BULAN - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "BULAN

Karya : Muhammad Damara Shadiq Prayoga


Malam semakin larut. Semilir angin meniup lembut rambutku. Terdengar bunyi jangkrik dan tokek di luar sana, namun tak kuhiraukan. Aku terpaku dengan keindahan bulan malam ini. Tak henti-hentinya pikiranku mengucap syukur atas keindahan Tuhan yang muncul setiap malamnya. Aku bergumam, “Andai aku bisa seindah dan secantik bulan, tentunya takkan ada orang yang menghinaku. Semua orang akan menghargaiku.” Tanpa sadar, air mataku mulai menetes membasahi kedua pipiku. Ya, tak ada satupun orang yang ingin terlahir dengan keadaan jelek, aku juga.

Aku melangkahkan kaki ke dalam kamar sambil menutup pintu balkon. Melihat bulan setiap malamnya adalah rutinitasku sejak usiaku 4 tahun. Meskipun bulan tidak muncul setiap malamnya, aku senang melihatnya apabila ia muncul. Cahayanya yang terang bersinar menerangi kegelapan malam, bentuknya yang sempurna, sangat indah bukan ciptaan Tuhan yang satu ini? Bulan cantik, tidak seperti diriku. Aku jelek. Wajahku tidak simetris, kulitku tidak mulus, sangat menyedihkan. Tapi tak mengapa, aku menyadari hal itu. Aku melangkahkan kaki menuju cermin. Menatap lekat bayangan yang ada di cermin itu. Seburuk itukah aku? Pikirku. Aku memegangi wajahku, berharap bisa secantik Raisa, seanggun Isyana, atau seimut Ziva Magnolya. Kutepis jauh-jauh angan tersebut. Cukup sudah bercerminnya, aku sudah mengantuk. Tak mungkin aku, Cleo, bisa seperti itu.

Aku membaringkan kepalaku di bantal putih kesayanganku. Hari ini cukup melelahkan, bahkan setiap harinya. Menjadi orang jelek adalah sebuah tantangan bagiku di setiap harinya. Aku menatap langit-langit kamarku. Pikiranku melayang jauh. Terlintas beberapa adegan yang pernah kualami. Menyedihkan, tentunya kalian tahu ya jawabannya?

 

-KILAS BALIK-

Saat itu di sekolah sudah memasuki jam istirahat. Aku berjalan menuju kantin. Setelah membeli beberapa jajanan, aku mencari tempat duduk untuk makan sambil menikmati suasana istirahat di sekolah. Saat itu aku melihat 3 siswi sepertiku duduk sambil makan bersama. Mereka teman sekelasku. Aku tersenyum karena melihat tempat duduk kosongnya masih tersisa satu. Aku menuju tempat duduk mereka, namun dengan cepat mereka berdiri ketika melihatku akan duduk di situ. Aku terdiam. Mereka membentakku. Siswi yang berkuncir kuda -Alice- memandangiku dengan tatapan jijik. Aku tak mampu melihatnya. Ia kemudian berkata dengan nada tinggi, “Cleo, kau tahu kesalahanmu apa?”. Aku masih tertunduk. Dua siswi lainnya -Dinda dan Steph- menarik rambutku. Aku menjawab, “Iya aku tahu. Tak seharusnya aku duduk bersama kalian, tapi aku hanya ingin bermain bersama kalian.” Setetes air mata mulai turun dari mataku karena sedari tadi mataku sudah berkaca-kaca melihat mereka berlaku sangat kasar padaku. Steph menyiram seragamku dengan es teh. Aku terkejut. Aku malu. Seisi sekolah melihat aku sudah direndahkan seperti ini. Aku berlari ke kelas, tak peduli seberapa banyak siswa-siswi yang melihat kondisiku sambil menertawakanku dan bahkan memanggilku jelek.

