Titipan untuk semesta

 





Cover buku


Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Lombaterupdate x Infolombapuisi Deadline 14 Oktober. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Selembut Salju"


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Titipan untuk semesta


Semesta memang luar biasa.

Kita dijatuhkan oleh semesta dengan cara yang sedemikian pedih.

Namun nyatanya bukan hanya tentang jatuh,

Semesta juga membuat bangkit agar tetap kokoh sebesar apapun badainya.

Semesta membuat tanya lalu bungkam.

Dengan apa yang sedang semesta rencanakan, kita sering tidak paham.

Namun saat kalut, resah dan patah, di titik terendah itulah kita mulai memahami maksud semesta.

Perihal tawa dan luka yang akan datang beriringan.

Untuk saat ini, nikmati saja apa yang sudah semesta gariskan.

Kita tidak bisa memaksa cara semesta bekerja.

Bersedihlah jika saat ini kamu memerlukan itu, namun jangan terlalu rapuh.

Berbahagialah jika memang hatimu sedang berbunga, namun jangan terlalu terbuai.

Karena hidup, diwarnai dengan jutaan haru dan sendu. 


Tentang rasa yang harus selesai tak sesuai.

Tentang mimpi yang harus diretas karena tak sampai.

Tentang harapan yang harus ditangguhkan.

Tentang manusia dan luka yang bekerja.

Harus berapa banyak 'tentang' sendu sampai akhirnya 'tentang' itu menjadi haru?

Risau, tak karuan, takut, sesak yang menggebu harus berapa kali dijatuhkan?

Bukankah hidup tentang keadilan?

Bukan hanya tentang sabar dan ikhlas.

Namun bisakah waktu untuk menunggu diputuskan?

Bisakah lebih adil kepada manusia yang lukanya lebih lara?

Bisakah lebih melihat manusia yang sungguh berjuang?

Bisakah mengasihani sedikit saja tentang takut yang tak kunjung selesai?

Manusia memang salah jika ingin egois.

Tapi saat semesta terus menggariskan segala hal yang tak sesuai, manusia juga berhak untuk berontak bukan?


Cobalah memahami manusia yang penuh kekurangan.

Cobalah bersimpati kepada manusia yang mencemaskan segala yang dilalui setiap waktu.

Cobalah memahami rangkaian kata yang tak semua bisa menerjemahkan.

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.