https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Cahaya yang Hilang
Hari berganti hari waktu berganti waktu, tak sadar diriku terlelap dikegelapan ini
Para mentari dan cendikia tak mampu lagi menerangi dunia yang kutempati
Sunyi rembulan menghiasi langit malam yang penuh syahdu ini
Sedih dan perasaan miris menyayat hati
Apakah ada pelita yang dapat menerangi kesunyian ini
Apakah ada suara yang mampu memecah gentarkan samudra di tebing ombak
Diriku harap pelita itu muncul dan datang di suatu saat
Bila ia tak muncul biarkanlah diriku lenyap.
Cahaya yang Kembali
Degungan rakyat menggema di penjuru negeri
Tidak ada yang menandingi silauan sang fajar ini
Ia Kembali dengan harapan dan cinta
Para pendoa menangis syahdu dan Bahagia
Cahaya Kembali dengan apinya yang membara
Api itu tak padam walau angin tertimpa langit
Para perjuang marilah menyinsing badan
Karena pahlawan kembali bersinar.
Kebebasan yang Redup
Para perjuang terbangun dalam mimpinya yang berkorbar
Terbangun dari kenyataan lewat jeruji besi yang mendekam
Setiap detik yang terlewat menjadi tanda pertumpahan langit
Suara kicau burung yang menggelegar tak pernah lagi Nampak di negeri ini
Apakah kebebasan diukur lewat materi yang berujung runcing
Cula tanduk mengalahkan ketajaman senjata perang
Pena yang ditulis pejuang menjadi peluru di meda perang
Sampai kapan kah diriku keluar dari jeruji ini wahai sang pejuang.
Tikus Berdasi
Mimpi ini sudah kutulis dengan pena rembulan malam
Hari-hari diriku terbakar oleh dendam yang membakar matahari
Kekuasaan menjadi bukti nilai sebuah materi permata murni
Kesadaranku menghilang akan cahayanya yang tak akan pernah kembali
Rasa penyesalan kudapat setelah menebang pohon kehidupan
Banyak air mata yang keluar dari matanya
Banyak teriakan yang terdengar dari telinganya
Ku harap dengan ketiadaanku menjadi kedamaian di negeri ini.
Api Harapan
Kehilangan menjadi tanda pengharapan pelita
Obor ditanganku menjadi tanda tajamnya peristiwa
Suara yang ku dengar merupakan isak air mati
Berderu-beru api membakar hati yang mendingin ini
Panas dan amarah menyulut api yang tak padam
Para pejuang itu telah turun ke jalan yang berduri dan penuh api
Bila diriku tak sanggup lagi, maka carilah cahaya nya lagi.
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.