![]() |
Cover buku |
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Aku di antara kepingan rasa
Pagi masih sama terbangun dengan sisa-sisa asa yang sudah berkeping
Menyusun pecahan-pecahan yang sudah hampir menjadi debu
Dinginnya pagi ini sudah menjadi santapan untukku kala sarapan
Sunyi dan kesendirian yang aku gambarkan, seperti gurun
Terasing, terpencil, kering kerontang, gersang, sampai ilalang pun tak tumbuh
Semerbak segarnya angin yang lembut, tanpa membawa kabar suka
Duka yang melekat sudah sampai mengakar dan bercabang
Suka tak jua menyirami duka dengan kelembutan cinta
Anak ayam yang ditinggalkan, tanpa arah dan tanpa tujuan
Berjalan dalam dinginnya keramaian dan hangatnya kesepian
Menjadi momok yang pas untuk menumbangkan asaku
Bahkan Mentari yang fajar, hangatnya tak tersenyum
Menjadi sesuatu yang tak diharapkan oleh tanpa asa
Sepiku hanya sunyi cinta
Dukaku hanya lara rindu
Yang hadir darimu yang tak mau pergi dari hatiku
Tanpa mengizinkanku memiliki hatimu
Temu kita yang tanpa ‘siapa namamu?’
Dan pisah kita yang tanpa ‘sampai jumpa’
Juga masa kita yang tanpa ‘apa kabar’
Aku layu, Ketika cinta meninggalkan rindu tanpa balas
Aku memang si buta
Yang kerap kali tersandung
Cinta dan rindu yang ada
Membuatku semakin jauh dari cinta itu sendiri
Duhai Tuhan…
Apakah ini balasan atas perselingkuhanku terhadapMU
Yang mengabaikanMu atas satu manusia ciptaanMu
Tuhan…
Ajarkan aku jatuh cinta padaMU
Agar aku tak tau, apa arti lara dan luka akan cinta
Sebab aku tau hanya cintaMu yang membuatku ada
Sebab cintamu tak pernah membuahkan lara dan luka
Ampuni aku yang kerap kali menduakanMu dengan ciptaanMu
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.