Stuck With My Ex- Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 Stuck With My Ex

By : Manda Ayud


Aku menatap keluar jendela kamar, hujan deras sedang terjadi diluar sana. Aku terus menatap keluar jendela sampai sebuah kilat membuatku mengalihkan pandangan. Hujan, aku benci hujan, lebih tepatnya aku benci kenangan yang ada dibalik peristiwa hujan saat itu.


Namaku Arseela atau lebih sering dipanggil Ala, teman-temanku sering memanggilku dengan sebutan itu, mereka meyingkat namaku agar lebih mudah memanggilku katanya.


Dulu aku sangat menyukai hujan, karena disaat seperti itu biasanya mama, papa dan aku akan menghabiskan waktu kami di ruang utama untuk sekedar bercerita atau menikmati suara hujan yang menenangkan dengan secangkir teh hangat. Tapi sekarang rasanya berbeda, aku sangat membenci hujan, aku membenci diriku saat itu.


Saat dimana aku berdebat dengan lelaki yang sangat aku sayangi ditengah hujan, kenangan demi kenangan mengisi kepalaku sekarang, tetapi yang lebih aku benci ialah saat dia memaafkan kesalahanku yang memicu perdebatan itu.


Abian, ia adalah mantan pacarku. Perasaan kami masih sama, sama-sama saling mencintai, tetapi tidak ada satupun dari kami yang berpikiran untuk kembali bersama, mungkin lebih tepatnya aku yang tidak ingin kembali padanya, karena aku berpikir bahwa nantinya aku akan mengulangi kesalahaku lagi dan menyakiti perasaannya untuk kedua kalinya, ya walaupun aku sudah berjanji tidak akan mengulanginya.


Pandanganku berubah menjadi menatap jam dinding yang ada dikamarku, ternyata sudah menunjukkan tengah malam, sementara diluar hujan deras masi terjadi, aku menghela nafas pelan.


“Besok sekolah? Bolos aja ga si?” tanyaku pada diri sindiri “Jangan deh, nanti ga ketemu Bian” ucapku lagi.


Setelah itu aku memutuskan untuk membereskan kasurku asal dan langsung pergi tidur agar esok hari tidak terlambat pergi ke sekolah.


Sinar matahari terasa menusuk mataku tanda pagi telah tiba, dengan segera aku bangkit dari tempat tidurku menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah, setelah selesai bersiap aku langsung berangkat ke sekolah, tidak lupa berpamitan dengan kedua orang tuaku, setelah itu aku menunggu angkutan umum yang lewat.


Sesampainya didepan gerbang, aku melihat seseorang yang sangat kukenal menghampiriku dan berdiri didepanku.


“Halo jelek” sapanya padaku, aku yang melihat itu hanya memutar bola mataku malas karena ku tahu ia hanya memancing emosiku saja.


“Halo, kenalin pacar haechan” balasku padanya sambil menjulurkan tangan.


Ia adalah Abian. Ia memang selalu menungguku didepan pagar seperti ini untuk menungguku datang.


“Lo sama dia itu beda agama” ucapnya lagi “Yeu ga asik lo ah” kataku sambil sedikit memukul pergelangan tangannya.


Ia hanya terkekeh setelah itu merangkulku untuk berjalan bersama menuju kelas, tidak sedikit yang membicarakan kita selama berjalan beriringan dikoridor diarenakan hubungan kami yang sudah bukan apa-apa tetapi masih sering bersama. Ralat, bukan sering tetapi memang hampir setiap hari kami selalu bersama layaknya sepasang kekasih.


“Ala sama Abian udah putus kan ya?”


“Iya, enak ya si Ala tetep bisa jalan bareng sama mantan”


“Tapi gapunya status, HAHAHA”


“HAHAHA PARAH LO”


Itu obrolan sekelompok gadis didepan kelas mereka yang terdengar olehku, aku tidak tahu Abian mendengarnya atau tidak, tapi yang jelas sedaritadi ia terus tersenyum kepadaku tapi hanya aku abaikan.


Tak terasa sekarang kami sudah berdiri didepan kelas, tanpa berpikir panjang kami memasuki kelas itu dan langsung dikagetkan oleh tiga orang teman kami. 


“DOR” teriak ketiganya bersamaan.


