Bintang yang Bersinar - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "Bintang yang Bersinar


Malam ini bintang bintang sedang bersinar dengan terangnya, bulan pun tidak memancarkan cahayanya, bayangan bayangan malam. Hal ini membuat Carrisa sangat senang, karena ia bisa melihat bintang sepuasnya. Berbeda dengan Casey, Sahabatnya yang memejamkan mata ke arah Carrisa seolah-olah keindahan malam ini tidak menarik untuknya. Tapi dibalik itu tersimpan sebuah masa lalu.


"" Casey, jangan bilang kau terpesona dengannya."" Carrisa pandanganya pada Casey sambil memasang wajah geli.


“ Apa? yang benar saja. Mataku tertutup. Kau pikir aku penyuka sesama jen ~ ah sudahlah.”


"" ha ha. Tenang tenang aku juga bukan tipikal wanita seperti itu.” Kekeh Carisa


“Bagus. Bagaimana kalau kita pulang, sudah hampir 2 jam kejadian kita di rumput ini dan kurasa kulitku sudah membeku sekarang.”


“Ah ayolah. Apakah Anda tidak bisa menikmati apa yang sedang kunikmati sekarang. Menatap keindahan dunia malam. Bintang, Bulan, Semilir angin dan hal lainnya. Itu mengasikkan Casey.”


“Dan aku tidak suka.” Protes Casey


“Selalu itu yang kamu setiap kita kesini. Aku tahu kau sahabatku, tapi kalau kau tidak menyukai rutinitas ini sebaiknya kau tidak usah ikut. Padahal yang kudengar dari Ibumu kau suka sekali dengan ilmu astronomi dan meneliti langit.”


“ Memang. Dan sekarang saya sudah tidak tertarik.”


Carrisa menghela nafas. Inilah yang selalu Casey jawab jika dia sudah mulai mengungkit tentang hal semacam ini. Casey akan berubah menjadi wanita yang menyebalkan dan ketus. Tapi, Carrisa adalah sudah menjadi sahabatnya sejak 5 tahun lalu dan pergi ke tempat ini setiap minggu, seharusnya dia sudah tau apa yang menyebabkan Casey seperti ini. Keheninganpun kembali tercipta.


“ Aku tidak tahu apa yang seperti ini Casey. Tapi kau harus tahu bahwa aku kesini karena aku orangtuaku. Mereka bilang mereka akan selalu ada diantara pola pikir bintang. Dan aku mengajakmu hanya untuk menunjukan bahwa aku tidak kesepian disini. Karena aku memiliki sahabat.”


Carrisa mulai angkat bicara. Sedangkan Casey hanya memejamkan matanya seolah-olah yang dikatakan Sahabatnya ini angin lalu. Dia malas membicarakan hal yang berbau kematian dengan sahabatnya ini.


“ Ah, dan kau harus tahu juga Casey. Jika aku sudah tidak ada didunia ini lagi aku juga ingin menjadi bintang, yang paling bersinar.”


“ Kurasa kau tidak normal Carisa. Mana mungkin Anda ingin menjadi sebuah bola gas yang panas ? dan menjadi yang paling bersinar ? itu artinya kau bintang paling panas. dekat tempat trasformasi lain.”


“ aku tahu kalau bintang itu berasal dari bola gas. Orang orang bahkan tidak mau mendekatiku dari dekat. Tapi, semua orang menyukai bintang yang terlihat jauh ?”


“ Semua orang kecuali aku.”


“Benarkah? mungkin kalau aku mati kau akan menyukai bintang.”


“ Berhentilah membicarakan kematian Carr. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau pergi sekarang. Dan tentu saja aku akan menyatakan segala sesuatu tentang malam hari.”


“sesuatu yang menakutkan sekali mendengarmu sampai harus surga malam hari.” Carrisa melihat melihat ucapan sahabatnya itu.


“lalu apa yang bisa kulakukan agar kau tidak menyalahkan kematianku?”


“Tetap hidup dan menjadi sahabatku hingga kita sudah dewasa dan aku sudah merelakanmu pergi.”


——————


“ Carr, tidak apa kan aku tidak menemanimu pergi ke taman kota malam ini ?” Ucap Casey dari telefon.

Ah, akhirnya kau mengakui juga kalau kau tidak suka hal yang berbau malam. Seperti Bintang misalnya.” Carrisa menjawab dengan sedikit terkekeh.

“ Bukan bukan. Malam ini aku ikut latihan Tari. Kau tahu kan dua hari lagi sekolah kita akan mengadakan Lomba ?”

“ Iya nih. aku hanya bercanda, kalau begitu semoga latihannya berjalan lancar.”

""Oke. Selamat tinggal.""


Casey langsung memutuskan sambungan telefonnya, dan entah mengapa perasaannya berubah menjadi tidak enak. Tanpa menyadari itu, ia segera beranjak ke ruang keluarga, berpamitan dengan Ayah dan Ibunya yang sedang menonton tv.


“Yah, bu. aku berangkat latihan Tari dulu.”


