Selamat menikmati puisi di bawah ini:
"IBU DAN HARAPANKU
Ditepi terangnya bulan yang temaram,
Aku merintih mengungkapkan kasih.
Hingga terbata menyampaikan cinta.
Meski langkah sudah berjalan sambil tertatih,
Perjalanan yang panjang masih menanti.
Ibu,
Proses menjadi dewasa sangat memberatkan hati.
Kalbu menjadi lebih perih karena kau tiada disini.
Keadaan telah memaksaku memahami segala situasi.
Meskipun diri masih ingin bermain dan berlari kesana kemari,
Pelukanmu tiada lagi kurasa.
Hangat sudah tertabur dihantam waktu yang melaju tanpa henti.
Impian menjadi satu satunya cahaya untuk tetap berjalan menapaki rintangan.
Semangat yang tak pernah padam tidak cukup untuk menyalakan gelora api didalam jiwa,
Diri ini masih membutuhkan dukungan mu tanpa henti.
Ibu,
Jika bisa kupinta pada tuhan untuk mengembalikanmu disini.
Akan kubujuk tuhan meskipun harus beruraian air mata.
Ibu,
Tuhan telah banyak memberikanku kekuatan luar biasa.
Bahu yang lebih tegak meskipun diterjang badai,
Kaki yang tak goyah meskipun terguncang ombak dilautan,
Aku sungguh tak ingin kalah oleh semesta.
Guratan takdir memendam kecewaku dalam dalam,
Pesanmu tetap terekam erat didalam dada.
Hanya karna segaris rindu yang kuat,
Aku lupa bersyukur pada yang maha kuasa.
Dari kenangan kenangan indah, yang sekejap melintasi masa.
Ibu,
Aku harap awan gelap segera menghilang.
Supaya aku bisa melihat langit biru yang indah,
Atau bintang bintang yang berkilauan terang.
Dan menjadi pahlawan penggapai harapan dan cita cita."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.