Hilang Sudah

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Judul: Hilang Sudah

Oleh: Abdul Wahid, S.Pd.


Aku rangkai aksara mu

Dalam buku suci

Tetapi tak seanggun dulu 

Aku cuai pada keindahan mu

Aku acuh pada aksara mu

Kini lebur dari benak ku 

Sementara itu kata-katamu absurd

Kau torehkan dalam buku suci ku

mengacak-acak literasi penaku

Yang dulu bernyawa dalam batin

Bagaimana tidak, satu kata hasilkan 

ribuan ambisi torehan pena nian

bahkan saat itu melintasi sejuta puisi semua mengaplus kaukus dalam jiwa

Mendamaikan rasa sentimen 

yang terus meronta, kau membena

agar aku tetep  dalam dimensi

Kini kau hanya sebuah konsonan,

aksara awam, yang terpaut oleh waktu

Aksara mu tak sesakti dulu

Kau tak lagi membius nurani

Tapi itu kataku bukan kata hati ku

tiap kali aku bernala-nala tentang mu

Hulu ku seperti tertusuk duri

Perih yang tak bisa ku ukir dengan aksara ku sendiri

Aku rindu aksara mu

Aku rindu keanggunan mu

Meski kata-kata mu 

Tak seindah dan seanggun dulu

Ku harap kau kembali dalam pelukan dalam torehan buku ku.



Judul: Pewaris kitab kuno

Oleh: Abdul Wahid, S.Pd.


Duka tajam tergores di langit ini..

Lidah api menjulang tinggi..

Kembali pulang pada ku..

Kaulah pengendali kemerlap..

Pelita jendela malam gelap..

Pewaris kitab kuno..

Di mana engkau..

Rupa tiada..

Suara sayup..

Kembalilah..

Dengar mereka berkoar..

Sebagai cahaya obor kemuliaan..

Penerang bagi kegelapan..

Dengan iming-iming Nusantara..

Seratus juta banyaknya..

Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa..

Kini kutundukkan kepala, karena..

Ada sesuatu besar luar biasa..

Pewaris kitab kuno..

Kembalilah dan menyeru azan tak habis-habisnya..

Membuat lingkaran mengikat pinggang dunia..

Dengan cahaya surgawi yang nyata..

Nyalakan pelita dalam kaca..

Sehingga kesucian kitab tetap terjaga..

Kemudian sinari dunia dengan cahaya surga..



Judul: Gelas-gelas Kaca

Oleh: Abdul Wahid, S.Pd.


Serdadu sandang rok mini

Menjelajah malam sunyi

Seonggok harapan selembar money


Berharap memuaskan perut keroncongan

Tak sanggup menahan 

Lapar berkepanjangan


Bertumpuk-tumpuk mata keranjang

Terkadang jua tangan dingin melayang

Kuterima berlapang-lapang


Tak kuharapkan ini

Menyandang malam suci

Kehinaan menerpa tubuh yang murni

Sering kali kujadikan kambing hitam dalam sunyi


Pecahkan aku

Untuk harapan baru

Yang tuhan ku mau


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.