Patah Hati - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Patah Hati


Oleh : Nurul Aisah


Waktu itu, tepatnya beberapa bulan yang lalu aku lulus SMA. Aku dengan bangga ingin segera mungkin melanjutkan ke Pendidikan perguruan tinggi negri. Namun, semuanya tidak semudah yang aku kira. Dari mulai pendaftaran pertama gagal, aku merubah keputusanku untuk pesantren. ""Mungkin ini jalanmu ya Allah"". gumamku dalam hati.

Setelah aku membujuk kedua orang tuaku, akhirnya mereka mendukung keputusanku. Aku mencoba mendaftar ke pesantren yang aku inginkan. Niatku ingin mencari ilmu, melanjutkan hafalan Al-qur'anku sampai selesai menjadi hafidzah, juga ingin mendisiplinkan diri dan hidup tenang disaat detik-detik beriringan kebaikan, waktu demi waktu dilalui untuk menanam benih di akhirat nanti. Namun hal yang tidak di inginkan terjadi, awalnya aku tidak lolos masuk tes ke pesantren itu. Aku berfikir, apa yang telah direncanakan tuhan untukku? aku pasrah, semua ku serahkan kepadamu."" Tapi setelah itu ternyata aku dipanggil, dia menawarkan ""Apakah masih ingin masuk pesantren ini?"". Dengan senang sekali aku menjawabnya, ""Aku menunggu kabar baik ini."" kataku.

Setelah itu, aku berangkat ke pesantren. Dan singkat cerita, setelah beberapa hari disana aku rasa semua tidak sesuai yang kuharapkan. Bukan perihal teman atau orang- orang disana, semua nampak berbeda dari ketidaknyamanan aturan, kurangnya Kedisiplinan, berbeda golongan, tidak adanya pelajaran tambahan dan juga akan memakan waktu yang lama karna sistem menghafal yang berbeda dari sebelumnya. Seminggu yang ku lalui disana, aku memutuskan untuk pulang kerumah, kebetulan juga waktu itu santri yang lain pulang, karna masih tahap tes calon santri. Aku tidak berangkat ke pondok lagi, bukan karna aku lemah tidak bisa menyesuaikan diri atau aku tidak memikirkan orang tuaku yang sudah mendukungku, mendo'akanku dan juga pastinya mengeluarkan biaya yang lumayan banyak untuk itu. Namun, aku juga memikirkan karirku kedepannya. Ibuku juga bilang, "" Tidak apa-apa, ihklaskan aja hitung- hitung shodaqoh"" katanya. Karna pastinya aku memikirkan orang tuaku. Dari sini juga banyak untaian hikmah selalu ada pelajaran dibaliknya, Aku mencoba menyesuaikan diri dan menjadikan kebiasaan dipesantren diterapkan dirumah, sedang ku usahakan karna istiqomah itu yang susah tapi berusahalah menjadi orang yang lebih baik dimanapun itu.

Setelah banyak hal yang terjadi, hal yang membuatku patah berkali-kali. Aku kembali memikirkan karirku, melanjutkan kuliahku. Ibuku bilang daftar lagi ke yang Universitas dulu itu, aku menurutinya meski sangat sedikit harapan. Namun disisi lain, kakak ku menyuruhku daftar ke Sekolah Kesehatan, ""Ambil saja jurusan kebidanan, nanti bisa bantu orang-orang, juga dapat buka praktek sendiri."" katanya. ""Kemampuanku kurasa jauh dari itu, itu tidak sejalur denganku, di Aliyah juga kan ngambil jurusan agama pelajarannya juga tentang agama saja."" kataku

Tetapi aku berpikir, semua butuh proses akan belajar. Kita tidak dituntut untuk langsung bisa, semua butuh perjuangan meski terlihat nampak sulit menurutku. Dan kurasa, kakak ku ada benarnya. Aku mencoba mendaftar ke Sekolah Kesehatan itu dengan ibuku.. Sesaat dalam perjalanan pulang sambil melihat kampus-kampus, dan bertanya- tanya mengenai kampus itu, anehnya aku dan ibuku tertarik pada salah satu kampus yang juga Sekolah Kesehatan, mungkin karna biaya nya lebih murah dari yang sebelumnya. Dan tanpa berpikir panjang , kita pun langsung daftar dan apalagi katanya yang mempunyai hafalan tahfidz gratis. Jadi aku memilih dua Universitas dengan jurusan yang berbeda yaitu pertama kebidanan dan di universitas ke dua keperawatan.

Singkat cerita, setelah panjang mendiskusikan bersama keluargaku akhirnya memilih kebidanan di Universitas yang biayanya sangat mahal, tetapi apa yang tidak bisa dilakukan orang tua untuk anaknya. Di sisi lain, aku juga berjuang menanyakan keringanan biaya, apa ada beasiswa tahfidz atau lainnya. Tapi katanya disini adanya cuman kartu KIPK. Tak ada salahnya aku mencoba, menyiapkan segala nya yang prosesnya juga agak rumit, dan kemungkinan kecil juga nantinya. Namun aku lakukan demi semuanya baik dan untuk meringankan beban orang tua.

