https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Angan Lama Sang Raja
Dalam kemegahan tahta
Aku termangu akan pilunya fakta
Mendera tubuh perkasa rasa tak dikenal
Membayang-bayang hati berwujud fana
Kembali terputar kilas balik lampau
kian silam aku melupakannya
Kerlap-kerlip indahnya rasa
Sempat sesekali membelokan arah.
Kini dalam menara kesendirian
Kurasakan hening nyata menjumpa
Kuingat curahan kasih membuai rasa
Memecahkan gelap pada setiap pejaman mata
Lakonkan berbohong aku menggelengkan kepala
Sembari kembali mengulas fananya rasa
Yang kian tebal menghalangi tujuan
Merapuhkan ototnya, menumpulkan pedangnya
Dicintai maupun dibenci
Keduanya memberikan rasa sakit
Fananya perasaan menggerogoti jiwa
Berangsur-angsur melemahkan daya
Tersia-siakan pada menara kesendirian
Angan lama yang telah terkubur kian kuat
Membusuk tanpa sepenggal pengakuan
Merobek-robek sukma hingga terurai cepat
Sesal dalam senja
Kutatap langit begitu perkasa
Terburai bintang begitu megah
Nampak agung namun tetap sederhana
Mencurahkan sepenuhnya cahaya harapan
Hati kecil mengumamkan asa
Dalam keterpurukan nestapa
Tercermin dalam bait nan syahdu
Menyeru rindu dalam kalbu
Nasib bertitah tak mampu diendahkan
Terbang semangatku tak mampu berpijak
Tak pantas hayat menuntut afeksi
Manakala terlanjur merusak harapan
Tamat sudah mimpi dan cita-cita
Dalam pembaringan sisa harapan
Tersisa kekosongan tak berujung
Dalam senja bertahtakan uban
Akhirnya hanya pasrah dalam pembaringan
Tubuh perkasa yang dahulu dibanggakan
Menjemput maut berselimutkan penyesalan
Hingga berpulang dibelenggu duka
Kisah Negeri
Peluh serta darah terlanjur melimpah ruah
Tetes demi tetesnya mengetuk ibu pertiwi
Menggelegarlah teriakan pembakar sukma
Serta merta bambu runcing diarahkan
Maut membayangi setiap jengkal pengapdian
Kendatipun demikian matamu tetap mendeluk berani
Segelintir rasa takut pun telah diusir pergi
Benakmu tertuju pada satu tujuan
Manakala ditanya untuk apa
Mempertaruhkan segalanya hanya untuk menggapai angan tidak pasti
Dirimu hanya berujar sembari melengkungkan bibir
Bertutur santun perihal suatu tujuan mulia
NKRI harga mati
Atas dasar itulah engkau mengangkat senjata
Taklukan semua penghalang negeri
Membuka paksa jalan terjal menuju kebebasan
Hingga sang saka dapat berkibar perkasa
Menjelmakan angan menjadi kenyataan
Mengubah tangis menjadi tawa
Membebaskan mimpi setiap insan
Tapi itu dulu sekali
Sebelum pertumpahan darah dilandaskan keserakahan
Sebelum semua orang berteriak lantang laksana keledai kelaparan
Menyerukan perpecahan, mempertahankan ego dihati
Sekarang hitam putih serta merta pun sukar dibedakan
Semua pihak bercerita dusta laksana dongeng harian
Lantas terlupalah sang saka
Dibiarkan menangis tercabik-cabik kenyataan
Wahai zat yang merajai langit serta bumi
Berikanlah tuntunan serta bimbinganmu pada kami yang terlanjur menyimpang
Kukuhkanlah kesemua dari kami pada ikatan persatuan yang tak lekang dimakan zaman
Sehingga sang saka dapat berhenti menangis, serta merta kembali berkibar perkasa
Perangkap Fana
Terburai kesana kemari mengais permata
Tipu daya serta muslihat pun tidak masalah
Lantas kadrat dilupakanlah
Sibuklah mereka bersombong-sombong membusungkan dada
Nafsu mengambil kendali
Membiarkan prasangka memenjarakan hati
Terlampiaskan pada celetuk tanpa makna
Guna menggemakan huru hara nan memekikan telinga
Nasib merugi tak pernah disadari
Terbutakan silaunya keindahan fana
Terpenjara kenikmatan tak berguna
Lantas kebahagiaan pun digadaikan
Tatkala panas menyeruak menyiksa raga serta batin
Menengok kebelakang dirasa tak ada arti
Menjerit pun tiada makna
Sesal bertubi-tubi terbayanglah pada akhirnya
Anganku
Anganku tergantung tinggi
Bersama bintang ia bersenda gurau
Menungguku tuk kelak menyertainya
Sehingga dapat terbang bersama
Bara ambisi membakar selalu
Raga kecil yang ingin memijak langit
Menyusuri jalan bercabang penuh batu
Namun mengapa harus berakhir terhimpit sakit?
Desir angin berayun menggelitik indera
Membawa serta serpih waktu yang tak lagi berfungsi
Tertinggal aku dalam kamar sunyi
Meninggalkan serta ambisi dan angan lama
Hati kecil mengumamkan asa
Dalam pembaringan penuh derita
Manakala raga tak lagi dapat berpijak
Tergerogoti penyakit yang telah beranak pinak
Sukma tak lagi memiliki warna
Dalam kelamnya rasa putus asa
Menghujam tajam kalbu yang perkasa
Kelamnya realita yang menghambat langkah
Wahai dikau yang tengah bermuram dirja
Mengapa engkau berhenti berharap?
Himpitan sakit hanyalah segelintir tantangan
Ingatlah, kasih sang Khaliq tidak pernah padam pada hambanya
Bagaimana bila?
Tiadanya sakit dalam hidupmu akan mendatangkan malapetaka?
Tersingkirnya himpitan sakit dalam perjalanan mimpimu akan menjerumuskanmu dalam neraka?
Tanpa sakit menghambat langkahmu, akan semakin memperbesar jarak antara kau dengan Allah?
Tahukah engkau?
Sakit yang kau derita mungkin karunia terindah
Yang telah diramu khusus untukmu
wahai sang pemimpi
Tetap kukuhkan otot-ototmu
Tetap syukuri nikmatmu
Jangan biarkan putus asa menggerogoti angan dan mimpimu
Karena ingatlah Allah akan menyertaimu
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.