Selamat menikmati puisi di bawah ini:
Menggaruk Rindu Lewat Jemari
Salam sendu merindu saat melihat rembulan yang kian merekah
kukirimkan dari sudut kota di pinggir sungai Mahakam
Untukmu, wahai rindu nun jauh dari kota perantauan.
Kembali, lewat rasa dan pena
Menggaruk jemari yang mulai kaku
Tergelitik oleh kecupan manis, wacana indah tentang hari esok.
seolah mulai menumpuk, bergejolak,
ingin menyampaikan komentarnya.
Melalui rasa dan pena yang tersangkut kusut.
berlalu, berpikir tentram akan kembali ke jalur yang seharusnya.
hmm Indonesiaku, damaiku, ..
dalam dekapan berbunyi level.
kembalilah pada masa tersenyum indah mu..
Memejamkan mata, mengingat rintihan perjuangan untuk segera mengakhiri menyelesaikan dikat-dikat tebal tentang aturan-aturan terkini, ""katanya..""
kau tau..
mereka tak paham bagaimana cara memahaminya.
lewat denyut hati yang tanpa permisi, hanya mencipta kata-kata puitis, membentuk sebuah syair-syair syahdu.
wahai rinduku..
jangan kau kehilangan titik, dimana bendera merah putih akan selalu berkibar, garuda tetap kokoh bertengger dengan kepak sayapnya.
ingat lah rinduku,
Beranjak dengan asa yang mulai mengetuk kembali akan damaimu yang pudar.
rindupun menyadari..
Halangan itu bukan sekedar kerikil, namun gunung terjal yang masih kokoh di depan sana.
kau harus sadar wahai sang gagah..
sunyi dan malam akan selalu paham, dan menemani dalam menyelesaikan rasa dinginnya cemasmu.
sebagai syarat persetujuan menyelesaikan perjuangan tanpa darah.
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.