Selamat menikmati puisi di bawah ini:
"SERPIHAN TOKSISITAS
Suara meraung kesakitan
Kicau burung tak khalayak jadi melodi
Menoleh penderitaan
Menangis di atas tanah sendiri
Negeriku bersimbur kegelapan
Tidak ada amor namun banyak horror
Tangisan kami dianggap hanya fiktif belaka
Redup suara, redup jiwa
Suara dibungkam tak pernah di rasa
Sedih jika pahlawan negara Indonesia tercinta
Menyaksikan resesi jiwa rakyat cinta tanah air
Keluhan selalu mengalir
Penderitaan kian melonjak bergilir
Aktivitas manusia dikontrol
Bagai boneka yang sadar di pukul
Merasakan sakit tapi tak bisa melawan
Semakin sengsara semakin gering
Pedih relung hatiku bak tanah kering
Banyak rakyat melarat karena ekonomi
Ditambah polemik corona virus yang semakin merajalela
Banyak kisah tragis yang tak bisa diceritakan
Mereka bahagia, korupsi dimana-mana
Petinggi tak pernah melihat kondisi rakyatnya
Janji dimana-mana tapi tak pernah do action nya
Tindakan yang hanya memberikan harapan
Semua orang diminta melakukan kebijakannya
Kebijakan entah memberikan diri ini terluka
Membirkan diri ini melakukan kebodohan aturannya
Kami dipaksa terima setiap penindasan yang menguntungkan mereka
Pedih, perih, sakit..
Bagai sembilu
Suara rakyat tak berguna
bahkan bibliometrik kesengsaraan masyarakat meningkat
Mereka hanya diam
Tetap melaksanakan kebijakan bodoh
Tak merasakan kepedihan amat memekik
Harapan kami dibantai
Rela sakit tertulang, tak berdaya
Hingga Banyak saudara saudari ku berduka di kepedihan dunia
Sampai Tuhan mengembalikan mereka ketempat indraloka"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.