berdoa, tekun dan rajin dalam belajar,, agar mencapai cita cita. Kemiskinan bukan hambatan, Maesaroh jangan malu dan takut ya. Kejarlah ilmu sampai ke China, sampai ke Roma, sampai ke Afrika kalau perlu, kata ibuku dengan seyuman manisnya. Aku mencium tangan ibu, dan pergi ke sekolah dengan gembira, dengan semangat membara, demi cita cita dan demi bangsa dan negara.

Ketika aku berhasil menjadi Abdi Negara setelah lama menjadi guru tidak tetap, rasanya hatiku bergemuruh, dadaku berdegup kencang. perjalanan yang panjang, aku berhasil mencapai cita cita dan menunaikan tugasku, aku Maesaroh dari desa terpencil, berhasil menjadi PNS. Aku kira awalnya bakal ditempatkan di kota , tempat yang ada sinyalnya, ternyata tidak, aku ditempatkan di daerah yang terpencil sama seperti desa asalku. Memori 10 tahun silam ,menyerang pikiranku. Apakah diantara kalian ada yang ingin menjadi guru? Kata pak guru dan bu guru  kepada  kami semuanya. Kelas terdiam dari sekian banyak kepala siswa, hanya aku yang menjawab

“Pak, Maesaroh mau jadi guru. “Kenapa maesaroh? apa yang membuat Maesaroh ingin menjadi guru?” Tanya beliau.

“Itu cita cita Maesaroh pak. Dari kecil.” Kataku, Pak Guru terdiam dan terlihat mengusap matanya sambil membalikkan badannya. Mungkin mata beliau kemasukan debu.

Ketika istirahat aku bertanya kepada teman temanku, “kenapa sih Doni, Rata, Ipang, Adam, kalian tidak ada yang bericita cita menjadi seorang guru?” Tanyaku penuh bingung

“Pokoknya aku ingin menjadi guru, seperti Bu Lalin atau Bu Hermi, atau Pak Nyoman, atau Bu Core’, kataku.

“Aku sih tidak mau jadi guru, mending jadi polisi,aku bisa memakai seragam yang keren, dan menindak para pelaku kejahatan, menciptakan dunia yang aman”,kata Doni, maklum desa asal Doni tinggal adalah desa yang sering disebut desa penyamun atau desa begal.

“Kalau kamu Ratna?” Tanyaku lagi, aku ingin jadi dokter, hidup lebih terjamin, aku bisa menolong banyak orang, dihormati, bisa menyembuhkan penyakit, menyelamatkan nyawa manusia”, kata Ratna. Kemudian aku bertanya lagi kepada Ipang dan Adam, “kalau kalian berdua bagaimana, apa yang kalian cita citakan?tanyaku lagi.

Kami ingin jadi TNI, membela negara, berbakti kepada NKRI, kata mereka berdua. Entah kenapa kami semua menjawab dengan kompak dan sikap siap ala tentara, “siap komandan!” Dan kami pun tertawa melihat gaya kami memberi hormat.

Apakah aku pantas bercita cita menjadi guru?  Sering aku bertanya, apakah aku bisa mewujudkan cita citaku? Jangan jangan ini hanya keinginan sambil lalu,tidak ada niat dan komitmen, hanya angan angan yang semu.

Ayah dan ibu memang setuju aku menjadi guru sesuai cita citaku, namun melihat nasib para guru di penjuru indonesia, gajih yang kecil, tidak sesuai pengabdian, kontrak yang bisa diputus kapan saja,bahkan ada yang berhenti menjadi guru ,benar benar miris rasanya. Namun tekadku bulat, aku akan tetap menjadi guru, mewujudkan impian dan harapanku.

Suatu hari aku memberanikan diri berbicara pada Ayah dan Ibu, “Ayah, Ibu aku ingin menjadi seorang guru” kataku kepada mereka berdua, dengan mantap.

Mereka saling pandang, lalu berkata kepadaku, “mending kamu jadi dokter nak, lebih terjamin, guru itu hanya cita cita masa kecilmu, bukan maksud Ayah dan Ibu untuk mengerdilkan niat mu, namun kita harus lihat keadaan nak, kamu adalah kebanggaan Ayah dan Ibu, tumpuan keluarga ,bagaimana nanti nasibmu? Kata Ayah,aku memandang wajah  ibu, beliau hanya diam seribu bahasa, matanya memerah

Hidup memang perlu materi,itu tidak bisa dipungkiri, memang semuanya akan terjamin, namun bagaimana dengan cita cita ku , keinginan tulusku, kewajiban ku sebagai anak? Kewajibanku sebagai penerus keinginan ayah dan ibuku. Bahkan pernah terbersit ide dalam benak Ayah dan Ibu yang mereka utarakan kepadaku, bahwa sebaiknya aku menikah saja, dengan pemuda pilihan mereka, namun aku tidak mau, aku berhak menentukan jalan hidupku dan cita citaku. Banyak yang mencibir, banyak yang ragu, namun itu tidak akan menghentikan ku.,

Aku berusaha keras menyelesaikan kuliahku sambil bekerja menjadi agen asuransi di kota, sambil kerja serabutan asal halal, beberapa tahun setelah lulus. Aku melamar GTT dan kemudian ada kesempatan untuk melamar sebagai cpns dengan formasi guru. Dan sekarang ditugaskan di desa ini. Beberapa tahun kemudian aku mengajukan pindah tugas, ke Desa asalku, tempatku dulu besar dan  bermimpi.

Keadaan masih sama, masih terpencil,aku mendatangi guruku dulu,memperlihatan diriku kepada mereka, aku yang sudah lulus pns dan mengabdikan diri sebagai guru ahli pertama. Bapak ibu, ayah bunda, adik kakak, lihatlah aku sekarang aku menjadi seorang guru, sesuai cita citaku. Mulailah hari hariku sebagai seorang guru, di desaku yang kucinta ,pujaan hatiku,. 

Oh ya, bagaimana dengan hobi menulisku?, sekarang aku menjadi penulis cerpen dan kisah inspiratif, aku diundang ke berbagai event sebagai narasumber, dan akan meneruskan pendidikan ku ke jenjang S2. Aku  juga menjadi guru berprestasi dan menjadi inspirasi bagi murid muridku. Andai dulu aku tidak mengejar cita citaku, aku tidak tahu akan jadi apa. terima kasih Tuhan, terima kasih untuk Ayah, Ibu, Suami, anak anakku, warga desaku.

FIN

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.