https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
HARAPAN SEMU
Di kala Senja nan indah
Langit sore yang awalnya indah, berubah menjadi laksana menghitam
Aku merasa keindahan langit mulai memudar
Angin pun turut menyambar seakan memintaku untuk beralih memandangnya
Aku acuh dan memilih duduk bersila sembari mengaitkan jemariku dengan erat
Dengan lirikan mata yang tajam dan guratan pipi yang mulai tercetak di wajah
Aku melirik mereka yang memasang raut wajah gelisah
Orang-orang berbisik pelan tatkala langit biru seolah turut menatapku dalam hening
Bahkan aku bisa merasakan dinding-dinding disekitarku turut mendengar pembicaraan mereka
Apakah akan turun hujan yang siap menghantam?
Atau akan turun badai yang siap menerjang?
Aku seperti berada di negeri dongeng yang bernuansa teka-teki
Hiruk pikuk sayup-sayup terdengar
Dan dentuman syair irama keluh kesah semakin jelas terdengar
Arg sepertinya dunia ini sedang bersandiwara
Keluh kesah sudah biasa terdengar di gendang telinga
Apa mereka hanya mengandalkan belas kasian orang lain?
Apa mereka tidak kasian kepada diri mereka sendiri?
Yang terus saja mencari celah untuk dikasihani
Tidak ada yang bisa diandalkan selain raga sendiri
Suka atau tidak, suka duka harus ditanggung sendiri.
LUKISAN KENANGAN
Di sepanjang jalan kenangan
Kisah kita terukir indah di lukisan kebahagiaanku
Aku melengkungkan senyuman
Seindah lengkungan pelangi di langit biru
Menatap Langit senja yang begitu indah
Indah seperti dirimu
Derasnya ombak disana begitu menakutkan di bola mata saljuku
Ombak bergelombang bersama air dabak menghantam kakiku yang lemah tak berdaya karenamu
Arg Kamu bagaikan ombak itu
Ombak yang tanpa aba-aba siap menghantam lukisan kenanganku
Lukisan yang dengan jerih payah aku goreskan di hatiku
Mahaparana ini sampai menembus jantungku
Kilahmu sungguh mengintai jantung
Aku menilik ke langit yang menjadi mendung kelabu
Langit pun seakan turut bersedih melihatku
Aku sapa langit tetapi langit hanya membisu
Pelebaya awan biru seolah tersenyum kepadaku yang pilu
pun tau bahwa aku berandai-andai di tengah gelombang kenangan
Mengapa jantungku seakan tidak berhenti berdetak di lubuk hatiku?
Langit pun tau bahwa aku berandai-andai di tengah gelombang kenangan
Terhenyak lalu terhempas saat tau aku hanya bisa memelukmu semu
KISAH 2020
Di tengah panas pagi menerpa bumi
Aku melihat manusia menutup sebagian wajah mereka
Mengapa mereka menutup wajah mereka?
Arg akhirnya indera pendengaranku menangkap pembicaraan mereka
Aku berlari dengan langkah kecilku menuju rumah
Mataku setengah sayup menatap fokus layar televisi
Bahkan gerangan orang lain tak lagi aku hiraukan
Aku saksikan berita bahwa ditemukan penyakit baru di awal tahun 2020 ini
Awal yang membuatku yakin virus ini akan berkelana menjelajahi Negeri ini
Organisme super kecil ini masih setia menyebar di negeri ini
Dia mulai menggoroti satu persatu jiwa manusia
Jalan pun menjadi saksi bisu
Rintikan Gerimis menangis
Seolah turut meringis menyaksikan betapa Negeri ini sedang terpuruk
Mengapa virus ini setia mengkreasikan dirinya?
Dan tak henti-hentinya menggerogoti sel manusia
Sekelibat kisah sebelum wabah menghampiri datang di sanubari
Rindu kepada bumi yang dulu inginku jelajahi di mesin waktu
Jadikan layaknya seperti lukisan
Lukisan yang menggoreskan tinta kenangan
Kapan wabah ini berakhir?
Wabah ini masih mengikat bumi ini dengan ikatan yang erat
Apa ada obat penawar bisa memutuskan ikatan yang erat ini?
Percayalah, setelah hujan pasti akan terbit pelangi
Memberikan segenap harapan di sanubari umat manusia
Sebuah Harapan indah memang datang di waktu yang tepat
Allah akan menjadikan bumi ini kembali bersinar kembali
Bersamaan dengan bersinarnya kembali sinar mentari
Manusia akan tersenyum kembali di penghujung sinar pelangi
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.