Selamat menikmati puisi di bawah ini:
MENUJU SORE BULAN OKTOBER
Hai senja?
Apa kabar kini
Lama juga aku tak melihatmu.
Terakhir aku duduk bersamamu di sebuah sore nan teduh,
Dibalik tembok pelabuhan lama.
Dan kita berbincang tentang ikan,laut,dan pancing.
Tak lebih ditemani Secangkir teh jahe.kita berdua tak suka kopi
Lalu senja ingkah, selimuti samudra, membias
kilauan cahaya-cahaya emasnya.
Hari itu menjadi hari terakhir yang menyenangkan tentangmu. Karena esok yang tersisa hanyalah amarah, ego dan tak saling sapa.
Oh ya, kita memancing bersama, kala itu.
Tepat, 365 hari yang lalu.
Hai Senja.
Apakah kamu baik-baik saja? Aku tahu, tak ada lagi alasan aku bertanya kabarmu.
Kamu sirna bersama sang cahaya. Kelebatmu bahkan lebih cepat darinya.
Setahun bukanlah waktu mudah. Aku harus sigap menepis bayangmu.
Akan setiap imaji tentangmu. Meski aku tertawa dan tersenyum, wajahmu takpernah sirna.
Hai Senja.
Akhirnya aku dan kamu tiba di bulan ini.
Oktober Sejatinya bulan kebangkitan. Aku merdeka, kamu pun begitu.
Kita sama-sama harus bangkit dan merdeka.
Makna yang saling berbeda pikirku. Setahun juga terlewati, dan kamu menepati janjimu.
""Tak akan melebihi setahun."" Hingga kamu merebut kebangkitan barumu. Dengannya dan bukan denganku. Aku salut padamu.
Berbahagialah, Senja.
Selamat menjelang malam.
Pendarmu lamat-lamat beringsut, meninggalkanku Dan aku, sendiri.
sendiri disini."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.