https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
"Judul: Hilang Sudah
Oleh: Abdul Wahid, S.Pd.
Aku rangkai aksara mu
Dalam buku suci
Tetapi tak seanggun dulu
Aku cuai pada keindahan mu
Aku acuh pada aksara mu
Kini lebur dari benak ku
Sementara itu kata-katamu absurd
Kau torehkan dalam buku suci ku
mengacak-acak literasi penaku
Yang dulu bernyawa dalam batin
Bagaimana tidak, satu kata hasilkan
ribuan ambisi torehan pena nian
bahkan saat itu melintasi sejuta puisi semua mengaplus kaukus dalam jiwa
Mendamaikan rasa sentimen
yang terus meronta, kau membena
agar aku tetep dalam dimensi
Kini kau hanya sebuah konsonan,
aksara awam, yang terpaut oleh waktu
Aksara mu tak sesakti dulu
Kau tak lagi membius nurani
Tapi itu kataku bukan kata hati ku
tiap kali aku bernala-nala tentang mu
Hulu ku seperti tertusuk duri
Perih yang tak bisa ku ukir dengan aksara ku sendiri
Aku rindu aksara mu
Aku rindu keanggunan mu
Meski kata-kata mu
Tak seindah dan seanggun dulu
Ku harap kau kembali dalam pelukan dalam torehan buku ku.
Judul: Pewaris kitab kuno
Oleh: Abdul Wahid, S.Pd.
Duka tajam tergores di langit ini..
Lidah api menjulang tinggi..
Kembali pulang pada ku..
Kaulah pengendali kemerlap..
Pelita jendela malam gelap..
Pewaris kitab kuno..
Di mana engkau..
Rupa tiada..
Suara sayup..
Kembalilah..
Dengar mereka berkoar..
Sebagai cahaya obor kemuliaan..
Penerang bagi kegelapan..
Dengan iming-iming Nusantara..
Seratus juta banyaknya..
Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa..
Kini kutundukkan kepala, karena..
Ada sesuatu besar luar biasa..
Pewaris kitab kuno..
Kembalilah dan menyeru azan tak habis-habisnya..
Membuat lingkaran mengikat pinggang dunia..
Dengan cahaya surgawi yang nyata..
Nyalakan pelita dalam kaca..
Sehingga kesucian kitab tetap terjaga..
Kemudian sinari dunia dengan cahaya surga..
Judul: Gelas-gelas Kaca
Oleh: Abdul Wahid, S.Pd.
Serdadu sandang rok mini
Menjelajah malam sunyi
Seonggok harapan selembar money
Berharap memuaskan perut keroncongan
Tak sanggup menahan
Lapar berkepanjangan
Bertumpuk-tumpuk mata keranjang
Terkadang jua tangan dingin melayang
Kuterima berlapang-lapang
Tak kuharapkan ini
Menyandang malam suci
Kehinaan menerpa tubuh yang murni
Sering kali kujadikan kambing hitam dalam sunyi
Pecahkan aku
Untuk harapan baru
Yang tuhan ku mau
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.