Perjuangan Gadis Kecil - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 Perjuangan Gadis Kecil

Mohammad Hasan Robert Zaqqi


Hari itu cuaca sangat mendung, pertanda hujan akan segera turun, aku dan teman-temanku pergi ke warung bakso pinggiran jalan. Baru saja sampai di tempat, hujanpun turun dengan derasnya. Saat makan, mataku tertuju pada gadis kecil berkepang dua, berusia sekitar enam atau tujuh tahun.

""Lihatin apa,"" tanya Intan

Aku menunjuk ke arah gadis kecil yang masih setia di bawah guyuran hujan bersama dagangannya.

""Kasihan,Tan"" 

""Alah, itu modus Feh, hati-hati,"" sambung Erwin. 

Gadis kecil itu masuk ke warung bakso tempat kami berada, bajunya sudah basah kuyup, dia menggigil karena kedinginan. 

""Ngapain di sini, pergi!"" kata abang bakso tersebut. 

Gadis kecil itu tampak ketakutan, Afni bangun dari duduknya, lalu menghampirinya, ""Ikut kakak, Yuk!"" 

Afni menggandeng tangan mungil itu, namun gadis kecil itu menggeleng sambil melihat sang penjual bakso. 

""Kenapa?"" 

Dia masih diam, ""Gak usah takut, kamu sudah makan?"" 

Kembali dia menggelengkan kepalanya. 

Aku pun menghampirinya dan berjongkok menyamakan tinggi badanku dengannya, ""Nama kamu siapa?"" 

""Fitri, Kak,"" 

""Ikut kakak yuk, kita makan bakso,"" 

""Hati-hati, Mba! banyak modus"" ucap sang penjual bakso. 

Aku hanya tersenyum, ""Gak apa-apa bang,"" jawabku. 

Akhirnya Fitri mau aku dan Intan aja ke dalam, selama dia di meja makan, dirinya hanya menunduk sambil mengaduk-aduk bakso yang kupesan untuknya. Aku pikir dia takut sama Erwin dan Fahmi,

""Dimakan baksonya, Dek!"" ucap Intan. 

""Kak, boleh gak, baksonya aku bawa pulang?"" 

""Kenapa?"" tanyaku

""Gak enak kalau dibawa pulang, udah dingin,"" ucapku lagi. 

""Fitri mau makan sama ibu,"" 

""Makan aja dulu, nanti kakak pesan lagi buat ibu yang baru,"" ucap Fahmi. 

""Gak usah kak, ini aja,"" 

Aku memesankan bakso satu lagi untuk dibungkus, lalu kubawa padanya, ""Ini buat ibu Fitri, sekarang makan baksonya,"" 

Diapun memakan bakso itu dengan lahapnya, aku dan ketiga temanku hanya memandangi dirinya yang makan seperti berhari-hari tak mengisi perut. 

""Lagi?"" tanya Erwin. 

Fitri menggeleng, ""Kak, makasih, sekarang Fitri mau jualan lagi,"" 

Sebelum pergi, Fitri memunguti sedotan bekas minumnya, lalu bertanya, ""Kak, sedotannya boleh buat aku?"" 

""Untuk apa?"" 

""Buat bikin bunga,"" 

""Masih hujan, kamu jualan apa?"" 

""Bunga dari sedotan kak, kalau Fitri gak jualan, nanti ibu gak bisa makan, dan buat beli obat ibu,"" 

Aku dan ketiga temanku saling pandang, ""Kok kamu yang jualan, kamu gak sekolah,"" tanya Fahmi. 

Dia menggeleng, ""Gak kak, Ayahku sudah meninggal, ibu sakit-sakitan, kami di sini gak ada saudara,"" 

""Mana jualanan kamu?"" tanya Intan. 

Fitri berlari menuju tempatnya semula, lalu kembali lagi dengan membawa bunga-bunga bikinanannya. 

Kulihat Fahmi meneteskan air matanya, ""Kamu bikin ini sendiri, dari sedotan bekas?"" 

Dia mengangguk, Lalu Erwin menawarkan barang-barang dagangan Fitri pada pengunjung warung bakso itu, lumayan ada yang membelinya. Kulihat dia tersenyum melihat Erwin menawarkan bunga-bunga buatannya.

""Fitri,kakak mau dong kamu ajarin bikinnya, gimana sih caranya,"" ucapku. 

""Kak, kakak itu lucu, tadi Fitri takut sama dia,"" 

""Kak Erwin baik kok,"" jawab Afni. 

Aku tertawa, ya mungkin saja Fitri takut, karena tampang Erwin yang emang menyeramkan, rambut gondrong keriting yang dibiarkan tergerai. 

""Kakak mau bikin bunganya, tapi Fitri belum kumpulin sedotan bekasnya,"" 

""Kita beli sedotan baru, sekalian kita mau antar kamu pulang,"" 

""Erwin mengumpulkan uang lima puluh ribu rupiah, dari hasil jualan bunga Fitri."" 

""Wah, Kakak hebat, Laila biasanya bawa pulang dua puluh ribu,"" 

""Emang kamu jual berapa?"" 

""Dua ribu kak, itu juga ada yang nawar seribu,"" jawabnya sambil tersenyum. 

Selesai kami makan, aku dan teman-temanku mengantar Fitri pulang, Erwin dan Fahmi membeli sedotan satu bal besar, bersama lemnya. 

Aku menangis saat ke rumah Fitri, sangat tak layak untuk di huni. Kami melihat ibu Fitri yang tertidur di rusbang beralaskan kayu, ""Astaghfirullah,"" ku dengar intan beristighfar padahal dia bukan seorang muslim. 

""Kamu tinggal berdua di rumah ini, dek?"" tanya Erwin. 

""Iya, Kak,"" 

""Ibu sakit apa?"" 

""Gak tau,"" 

""Pernah ke dokter?"" 

Fitri menggeleng, lalu Gadis itu mendekati ibunya, dia membangunkan wanita itu, namun tidak bergerak. Kami saling pandang,

 Fahmi mencari denyut nadi di leher si Ibu, ""Inna lillahi wa inna illahi rojiun,"" ucap Fahmi. 

""Serius, Mi?"" tanya Erwin. 

Aku memegang tubuh si Ibu, sudah dingin dan agak di rubungi semut, mungkin sudah lama meninggalnya. Fitri hanya mematung melihat ibunya yang tidak bergerak lagi, Fahmi memeluk gadis kecil itu yang menamgis sambil berkata, ""Ibu, Fitri tinggal sama siapa?"" 

Aku menangis mendengar ucapan Gadis itu, ""Kamu yang sabar ya, nanti Fitri ikut kakak,"" ucap Fahmi. 

Fahmi memang penyayang, dia mempunyai rumah untuk anak-anak jalanan, tetapi untuk Fitri, dia meminta Ayahnya untuk mengapdosinya, karena dirinya adalah anak tunggal, dan ingin mempunyai adik. 

Fitri membantunya di rumah anak jalanan milik Fahmi, mengajarkan mereka membuat prakarya dari barang-barang bekas. 

Jalan terindah dari kehidupan adalah mensyukuri apa yang telah kita jalani setiap hari, tanpa ada penyesalan diri. sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan. Kalau setiap cerita hidup kita selalu indah, hati ini tidak akan pernah mengenal tentang sabar dan ikhlas Terkadang kita selalu merasa sangat susah jikandiberi cobaan, coba pandang diluar sana, masih banyak orang yang lebih susah dari kita.


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.