Gerimis di Ujung Malam - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Gerimis di Ujung Malam


Kini malam terlalu muram, Bila harus ku ceritakan.

Dibawah Tempias gerimis, Aku ingin menulis.

Sebuah puisi paling manis, Namun sedikit tragis.


Bersama secangkir kopi yang menemani.

Aku meluapkan semua isi hati.

Mengingat semua janji yang pernah kita sepakati.

Untuk sehidup semati, Namun engkau hianati.


Kita tak butuh alasan, untuk sebuah kehilangan.

Mencoba bersabar dengan semua kepergian.

Semakin malam dingin mulai menyerang.

Bersama gerimis ku titipkan tangis.

Untuk perasaan yang dulu manis, kini berubah tragis.


Tuhan….

Terimakasih untuk gerimis malam ini.

Bak sebuah kebahagian yang sejukan hati.

Menyembuhkan diri dari semau janji yang dihianati.


Asmara Luka


Tersenyum lalu pergi,,,,.

Karena rasa kecewa yang sesungguhnya tanpa adanya kata.

Dan lelaki sejati, tak akan mengeluarkan kata yang melukai wanita.

Tersenyum sambil menggelengkan kepala, Dalam hati hanya berkata.

“Ya sudahlah sudah terjadi, dan semua tak akan bisa untuk kembali.”

Karena sebaik apapun berpamitan, Perpisahan tetaplah menyakitkan.


Seseorang yang dulu pernah aku pertahankan,

Kini memaksa untuk hilang dari pelukan. 

Tak mau lagi berjuang ketika sudah dicampakan.

Karena perjuangan yang telah disia-sia kan.

Menghilang lebih baik dari pada harus berjuang.

 

Terimakasih untuk kehadiranmu, meski itu menyakitiku.

Semoga bahagia dengan dia yang menggantikanku.

Mungkin doa ku kini harus berganti.

Bukan lagi, ""meminta bahagia setiap waktu.""

Tetapi, ""diberi hati yang luas untuk menerima segala sesuatu.""

Terbit Cerah 2022


Tahun 2021,

Dimana tahun penuh peluh.

Tapi kita dilarang untuk mengeluh.


Apa kabar hari ini?

Sepertinya tak sebaik biasanya,

Tahun ini dunia memang sedang diuji.

Mencoba menahan diri, 

Di tengah kejamnya pandemi.

Bertahan di tengah badai,

Dengan semua bahaya mengintai.

Sejak hari ini, Dunia mulai berganti.


Kita dipaksa adaktif dengan perubahan.

Kita dipaksa bersabar dengan ujian

Banyak hal tak lagi mudah didapatkan.

 Setidaknya masih ada yang bisa dimakan.

Mencoba bertahan, Di tengah kesulitan.

Berharap kebaikan datang, Di tahun depan.


Doa ku….

Semoga di tahun depan, Terbit secercah harapan.

Melangsungkan kehidupan, Di tengah kedamaian.

2022….

Harapan baik kusematkan padamu.

Lekas sembuh bumiku.

Lekas normal hidupku.

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.