Event tahunan - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 " Event tahunan

Oleh: Fellah Octien JD


Kebanyakan sekolah di Indonesia saat hari sumpah pemuda yang jatuh pada 28 Oktober pasti akan melakukan sebuah event atau peringatan untuk menghormati dan menghargai jasa pada pemuda dahulu kala, namun hal ini berbeda dengan sekolah Brem sesuatu aneh telah terjadi dan ini membawa petaka besar bagi seluruh warga sekolah. Tepatnya pagi hari tanggal 28 Oktober Brem Kacz murid SMA Zack berangkat kesekolah seperti biasa, dirinya kira akan ada pengumuman mengenai lomba-lomba yang biasa diadakan saat hari Sumpah pemuda seperti cipta puisi, cerpen, poster, artikel dll. Justru sebuah pengumuman mengejutkan sekaligus jangal terjadi, saat murid-murid sedang berbaris di lapangan seperti biasa sebuah suara yang bersumber dari speaker sekolah menganggu dan mengubah suasana tentram yang sedang terjadi “Mari kita mulai” ujar seseorang yang misterius, orang itu baru saja mengumumkan akan diadakan sebuah permainan yang seru untuk semua murid ‘Saya mengadakan sebuah permainan seru dan berkesan bagi kalian semua, peraturannya mudah kalian cukup bertahan dan boleh melakukan apapun. Diantara kalian semua terdapat seorang pembunuh yang sudah saya siapkan, dan pembunuh itu akan melakukan tugasnya hingga sekolah usai nanti yaitu pukul 23.00, jadi mari kita mulai' isi dari pengumuman yang para murid dapat, mereka kira sosok misterius itu berbicara mengenai permainan “Serigala dan warga” tapi beberapa menit setelah pengumuman itu tersebar DorDor! ! Bunyi senapan menggema di gendang telinga para murid membuat mereka berhamburan, selain takut karena sebuah senapan yang datang nya entah dari mana mereka juga takut akan mayat yang tergeletak akibat senapan tadi. “Bremm!!!” panggil seseorang dikala huru-hara yang terjadi, Brem juga panik dan bingung mencari siapa yang memanggilnya hingga retinanya menangkap sebuah tangan yang dirinya kenal, tanpa berpikir panjang Brem berlari menerobos kerumunan yang berlarian tidak berarah. “Aslan, ada apa ini?” tanya Brem dengan nafas tersengal-sengal “Ayo cari tempat aman untuk berbicara!!” perintah Aslan menarik tangan sahabatnya menuju tempat persembunyian mereka.

