https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:
LAST DAY FOR ME
""Sebaiknya kau urus Dildara hingga dia sembuh, dan aku akan pergi ke kota untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di sana.Kau tak usah memikirkan masalah Arya karena aku yang akan mengurus nya disana.""
""Tidak bisa seperti itu Mas aku ingin ikut bersama Mu, Aku tak ingin mengurus si penyakitan itu sendirian.""
""Hentikan omong kosong Mu Amara, kau urus saja Dildara dan saat dia sembuh Aku dan Arya akan menjemput kalian dan kita tinggal bersama disana.
Akhirnya Tuan Antonio Baskara pun memutuskan untuk tetap pergi mengurus bisnis nya yang sedang dilanda masalah, dengan meninggalkan Istri dan Anak Bungsu nya yaitu Dildara.
****
Pagi yang cerah disambut bahagia oleh seorang gadis remaja yang cantik dengan balutan seragam sekolah baru nya. Dia terus tesenyum di depan cermin berharap ini adalah awal dari hidup bahagia nya. Setelah merasa penampilannya sudah rapih gadis itu pun berjalan menuruni tangga secara perlahan, Mendengar langkah kaki dari arah tangga membuat Amara sang ibu menoleh dan melempar kan tatapan benci dan sinis seraya berkata
""Dasar gadis penyakitan, gara-gara kamu saya harus disini dan mengurus dirimu yang tak berguna sama sekali.""
Hati nya sakit saat ibunya melemparkan tatapan benci dan berkata seperti itu, namun bibirnya tetap mencoba menyungginkan senyuman, jujur dari lubuk hatinya yang paling dalam dia berharap mendapatkan sambutan hangat dari sang ibu, namun harapan nya pupus ketika mendengar cacian dari sang ibu. Saat Dildara ingin duduk untuk sarapan, Amara sang ibu menggebrak meja meja makan.
""Siapa yang menyuruh mu untuk sarapan Anak penyakitan? mending kamu itu gak usah makan biar kamu cepet Mati! Karna saya udah bosan ngurusin anak penyakitan dan gak adagunanya kayak kamu! NGERTI!""
Dengan menunduk menahan isak tangis yang ingin keluar, Hatinya hancur bagai tertusuk jarum setelah mendengar bentakan serta cacian sang Ibu. semenjak Dokter menyatakan bahwa Dirinya memiliki penyakit Kanker Hati Ibunya berubah menjadi membenci nya bukan malah perhatian dengan kesehatan nya.
""M-maaf bu"" lirih Nya ""Sudah sana cepat pergi Kesekolah, dan ingat jangan buat kerusuhan disana karenaa saya tidak mau menanggung malu atas semua tindak laku mu.""
Akhirnya air matanya pun tak dapat ia tahan, dengan keadaan perut kosong Dildara pun pergi kesekolah. Sesampainya di sekolah Dildara langsung mencari ruang Kepala Sekolah untuk menanyakan dimana ruang kelas nya. Setelah diberitahu ruang kelas nya Dildara pun mencari kelas 11IPS 3.
***** Kelas 11 IPS 3
Suasana Ruang kelas 11IPS3 yang rusuh menjadi hening ketika melihat seorang gadis cantik masuk ke kelas Mereka.
""Assalamualaikum anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru di kelas ini.Ayo Nak silahkan perkenalkan dirimu.""ucap Bu Santi selaku wali kelas 11IPS3.
""Sebelum nya Hai teman-teman, perkenalkan nama ku Dildara kalian bisa memanggil ku Dara semoga kita bisa berteman baik ya.""
Suasana kelas menjadi lebih rusuh ketika Ibu Santi meninggalkan kelas karena ada rapat.banyak dari mereka yang ingin berkenalan dengan Dildara. Dildara berjalan dan duduk di bangku kosong yang disediakan, setelah itu ia mulai berkenalan dengan teman-teman baru nya.