Pamit Casey pada Kedua orangtuanya. Ayahnya hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.


“ Tumben sekali. biasanya kau pergi ke taman kota setiap malam minggu bersama Carrisa.” Tanya Ibunya


“Dua hari lagi lombanya, bu. aku sudah bilang pada Carrisa kok.”


"" Oke. kalau begitu jangan terlalu larut.”


“Pastinya.”


Ketika Casey hendak beranjak dari ruang keluarga tiba-tiba Ayahnya menyela.


“Hm. Cass, tidak tertarikkah kau mengunjungi kakakmu ? kau belum pernah mengunjunginya semenjak itu.”


“No. Salah siapa dia tidak menepati janjinya.”


“ Lalu kapan kau akan menyalahkan kakakmu yang tidak bersalah itu ?”


“ Entahlah. Mungkin suatu hari nanti aku akan memaafkannya. Tapi tidak sekarang.”


—–


Casey mengusap peluh yang terus mengalir dari pelipisnya sambil meminta izin istirahat. Entah berapa jam dia berlatih tari dengan kelompoknya tanpa jeda mengingat waktu menuju lomba sudah dekat. Dia melihat jam yang tertera di Hpnya, 9 malam. Biasanya jam segini dia sedang mengahabiskan waktu dengan Sahabat tetap baik di Taman Kota, hal itu membuat perasaannya kembali tidak enak. Dan dia sedikit terlonjak merasakan getaran di Hpnya. Telefon dari seseorang.


“Ya, Casey disini.”


“Nak Casey, Bisakah kamu ke rumah sakit sekarang ?”


Ucapkan suara disebrang dengan sedikit terisak yang sukses membuat Casey tersentak.


“Ada apa? Siapa yang sakit?”


“Ini nenek Carrisa. Nanti nenek jelaskan setibanya kau disini.”


“Carissa? Rumah sakit mana? biar saya disana sekarang !”


Setelah mendapat alamat Rumah sakit yang ditunjukan Nenek Carrisa, dengan segera Casey meminta ijin pada Pelatih Tarinya dan langsung meninggalkan Studio berlatih. Lalu menyetop taksi yang dihadapannya.


“Tidak ada bintang malam ini. Gelap. Seperti waktu itu.” Gumam Casey.


Selama diperjalanan Otak Casey tidak henti-hentinya bertanya. Kenapa dengan Carrisa ? apa yang menyebabkannya masuk rumah sakit ? dan pikiran lainnya yang terus bersahutan diotaknya. Tidak sampai 10 menit pengerjaan Casey sudah sampai di rumah sakit yang dituju dan langsung bertemu dengan Nenek Carrisa yang telah menunggunya di Loby dengan wajah sembab.


“Ada apa Nek? apa yang terjadi pada Carrisa ?”


Ucapkan Casey dengan sedikit tergesa-gesa dan masih dilanda kebingungan. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Carrisa. Biar Carrisa adalah satu satunya sahabat yang dimiliki Casey.


Dia tertabrak mobil yang sedang melintas ketika dia akan pulang kerumah. Lukanya cukup parah, Dan sekarang..” Nenek Carrisa menghela nafas sebelum melanjutkan. “Dia sudah tenang bersama orang tuanya.”


Casey begitu mendengar penuturan dari Nenek Carrisa yang sekarang sudah menitikan air matanya lagi. Sudah tenang dengan orang tuanya ? koleksih orang tuanya sudah tiada? Apa mungkin dia..


“Maksud Nenek?”


“Dia sudah tiada, Nak. Nyawanya tidak bisa menarik. Carrisa sudah menjadi bintang dilangit, seperti yang diinginkannya.”


Jelas nenek Carrisa sekali lagi. Casey menggeleng, 'Tidak. Tidak mungkin dia pergi secepat ini. Ingatanku tentang masa laluku bahkan belum pudar. Dan mereka berdua meninggalkanku dengan cara seperti ini' rutuk Casey.


“Aku tahu kau satu satunya sahabat yang dia punya, dia sering membicarakanmu. Kau tidak seperti teman Carrisa yang lain yang menghinanya karena orangtuanya sudah meninggal.”


“ Aku ingin melihatnya sekarang !”


Sela Casey dengan intonasi yang sedikit tinggi. Ia tahu itu tidak sopan, tapi dia sudah terlanjur tidak percaya dengan semuanya. Tidak percaya kalau sahabat yang baru 5 tahun dekat dengannya harus pergi secepat ini.


“Baiklah. Ikut aku.”


Nenek Carrisa menunjukan ruangan dimana Carrisa menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia memang belum dipindahkan karena Neneknya tahu bahwa Casey pasti ingin menemuinya terlebih dahulu. Ketika Casey mendekati Carrisa barulah ia percaya bahwa sahabatnya ini memang sudah pergi.


“ Kau tidak menghargai janji yang kuucapkan Carrisa. Cepat, bahkan aku belum memberi tahumu mengapa aku membenci bintang Carr.” Ucap Casey sendu. “ Kalau saja tadi aku menemanimu mungkin semuanya tidak terjadi.”"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.