     Kedua pria tersebut mengatur nafasnya yang terbuang banyak akibat berlari “Aslan... hal apa yang ingin kau bicarakan” tanya pria bermata hazel, Aslan menatap masa hazel pria di depannya dengan serius “Permainan ini adalah pembunuhan masalah yang direncanakan aku tidak sengaja mendengar nya kemarin” terang Aslan. Mata Brem membulat otaknya tidak dapat berpikir jernih apa yang Aslan maksud, rencana pembunuhan masal? yang benar saja sekolah adalah tempat yang dilindungi hukum, apakah mereka bodoh?! “Brem, mungkin kamu tidak percaya tapi...saat ini sekolah kita tidak terlihat oleh dunia luar hanya warga SMA Zack saja yang dapat melihat keberadaan tempat ini. Aku sudah membuktikannya kemarin dengan mempotretnya dan menanyakan foto tersebut pada pejalan kaki namun jawaban mereka sama ‘Tidak ada sekolah digambar ini' “ terang Aslan lagi, saat Brem ingin berbicara tiba-tiba suara senapan menggema di sekitar mereka seperti nya pembunuh sedang berjalan ke arah tempat persembunyian mereka. Brem ingin segera kabur namun Aslan menahan tangan nya dan menyuruhnya untuk bersembunyi dengan diam ‘Brak' gema suara pintu yang di tendang, untunglah keduanya sudah bersembunyi dikolong meja. Suara langkah kaki sang pembunuh terus menghantui Brem tubuhnya gemetar dan takut, hingga kepalanya terbentur meja yang tanpa sengaja membuat suara, keringat dingin terus bercucuran namun Aslan seperti nya bersikap biasa saja. “Denki, kita pergi” panggil salah seseorang dari arah pintu membuat pembunuh bernama Denki itu berbalik dan meninggalkan keduanya, Brem bernafas lega dan menanyai berbagai pertanyaan kepada Aslan mengapa dia bisa setenang itu tapi jawaban si pirang “Jika aku gugup maka aku akan membuat kesalahan seperti mu, tenang itu lebih baik” ujar Aslan pada Brem, tanpa berbincang banyak keduanya mulai melakukan rencana agar terbebas dari permainan gila ini dan di tengah rundingan keduanya langkah kaki kembali terdengar mendekati pintu membuat Brem begitu was-was hingga membawa sebalok kayu sebagai alat perlindungan nya, namun ternyata saat pintu dipukul bersamaan dengan suara tangi wanita meminta tolong. Hati Brem yang tidak tega akhirnya memberi pertolongan pada wanita yang kondisi nya bersimbah darah “Hiks, Susi tolong bantu Susi. Dia tertembak” pinta Arski disela tangisnya “Itu tidak mungkin, teman mu tidak akan selamat setelah tertembak” ujar Aslan tajam, mata Arski melotot dan kemudian membeli mendengar penuturan si pirang tidak mungkin!! pasti masih ada kesempatan, tubuh Arski lemas hingga terjatuh ke lantai. Brem memukul Aslan yang dari tadi bersikap dingin “Aslan, kenapa kau berbicara seperti itu!!..” Dirinya membungkuk dan menenangkan Arski “.. tenang saja, teman mu Susi pasti selamat, kami akan menyelamatkan nya jadi berhentilah menangis” sambung Brem dengan tulus, meski dirinya sedikit percaya ucapan Aslan tapi apa salahnya mencoba? Setelahnya tangis histeris Arski mereda “B-benarkah?” tanya Arski terbata-bata, sang pemuda yang melihat manik kesedihan itu mengangguk sebagai jawaban iya “Aku bersumpah kita akan keluar bersama nanti” ucap Brem, mendengar sumpah itu membuat hati Arski tenang dia percaya akan sumpah yang diucapkan oleh seorang pemuda terlebih orang tersebut adalah lelaki. 

     Beberapa menit kemudian ketiganya keluar dari tempat tersebut sesuai dengan rencana yang telah disusun, mereka menuju ke tempat Susi berada. Namun saat di perjalanan ketiganya mendengar suara tangisan seorang gadis yang datang dari tujuan mereka yaitu kelas Arski dan Susi. Ketiganya waspada dan berjalan mengendap-endap takut ada seseorang pembunuh yang mengancam sang gadis, dan saat pintu kelas di buka tangisan itu berhenti “Hei, apakah kau takut? Kita bukan pembunuh” ujar Brem dari pintu, sedetik kemudian sebuah suara timbul dari kolong meja guru gadis itu berlari dan memeluk Brem dengan ketakutan “Mayat..mati.. ttembak hiks takut” rancaunya tidak jelas, sementara itu Arski berlari ketempat mayat Susi tergeletak dirinya histeris melihat keadaan Susi yang sangat pucat dan tidak bernafas tiada harapan lagi baginya, kemudian dia berlari dan mencengkram kerah baju Brem sedari meminta janjinya tadi “Mana janji mu sebagai seorang pemuda dan lelaki?! Man-“ namun ucapannya terpotong oleh peluru yang menembusi otaknya, dari arah belakang tiba-tiba saja pembunuh datang, Aslan menarik tangan Brem ke arah jendela untuk kabur dengan meninggalkan gadis yang ketakutan itu bersama sang pembunuh dan Brem tau apa yang akan terjadi selanjutnya. 