Aku menangis tersedu-sedu. Niatku tak jahat, aku hanya ingin bermain bersama mereka. Aku tahu aku bukan bagian dari salah satu kumpulan siswi cantik dan terkenal di sekolah. Aku juga tidak pintar. Sudah sering aku diperlakukan seperti ini. Diasingkan dari kubu di kelas, seolah aku tak pernah menjadi bagian dari siswa di kelasku. Hatiku hancur. Andai saja uangku beratus juta, sudah pasti aku akan melakukan operasi wajah. Namun, aku ingat bahwa itu tidak diperbolehkan. Memiliki wajah seperti ini menjadi sebuah kutukan. Tak ada orang yang menghargaiku dengan baik. Semuanya memperlakukanku seperti orang yang memiliki kasus kriminal. Aku hanya ingin menjadi orang yang baik dan bisa bermain bersama mereka, namun tak ada yang bisa memahami niat baikku. Secepatnya kuhapus air mataku. Sebentar lagi sudah jam pulang sekolah, aku tak ingin mataku terlihat sembab di depan ibu. Aku harus bersikap seolah tak terjadi apapun hari ini, meski masih banyak kisah yang kurahasiakan dari ibu. Aku tak ingin membuatnya terluka dan menjadi bebannya. Memiliki anak yang jelek sepertiku saja pasti sudah menjadi bebannya.

Cerita masih berlanjut. Usiaku sudah 16 tahun. Aku menaruh hati pada seorang siswa anggota basket di sekolahku. Ryan, dia berhasil membuat pandanganku tak bisa lepas darinya. Diam-diam aku sering menulis surat dan meletakkannya di loker miliknya. Tanpa dia ketahui, aku sering melihatnya tersenyum ketika membuka loker dan kemudian membaca isi suratku. Hatiku berdegup kencang. Singkat cerita, Ryan menemuiku di kantin dan menumpahkan air di kepalaku. Aku sangat terkejut. Ternyata, Alice dan kawanannya mengetahui bahwa aku menaruh hati pada Ryan dan memberitahu kepadanya. Ryan tak suka jika gadis jelek sepertiku menyukainya. Tentunya beda level. Dia manis dan aku menyedihkan. Aku tahu itu, tapi salahkah aku jika menaruh hati padanya? Aku tak pernah melakukan hal aneh kepadanya, aku hanya menyukainya.

Dan Alice, aku kecewa padanya. Aku mengagumi kecantikannya dan sering berkhayal jika aku secantik dirinya. Namun, ia sering berbuat tidak baik padaku. Aku kecewa, dia tak suka jika aku mengagumi kecantikannya. Dia pernah mengolesi arang di wajahku ketika praktik seni budaya dan menjadikan wajahku lelucon di depan seisi kelas. Hatiku hancur, seperti inikah orang jelek pantas diperlakukan?

 

-KILAS BALIK SELESAI-

Aku mengagumi bulan. Hanya ia yang tetap bersinar meskipun orang jelek sepertiku mengagumi keindahannya. Tak bosan-bosan kupanjatkan syukur kepada Tuhan karena telah menciptakan bulan. Ia tak seperti Alice yang selalu merendahkanku, tak seperti Dinda dan Steph yang selalu berlaku kasar padaku, tak juga seperti Ryan yang sinis. Aku tersenyum, aku harus memahami diriku sendiri. Meski kusadari aku tak rupawan seperti mereka, aku harus memiliki hati yang baik. Aku harus lebih berani melawan ketika direndahkan. Tak sepantasnya aku selalu diperlakukan seperti ini. Ya, mulai sekarang aku harus mengubah semuanya. Hati yang baik adalah kunci, aku harus selalu bersikap baik pada semua orang. Aku ingat kata Cinderella. “Have courage and be kind.” Jadilah berani dan baik hati.

Aku tersenyum. Aku mengakhiri pikiran berlebihanku malam ini. Aku ingin menjadi baik dan tetap rendah hati seperti bulan meskipun sudah dikagumi jutaan orang di dunia ini. Aku cantik, gumamku. Aku harus tahu itu. Kecantikan dari hati itu kunci dan tidak perlu validasi. Terima kasih, Bulan."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.