Waktu sudah menunjukan Pukul 14:30 Waktu nya untuk Dildara pulang, namun sampai saat ini supir nya belum juga menjemputnya, Dildara bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah Pak Aman lupa menjemput nya. Akhirnya Dildara pun memutuskan untuk menunggu sebentar lagi berharap Pak Aman akan segera datang. Namun nihil setelah menunggu selama kurang dua jam pak Aman belum juga datang. Saat dirinya hendak bangkit dari bangku halte datanglah sebuah mobil mewah di depan nya, namun Dildara merasa bingung karna itu bukan mobil milik nya.
""Cepatlah masuk."" kata orang tersebut dengan ketus dan dingin ""Hah tapi, aku tidak bisa aku sedang menunggu sopir menjemput ku"". jawan Dildara
""Apakah kau yakin supirmu akan datang, ayo cepat masuk mobil ku dan aku akan mengantarkan mu pulang"". Jawab orang itu dengan nada yang tak dapat dibantah.
""Eum baiklah"". Akhirnya Dildara pun memutuskan untuk masuk ke dalam mobil seseorang tersebut ya tak lain adalah teman sekelas nya, yang mendapat julukan Si Pria Es karna sikapnya yang dingin dan tidak pernah berbaur. Tapi entah kenapa pria ini malah berbuat baik dengan memberikan Dildara tumpangan untuk pulang ke rumah. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam akhirnya mereka sampai di pekarangan rumah Dildara. Dildara pun turun dan mengucapkan terima kasih kepada pria itu.
""Terima kasih Arga untuk tumpangan nya."" ucap Dildara ""Heem."" jawab Arga dengan berdeham. Setelah melihat Mobil Arga keluar dari pekarangan rumah nya Dildara pun mulai melangkah kan kakinya masuk ke dalam rumah. Saat dirinya baru menginjakkan kaki ke dalam rumah, dia di kejut kan oleh bertakan Sang Ibu.
""Heh dasar anak penyakitan! Udah berani kamu jadi Jalang hah?! Dibayar berapa kamu."" Dengan perasaan yang teramat sakit Dikara harus bisa menahan air matanya agar tak jatuh ""Aku bukan Jalang Bu! Dia hanya teman sekelas ku"". Jawab Dildara dengan tegas. ""Halah alasan, baru masuk sekolah saja sudah menjadi Jalang, apalagi nanti kalau sudah dewasa pasti kamu menjadi seseorang Kupu-kupu Malam! Dasar anak tidak berguna.""
Setiap ucapan Ibu Dildara sangat menyakiti hatinya, namun dia tetap saja bersabar dan selalu berdo'a semoga Ibunya segera berubah untuk kembali menyayanginya. Dildara pun selalu berkata bahwa Ibunya adalah wanita terbaik di dalam hidupnya.
Hari-hari Dildara selalu dilalui dengan penuh hinaan dan cacian dari Sang Ibu. Namun dia selalu berusaha untuk terus tersenyum, bahkan sekarang penyakit yang di derita nya pun mulai membahayakan nyawanya, namun karna ketidakpedulian Ibunya Dildara membiarkan penyakit yang ada dalam tubuh nya terus menyebar dan menggerogoti tubuh nya.Bahkan tubuh yang dulu berisi dan sehat sekarang telah berubah menjadi kurus dan ringkih.
Akhirnya setelah beberapa tahun lamanya Ayah dan kakak nya Arya pergi meninggalkan dirinya dan Ibunya, Hari ini mereka akan pulang untuk mengajak mereka tinggal bersama. Namun mungkin itu hanya sebuah angan sang Dildara. karna pada kenyataanya Ayah dan Kakak hanya ingin menjemput Ibunya saja.
Dengan antusias Dildara menyambut kedatangan Ayah dan kakaknya. ""Ayah, Kakak Dildara sangat merindukan kalian."" ucapnya sambil memeluk keduanya. Namun semua keantusiasan Dildara hanya di tanggapi dengan dingin oleh ayah dan kakak nya. ""Wah Mas Antonio dan Arya sudah sampai, ayo sebaiknya kalian istirahat dulu Ibu yakin pasti kalian lelah karna sudah menempuh perjalanan jauh, dan kamu Dildara tolong jangan seperti anak kecil, belajar lah dewasa, Ayah dan kakak mu pasti lelah jadi jangan ganggu mereka mengerti!"" ""Baiklah ibu."" ucap Dildara dengan lirih. Ia merasa kecewa saat mendapati Ayah dan Kakak nya tidak merindukan nya. Apakah mereka semua benar-benar menginginkan kan dia tiada. Huh lelah nya menjadi Dildara karena kehadiran tidak pernah di inginkan. Dildara berdo'a semoga Tuhan segera mengambil nyawanya agar Ayah dan Ibunya tidak terbebani akan kehadirannya.
