HIRAETH– Melepaskan Kerinduan yang Dalam - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 HIRAETH– Melepaskan Kerinduan yang Dalam

Ranti Nurqolbi


Gemercik air hujan mengiringi melodi yang ku buat malam itu, suara tangisan sendu dengan rasa yang amat syahdu. Hanya dalam hitungan hari, kau pergi mengubur masa depan yang sudah kita rancang selama 7 tahun terakhir. Saat itu, hanya rasa benci yang ada dalam pikiranku. Bagaimana tidak, kau menjanjikan sesuatu tanpa ingin menepatinya. Hari demi hari kian berbeda semenjak kepergianmu, aku serasa menyusuri jalan setapak yang penuh dengan hawa kedinginan. Berjalan dengan tertatih, menahan sakit dari luka akibat bertelanjang kaki. 

‘Terima kasih sudah menjadi rasa manis dalam hidupku’, kalimat terakhir yang terus berputar dalam memori ingatanku. Pantaskah jika aku bertanya, “Apa alasan kau pergi meninggalkanku? Apa artinya dari 7 tahun kebersamaan kita? Benarkah tak ada yang disembunyikan dariku?” Sejuta pertanyaan bersarang dalam benakku. Berkali-kali mencoba memposisikan diri menjadi dirimu, namun tetap tak masuk akal bagiku. Aku tetap tak menemukan alasan yang tepat atas kepergianmu.

Aku masih simpan sweter hangat yang kau berikan saat itu, menyimpan setiap puing-puing kenangan tentangmu sangat menyenangkan bagiku. Sembari tersenyum, aku mengingat setiap moment manis bersamamu. Walau pada akhirnya, tubuhku akan dihujani oleh rasa sakit atas kepergianmu. Kemudian, aku akan bangkit menyeka air mata hanya untuk mengusap anak kucing pemberianmu. Aku kembali teringat pada masa itu, dimana kau memberikan makhluk hidup yang lucu ini kepadaku. Saat itu, kau hanya tersenyum sambil berpesan ‘jangan pernah kesepian!’. 

Setiap pagi aku pasti akan menyeduh segelas coklat hangat, sebagai tanda siap untuk mengawali hari. Bekerja tidak hanya menjadi pelarian tapi sudah menjadi kesenangan. Aku mulai fokus kembali menjalani hari. Meski saat pulang nanti, aku akan melihat bayang-bayang kenangan di setiap sudut ruangan. Setidaknya aku tak terlalu tenggelam dalam kesedihan karena kepergianmu.

♪ cause all of me

♪ loves all of you

♪ love your curves and all your edges

♪ all your perfect imperfections

♫♫♫

Lagu yang sering kita dengar, masih setia ku putar. Bukan untuk mengingatmu, tapi karena aku menyukainya. Walau tak dipungkiri, setiap lirik di dalamnya membuatku ingat terhadap penjagaanmu. Aku mungkin tak bisa sepenuhnya menghapus tentangmu, tapi aku hanya perlu menyimpanmu di sudut ruang lain dalam hatiku. 

Tok…Tok…Tok… suara ketukan pintu sore itu, membuatku tersadar dari lamunan. Seorang wanita parubaya dengan seulas senyum datang hanya untuk melihat kondisiku. Berkali-kali mengucap maaf sembari memberikan sepucuk surat dengan sebuah bingkisan yang belum ku ketahui isinya. Tanpa banyak bicara, ia hanya memelukku dengan raut wajah yang sedikit sayu. Aku sedikit terkejut, ini kali kedua aku bertemu dengannya. Benar, jika ia adalah ibu dari laki-laki yang ku cintai. Selepas kepergiannya, aku mulai membuka sehelai kertas yang terlipat, didalamnya berisi tulisan tangan yang sangat aku rindukan.

‘Terima kasih sudah menjadi bagian dari hidupku. Aku meminta maaf karena tak memberitahu alasan dari kepergianku. Aku tak mampu berkata jujur kepadamu. Aku tak mau kamu merasa khawatir, karena itu akan menambah rasa sakitku. Saat membaca surat ini, aku tak dapat menemuimu kembali. Aku sudah berusaha melawan rasa sakit ini, tapi sekarang aku sudah tak tahan lagi. Maaf jika aku terlambat memberitahumu, aku hanya berharap kau selalu bahagia dan jangan pernah kesepian! Jaga kitten kita baik-baik, anak kucing itu sangat manja sepertimu( Sekarang kamu tak perlu menungguku, tapi sering-seringlah menemuiku di taman yang selalu ku ceritakan kepadamu. Pakailah hadiah terakhirku di hari bahagiamu. Sekali lagi aku minta maaf tak bisa memberi pelukan hangat untuk yang terakhir kali. Aku selalu menyayangimu…

Tertanda, Ryan’

Seketika hujan deras membasahi tubuhku, perlahan aku buka bingkisan itu. Gaun putih berbalut bordir floral menjadi hadiah terakhir yang tak bisa ku pakai di depanmu. Ternyata butuh 3 bulan untuk mengetahui alasan kepergianmu. Maafkan aku yang selama ini berburuk sangka terhadapmu, merasa paling tersakiti padahal aku sendiri tak mengetahui rasa sakit yang kau alami. Aku merasa menjadi pasangan yang paling buruk untukmu. 

Esoknya, aku datang ke taman yang kau ceritakan, ternyata kau memang disana. Berbaring dibawah gundukan tanah yang masih merah. Tentu saja aku membawa seikat mawar putih kesukaanmu. Aku ceritakan semua kerinduanku dan memanjatkan kalimat do’a untukmu. Merelakan kepergianmu dengan seulas senyum seperti saat aku menanti kedatanganmu. Terima kasih sudah menemaniku bertumbuh, menggenggam tanganku dan melangkah bersamaku. Terima kasih sudah menjadikanku orang yang paling istimewa setelah ibumu. 

Sudah 2 tahun sejak kepergianmu, namun aku masih sangat merindukanmu. Bahkan aku tak pernah absen mengunjungimu. Walaupun kamu bosan, kamu harus tetap menerimaku sebagai tamumu. Setiap kenangan kita, masih tersimpan apik dalam hatiku. Sekarang kamu tak perlu mencemaskanku, aku sudah berhenti menghabiskan air mata di sudut ruangan hanya karena mengingat dirimu. Hiduplah dengan damai disana. Mungkin ini akan jadi kunjungan terakhirku, karena sekarang aku sudah menemukan kunci baru. Seseorang yang mampu mengetuk pintu hati. Meski dia bukan duplikatmu, aku tetap ingin mencintainya seperti aku mencintaimu."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.