Persahabatan Terlarang - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Persahabatan Terlarang 


Sejak pertemuan itu, aku dan Devan mulai bersahabat. Kami bertemu tanpa sengaja mencoba akrab satu  sama lain,  saling mengerti  dan menjalani  hari‐hari  penuh makna.  Pesahabatan  dengan jarak yang begitu dekat itu membuat kami semakin mengenal pentingnya hubungan ini. Tak lama  kemudian,  aku  harus  pergi meninggalkannya.  Sesungguhnya  hatiku  sangat  berat  untuk ini,  tapi apa  boleh buat. Pertemuan  terakhirku berlangsung sangat haru,  tatapan penuh canda itu mulai sirna dibalut dengan duka mendalam. “Van maafkan aku atas semua kesalahan yang pernah ku lakukan, ya.” Kataku saat ia berdiri pas di depanku. “kamu gak pernah salah Citra, semua yang udah kamu lakukan buat aku itu lebih dari cukup.” “pleace, tolong jangan lupain aku, Van” “ok, kamu nggak usah khawatir.” Sesaat kemudian mobilku melaju perlahan meninggalkan sesosok makhluk manis itu. Ku lihat dari dalam tempatku duduk terasa pedih sangat kehilangan. Jika nanti kami dipertemukan kembali ingin ku curahkan semua rasa rinduku padanya. Itu janji yang akan selalu ku ingat. Suara manis terakhir yang memberi aku harapan. Awalnya persahabatan kami berjalan dengan lancar, walau kami telah berjauh tempat tinggal. Pada suatu ketika, ibu bertanya tentang sahabat baruku itu. “siapa gerangan makhluk yang membuatmu begitu bahagia, Citra?” tanya ibu saat aku sedang asyik chatingan dengan Devan. “ini, ma. Namanya Devan. Kami berkenalan saat liburan panjang kemarin.” “seganteng apa sich sampai buat anak mama jadi kayak gini?” “gak  tahu juga  sih ma,  pastinya  keren  banget  deh,  tapi  nggak  papah  kan, Ma aku  berteman  sama dia.?” “Apa maksud kamu ngomong kayak gitu?” “kami berbeda agama” “hah??,” sesaat mama terkejut mendengar cerita ku. Tapi beliau mencoba menutupi rasa resahnya. Aku tahu betul apa yang ada di fikiran mama, pasti dia sangat tidak menyetujui jalinan ini. Tapi aku mencoba memberi alasan yang jelas terhadapnya. Sehari setelah percakapan itu, tak ku temui lagi kabar dari Devan, aku sempat berfikir apa dia tahu masalah ini,,? Ku coba awali perbincangan lewat SMS.. “sudah lama ya nggak bertemu? Gimana kabarnya nech,,? “ Pesan itu  tertuju kepadanya, aku masih ingat banget saat laporan penerimaan itu. Berjam‐jam ku tunggu  balasan  darinya.  Tapi  tak  ku  lihat  Hp  ku  berdering  hingga  aku  tertidur  di  buatnya.  Tak kusangka dia tak membalas SMS ku lagi. Tak kusangka ternyata mama selalu melihat penampilan ku yang semakin hari semakin layu. “citra, maafkan mama  ya,  tapi ini  perlu  kamu  ketahui.  Jauhi  anak itu,  tak  usah  kamu ladeni lagi.” Suara mama sungguh mengagetkan ku saat itu. Ku coba tangkap maknanya. Tapi sungguh pahit ku rasa. “apa m     aksud mama?” “kamu  boleh  kok  berteman  dengan  dia,  tapi  kamu  harus ingat  pesan mama.  Jaga jarak ya, jangan terlalu dekat. Mama takut kamu akan kecewa.” “mama ngomong paan sih,? Aku semakin gak mengerti.” “suatu saat kamu pasti bisa mengerti ucapan mama” mamapun pergi meninggalkan ku sendiri.. Aku coba  berfikir  tenteng  ucapan  itu.  Saat  ku  tahu  jiwa  ini  langsung  kaget  di  buatnya..  tak  terasa tangispun  semakin  menjadi‐jadi  dan  mengalir  deras  di  kedua  pipiku.  Mama  benar  kami  berbeda agama dan nggak selayaknya bersatu kayak gini. tapi aku semakin ingat kenangan saat kita masih bersama. Satu  tahun  telaj  berlalu,  bayangan  tentangnya  masih  teikat  jelas  di  haitku.  Aku  belum  bisa melupakannya. Mungkin suatu saat nanti dia kan sadar betapa berharganya aku nutuknya. Satu harapan dari hatiku  yang paling dalam adalah bertemu dengannya  dan memohon alasannya mengapa ia pergi dari hidupku secepat itu tanpa memberi tahu kesalahanku hingga membuat aku terluka. Pernah aku menyesali pertemuan itu. Tapi aku menyadari betapa berartinya ia di hidupku. Canda tawa  yang  tinggal  sejarah itu masih  terlihat jelas  di  benakku  dan  akan  selalu  ku  kenang menjadi bumbu dalam kisah hidupku. Devan, kau adalah sahabat yang paling ku banggakan. Aku menunggu cerita‐ceritamu lagi. Sampai kapanpun aku akan setia menunggu. Hingga kau kembali lagi menjalani kisah‐kisah kita berdua.


TAMAT

Cerpen Karya : Akhmad Hafiz

Banjarmasin 24 Oktober 2021-

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.