
Secarik Anafora Perpisahan
Gubuk sempit tempat persinggahanku mengenal dunia
Sang Fajar mencoba mengusik gelapnya hidupku
Pandangan hampa berkabut penyesalan, Irama hembusan nafas yang tersenggal
Sepi mendekap jiwa yang rumpang, Bersandarkan sadrah akan alur kisah
Isi kepala yang bising sibuk mengutuki diri, dan rindu yang siap menanti
Kembali ku baca secarik kertas anafora selamat tinggal
Berharap takdir memberikan kesempatan untuk bercengkrama
Terlintas senyum manismu dan suara lembutmu
Sulit ditafsirkan entah itu ilusi atau kalbu yang terlarut sendu
Ternyata susah ya menjadi manusia..
Diharuskan untuk mengikhlaskan, bukan menyalahkan keadaan
Dipaksa menerima keadaan, tanpa dimintai persetujuan
Sebercanda itu kah permainan Sang Pencipta, apakah ini imbalan dari sujud baktiku?
Sedari ragamu kotor oleh gumpalan tanah, bendera kuning berkibar
Ku renungkan dan ku sampingkan ego yang merasuki sukma ini
Tuhan tahu bagaimana cara untuk melepaskan dari pedihnya semesta
Tetaplah bersinar di langitku dengan cinta yang mengilhamiku
Ku titipkan doa dan rinduku pada-Nya sambil merapihkan luka
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.