     Brem tertunduk bersalah dan kecewa, kenapa Aslan tidak membawa gadis itu juga?! Meski kita tidak saling mengenal setidaknya masih ada nyawa yang bisa dirinya selamatkan “Sudahi tangismu, cepatlah muncul” ujar Aslan dengan tidak jelas, Brem mengabaikan perkataan sang pirang dan pergi ke Kantin sendiri. Setibanya di kantin dia bertemu dengan seorang pemuda dalam aksi tembak-menembak dengan pembunuh, Brem menghampiri pemuda tersebut dengan niat membantu namun peluru terakhir pemuda tersebut di lesatkan dan tidak tepat sasaran mungkin inilah ajal pemuda itu, tanpa berpikir panjang pria bermanik hazel itu berlari melindungi pemuda itu dengan tubuhnya dari senapan yang ingin di tembakan “Denki, ayo kita pergi” dan hal itu terjadi lagi, keberuntungan yang berturut-turut Brem berpikir para pembunuh dikendalikan sesuatu jadi mungkin bagi mereka untuk tidak menembak Brem dan sang pemuda “Kau baik-baik saja?” tanya Brem pada pemuda tersebut, dan pemuda dihadapannya mengangguk yang berarti iya “Ayo kita pergi dan keluar bersama dari permainan gila ini” tawar Brem “Terima kasih atas bantuanmu, kenalkan aku Fred” ujar Fred menjulurkan tangan, Brem tersenyum dan membalas jabatan Fred “Brem, Brem Kacz”. Pria bermanik itu berbalik dengan diikuti Fred dibelakang, mereka berniat kembali ketempat Aslan yang terbilang aman namun Dor suara senapan datang dari arah belakang dan menembak tepat dikepala Fred, apakah dirinya pembawa sial?! Sudah berapa banyak kematian yang dirinya saksikan?! Janji yang pernah dirinya ucapkan tiada satu pun yang terlaksana. Brem jatuh ke lantai seolah pasrah untuk di tembak juga, namun seseorang membius nya dari belakang dan membuat kesadarannya hilang dan penglihatan nya mengkabur hingga akhinya semua berubah menjadi hitam. 

     “Kau hampir membunuh tuan Zack, bodoh!!” perlahan kesadaran Brem mulai pulih dan suara itulah yang dirinya tangkap, saat kelopaknya terbuka yang pertama kali retinanya tangkap adalah Aslan yang duduk di antara para pembunuh “Sudah bangun, Brem?” ujar Aslan dingin, hal ini menimbulkan kecurigaan pada Brem mengapa Aslan begitu santai duduk di sekeliling para pembunuh?! Apakah dia? “Iya Brem aku adalah dalangnya dan kau juga dalang dari semua ini, bwhaahahah” tawa bengis nya menggema di gendang telinga Brem, jadi selama ini? Pantas saja sikap yang dia tunjukan dari tadi terlalu jangal, tapi kenapa aku juga dalangnya? “Permainan sudah selesai Zack sebelum deadline yang kau tentukan, jadi muncul lah sekarang” tiba-tiba tubuh Brem merasakan gejolak dan penglihatan nya memburamkan kembali, apa yang mereka berikan padanya?! “Agh, leganya. Hampir saja nyawaku hilang karena teman bodohmu ini” ujar Brem dengan kejam “Teman jodohku itu kau! hari ini sangat menyenangkan bukan?” tanya Aslan, Brem menyeringai atau lebih tepatnya Zack kepribadian keduanya yang terkenal bengis, jahat dan psikopat “Lumayan” keduanya tertawa lepas penuh kekejaman, sementara Denki melihat dengan takut dan miris dirinya terpaksa menjadi seorang pembunuh demi nyawanya Benar apa kata orang, 1 pemuda bisa mengguncang dunia batinnya. 

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.