Saat tiba waktunya makan malam, Keheningan terjadi di meja makan. kemudian terdengar suara dehaman dari sang ayah. ""Dildara."" suara bariton itu mengejutkan Dildara yang tengah melamun, seketika ia menoleh dan menatap dalam Ayah nya. ""Kedatangan Ayah kesini untuk menjeput Ibu.""Dildara memandang Ayahnya untuk mempertanyakan maksud nya. Namun sebelum ia berbicara dan Ayah nya menjelaskan maksud dari tujuan nya, Ibunya terlebih dahulu menyela. ""Dildara Sayang kamu kan sudah sembuh dari penyakit mu,dan kamu juga masih sekolah kalau kamu ikut pindah itu akan menambah biaya lagi, jadi lebih baik kamu tetap disini lagi pula Ayah juga sudah menyiapkan apartemen untuk mu."" Sungguh demi Tuhan Dildara belum sembuh dari sakitnya tapi kenapa Ibunya mengatakan bahwa dia sudah sembuh, apa sebegitu tidak berguna kah dirinya hingga keluarga nya tidak mengingin dirinya untuk bahagia bersama. ""Oh begitu ya Yah, Bu baiklah."" ucap Dildara dengan tersenyum pedih. ""Sekarang cepat kemasi barang-barang mu, Nanti Kami akan mengantarkan dirimu ke Apartemennya."" ucap sang Ayah seraya beranjak pergi. Dengan menunduk menahan tangis, Dildara pun segera berlalu menuju kamar untuk mengemasi barang-barang nya. Sesampainya disana Dildara berfikir keluarga nya akan mengantar sampai apartemen, namun ternyata mereka berlalu pergi tanpa ucapan selamat tinggal.
Hari demi hari Dildara lalui sendiri, bahkan orang tua nya pun tidak pernah meluangkan waktu nya untuk sekedar menanyakan kabar nya. Sering kali Dildara berusaha untuk menhubungi mereka, namun pesan nya hanya dibaca tanpa di balas dan saat dia menelfon pun tidak pernah diangkat. Hari ini Dildara berniat untuk kerumah sakit dia ingin memeriksa keadaan dirinya, dikarenakan dia sering sekali mengalami sakit kepala dan mimisan. Setelah bersiap-siap Dildara pun segera memesan taksi online untuk mengantar nya pergi kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Dildara segera menemui dokter spesialis kanker. tok tok tok ""masuk"" ucap dokter diruangan tersebut. ""permisi pak dokter, saya ingin memeriksa keadaan saya."" ucapnya dengan menunduk. ""baiklah benar nama mu Dildara?"" tanya sang dokter. ""benar dokter"". jawabnya dengan gugup. ""jadi Dildara Baskara, Menurut hasil pemeriksaan penyakit kanker hati mu sudah sangat parah"". ucap sang dokter dengan lirih. Dildara menganggapinya dengan sebuah senyuman, Dildara sudah memperkirakan hal ini. Dirinya yakin pasti kondisi semakin buruk karena memang Dildara sering melewatkan waktu untuk minun obat. Setelah keluar dari ruang pemeriksaan, entah kenapa Dildara sangat ingin menghubungi kakak nya. Namun sayang meski telefon nya berdering kakaknya enggan mengangkat nya. Dildara hanya mendesah lelah, padahal dia berharap bisa bercengkerama dengan keluarga nya sebelum dia benar-benar tiada.
