
Selamat menikmati puisi di bawah ini:
Kamu
Dalam kesunyian, terdengar gemercik bising.
Semakin bising dan mulai mengganggu.
Ternyata, kau dalam lautan manusia.
Tawamu mulai berbaur menanggapi manusia-manusia itu.
Tiba-tiba, seseorang melempar topik, kau bungkam.
Padahal, yang lain masih terjerat euphoria.
Ternyata,
Topik itu menyinggungmu.
Sayangnya, tidak ada yang perduli.
Kekosongan mulai merambat ke hatimu.
Kau menyingkir, ingin cepat-cepat pulang saja.
Paling tidak, pergi dari hinaan berbaju candaan di hadapan.
Lukamu semakin dalam, beriringan dengan kekosongan yang kian terasa.
Ingin pulang … ingin pulang … ingin pulang. Tidak adakah yang mendengar?
Namun, kau yang paling sadar: bahwa hidup tak sejalan ekspektasi atau hati, ‘kan?
Pertemuan itu berakhir.
Kau pulang.
Di dalam kesunyian yang melingkupimu,
Isakmu mulai terasa, kian kencang, lalu berganti tawa.
“Capek, ya?”
Semakin berurai mutiara-mutiara yang telah kau tahan sedemikian rupa.
“Maafin mereka, ya? Nggak apa, kamu masih ada aku.”
Ialah perkataanmu sembari bercermin
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.