Tetapi hal yang tidak diinginkan terjadi, Keraguan, perdebatan, di dalam keluargaku. Mungkin ini ujian yang harus kulalui sebelum suksesku nanti,"" gumamku dalam hati. Apalagi ibuku mendidikku dengan keras mungkin itu cara mengungkapkan kasih


sayangnya tapi dengan itu aku menjadi manusia yang kuat, sabar. Namun tetap aku nampak tak kuasa melihat ini semua, apalagi ditengah-tengah perjuanganku, keluargaku penuh keraguan dan bilang tidak sanggup membiayai kuliahku dan untuk KIP-k itu juga belum pasti lolos.

Rasanya memang iya, tak pantas aku berharap lagi. Karena sesuatu yang dimulai dengan keragu-raguan itu akan berujung sia-sia meski tadinya aku terpaksa namun setelah ku berusaha yakin lagi-lagi berujung kecewa. Ditambah juga aku lolos ke Univ itu dengan rasa syukur Alhamdulillah, namun semua nampak sia-sia atas selama ini aku susah payah ingin masuk ke Univ itu dan berkali kali lagi aku dipatahkan oleh kenyataan juga oleh harapan. Ini memang benar patah hati yang terhebat.

Hal yang membuat hatiku teriris, adalah ketika orang tuaku bilang, ""Kamu harus sukses, ibu mau liat kamu sukses nanti, hal yang ibu lakukan demi kebaikanmu."" Dan ucapnya selalu begitu, namun hal yang membuatku patah hati adalah aku takut tidak bisa meyakinkan bahwa hal itu akan terjadi. Aku takut aku tidak seperti yang Ia inginkan. Meski inginku, perjuanganku selama ini, itu aku lakukan termasuk untuk membahagiakan kedua orang tuaku, mengangkat derajat orang tuaku di dunia dan akhiratnya. Dan aku selalu berdoa ,""Yaa Allah, jangan biarkan orang tuaku dipanggil olehmu, sebelum aku bisa membahagiakannya. Kau boleh memanggilku lebih dahulu jika aku tidak bisa membuatnya bangga terhadapku. Aku tidak sanggup rasanya, meski sadar bahwa aku memang banyak salah kepadanya, namun izinkan aku untuk memberikannya sesuatu yang berharga.""

Dan setelah beberapa kejadian itu menimpaku, patah hati berkali-kali, patah hati terhebat yang ku lalui, begitu shok. Semua yang terjadi padaku, semua ku lewati sendiri, memandamnya sendiri karna kadang orang-orang terdekatku tak berpihak kepadaku. Dan aku sadar karna anak terakhir itu harapan satu-satunya orang tua dan aku tidak ingi mengecewakan hal itu. Suatu ketika, akupun jatuh pingsan pada suatu acara pernikahan sodaraku. Aku tak tau mengapa, namun katanya aku seperti orang yang tertekan akhir- akhir ini, ya mungkin setelah melewati patah hati terhebat yang kulalui sendiri dan juga


memikirkan sesuatu yang berlebihan. Jadi, aku lelah juga tubuhku rapuh dan akhirnya terjatuh. Aku berpikir seperti tidak mencintai diriku sendiri, seperti mendzolimi diri sendiri, ya aku sadar karna aku juga jarang sekali makan mungkin juga karna itu aku jatug pingsan.

Pada akhirnya, dititik pasrah aku melanjutkan kuliahku di Univ swasta. Tidak masalah, itu memang bukan keinginanku tapi perlahan aku bisa menerimanya. Semua masa depanku, ku serahkan padamu Tuhan. Dan untukmu, apapun yang kau miliki sekarang yakinlah bahwa itu yang terbaik untukmu, jangan berkecil hati. Menjadi orang sukses itu banyak jalannya, dan semua orang mempunyai takdir yang berbeda-beda. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain, jadikan sesuatu itu hikmah yang dapat kau jadikan pelajaran kedepannya. Karna tuhan tidak mungkin memberikan ujian, tanpa ada hikmah didalamnya dan jadilah kuat. Jangan putus harapan, kamu harus bangga telah melewati patah hati terhebat ini. Kesuksesan di dapatkan untuk orang yang pekerja keras. Dan kamu tinggal berusaha dan melangitkan doa-doa, biar tuhan yang mengatur.

Dan satu hal yang membuatku tenang adalah ketika mengingat bahwa apa yang menjadi milikmu sekarang adalah yang terbaik yang tuhan berikan padamu. Sadar atau tidak sadar, suatu saat nanti kau kan menyadarinya. Dan bukankah kita lupa, bahwa Tuhan sang pengatur sebaik-baiknya! Yakin dan jalani dengan ihklas semua rasa sabarmu akan terbayar. Kamu harus yakin itu.




Nurul Aisah


Dengan nama pena, Nur. Dia kelahiran Garut, 06 November 2003. Si pendiam dan sedikit jutek. Si pemalu yang kalo ngobrol dan tatap mukanya, dia gerogi. Tapi dia humoris. Dia juga asli suku sunda.

Mempunyai hobi menghafal Al-qur'an dan cita-citaku ingin masuk syurga tanpa dihisab.

Juga dia suka laki-laki tampan dan suka diajak jalan-jalan gratis."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.