Setelah pulang dari rumah sakit Dildara tidak langsung pulang ke apartemen, akan tetapi dia mampir ke cafe untuk mengerjakan tugas kelompok. Dildara sudah menjanjikan akan datang ke cafe tersebut. Awalnya Arga ingin menjemput nya namun dia menolak karena tidak ingin merepotkan Arga. Akhirnya dia memesan taksi online untuk pergi ke cafe tersebut. Setelah turun dari taksi, Dildara tidak langsung masuk kedalam. Dia pergi melangkah kan kakinya ke sebrang jalan untuk menyelamatkan seekor anak kucing yang terjebak di tengah jalan . Ia merasa iba pada anak kucing itu jadilah dia membawa kucing itu. Saat sedang menyebrangi jalan Dildara hanya terfokus pada anak kucing itu, tanpa memperhatikan jalan. Tiba-tiba tanpa ia sadari ada sebuah truk yang melaju dengan kencang dan terlihat seperti oleng. ""tin tin tin"" suara klakson itu membuyarkan kefokusan nya pada si kucing dan ""Brak! Truk itu menabrak tubuh ringkih Dildara. Tubuh nya terpental jauh ke trotoar kepala terbentur aspal, serta mengeluarkan banyak darah. Dia mendengar samar orang-orang berteriak, namun kepalanya pening dan ia kehilangan kesadaran nya. Arga lelaki yang menunggu Dildara pun terkejut melihat kecelakaan yang terjadi di tengah jalan tersebut. Karena penasaran ia pun pergi ke tempat kejadian, alangkah terkejut nya Arga mendapati Dildara gadis yang di tunggu nya adalah korban kecelakaan tersebut. Arga pun dengan panik mengangkat tubuh Dildara dan segera mengantarkan nya ke rumah sakit. Keadaan Dildara sangat memprihatinkan kondisi nya kritis dan segera di bawa ke ruang ICU. Setengah kepanikan Arga teringat bahwa keluarga Dildara belum ia beritahu, akhirnya ia memutuskan untuk menelfon keluarga nya.
Ponsel Arya lagi-lagi berdering, akan tetapi ia enggan mengangkat nya. Tapi karena ponsel tersebut terus berdering dan mengganggu pendengaran nya maka dengan terpaksa ia mengangkat panggilan tersebut. Dengan langkah yang tergesa-gesa Arya beserta Ayah Ibunya berlari ke koridor rumah sakit dan menanyakan kepada resepsionis dimana ruang rawat pasien yang mengalami kecelakaan hari ini. Mereka terlihat terkejut mengetahui Dildara berada di ruang ICU saat ini, mereka bertemu dengan Arga laki-laki yg membawa Dildara kerumah sakit, mereka bertanya mengapa Dildara bisa mengalami kecelakaan dan Arga pun menjelaskan kejadian naas tersebut. Saat mereka sedang menunggu di luar ruang icu dokter yang menangani Dildara keluar dan menghela nafas berat. ""huft, dengan keluarga pasien?"" tanya sang dokter. ""kami keluarga nya dok, dan saya Ayahnya! Bagaimana keadaan anak saya dok?"" tanya ayah Dara. Namun dokter itu menggelengkan kepala seraya berkata. ""mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun Tuhan berkehendak lain, Nona Dildara sudah meninggal dunia.
Bagai disambar petir di siang hari Arga, Arya, kedua orangtua Dildara menggeleng tidak percaya perkataan sang dokter. Namun itulah kenyataan bahwa Dildara kini telah pergi untuk selamanya, Dildara pergi sesuai dengan harapan keluarga nya.
Yah sekarang penyesalan hinggap di hati mereka, kenangan tentang Dildara berkelebat di ingatan mereka. Ibu Dildara menangis histeris meski ia membenci anaknya namun perasaan seorang ibu tidak lah bisa di bohongi. Dirinya merasa menyesal karena selalu mencaci Dildara dan mendo'akan nya cepat mati. Sekarang keinginan nya sudah terpenuhi namun hati nya teramat sakit mendengar kabar putrinya benar-benar telah tiada.
Terkadang hal yang sangat kita benci bisalah dia yang paling baik untuk kita cintai, dan sesuatu yang menurut kita baik bahkan kita cintai belum tentu dapat membuat kita bahagia. Karena seyogyanya harta bukan lah tolak ukur untuk membuat hidup menjadi bahagia.
TAMAT"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.