“Ga kaget” kataku jujur, ya jelas saja tidak kaget karena mereka muncul disaat kami berdua sudah melihat ketiganya. Mereka ialah Rangga, Tio, dan Meisya, ketiganya adalah teman kami sedari kelas 10, dan sampai sekarang kelas 12 pun kami masih berteman.


“Jiakh berduaan mulu, balikan mah kaga” ucap Tio “Berisik ni yang cintanya beda keyakinan” balasku yang langsung ditatap tajam oleh Tio.


“HAHAHA EMANG BEDA KEYAKINAN ENAK?” tanya Rangga sambil diiringi tawanya yang khas “Enakan beda alam tau, Yo” ucap Meisya ikut meledek Tio yang sekarang sedang berpura-pura menangis layaknya aktor film.


“Lo gue bikin beda alam sama Ala mau ga, Yan?” tanya Tio kepada Abian


Aku yang mendengar itu seketika langsung mentap Tio dengan tajam “Jangan gue juga yang lo bikin mati, anjir” kataku sambil menarik tangan Meisya untuk duduk bersama “Yaudah Bian aja yang mati, demi Ala yee ga, Yo?” tanya Rangga pada Tio yang hanya diberi anggukan olehnya. Abian hanya memutar bola matanya malas ketika mendengar itu semua.


Pandangannya beralih melihatku yang duduk bersama Meisya, tanpa pikir panjang lantas ia menghampiriku “Alaa, kamu duduk sama akuu” rengeknya.


“No, aku mau duduk sama Mei, kamu sama Rangga or Tio sana” jawabku.


“Ah bosen, mereka ga asik. Pindah kek, Mei” titahnya kepada Meisya “Yaelah yang udah bucin mah beda ya bund, iye dah ini pindah. Bye La, selamat membucin” kata Meisya sambil membereskan tasnya dan pindah menuju bangku Tio.


“Halooo” sapa Abian ketika sudah mendaratkan bokongnya dibangku “Hiliii” ledekku padanya membuat Abian gemas dan beralih mencubit pipiku “Aduu sakit tau, pindah lagi sana” omelku “Gamauu, sorry mommy” balas Abian sambil megelus pipiku yamg terlihat merah akibat cubitannya.


Sikap Abian yang seperti ini sebenarnya tidak membuatku risih, tetapi malah membuatku memikirkan tanggapan orang lain tentang ini, apakah mereka risih melihat itu? Karena Abian melakukannya tidak hanya sekali dua kali, tetapi hampir setiap bersamaku dan ia tidak pernah kenal tempat yang akhirnya berujung membuatku malu karena rengekan yang dikeluarkannya.


Kegiatan belajar mengajar akhirnya selesai, semua siswa dibubarkan untuk kembali kerumah masing-masing. Abian mengajakku untuk pulang bersama, tetapi ia bilang kepadaku kalau ia ingin ke kantin terlebih dahulu karena ingin membelikan sesuatu untukku, jadi aku menunggunya di parkiran sekolah. Sebenarnya ia mengajakku tadi, tetapi aku terlalu malas untuk berjalan ketempat itu.


Karena dirasa lama, aku memutuskan untuk membuka aplikasi chat yang ada dihandphoneku dan membalaskan pesan yang belum ku balas semalam setelah itu aku memasukkan kembali handphoneku kedalam saku seragamku.


Tetapi aku masih tidak melihat Abian “Kok lama banget ya? Apa gue susulin aja?” ucapku berdialog sendiri sebelum akhirnya berlari menuju kantin dan memperhatikan sekelilingnya.


Dan aku menemukannya, ia memang Abian, tetapi ia tidak sendiri disana. Ia bersama seorang perempuan. Oh ya tuhan, kenapa dadaku rasanya panas melihat itu padahal aku tahu bahwa Abian sudah bukan milikku lagi.


Jadi ia menyuruhku menunggu untuk apa? Untuk melihat semua ini? Dengan segera aku mengeluarkan handphoneku lagi dan mengirimkan pesan untuknya “Gue pulang duluan, have fun buat yang lagi ngedate hehe” tulisku pada roomchatnya.


Setelah menuliskan itu, aku berlari menjauh dari sana menuju halte bus dan menunggu angkutan umum yang lewat. Sekarang pukul 5 sore yang tandanya hari sudah mulai gelap, semakin gelap maka tidak banyak angkutan umum yang lewat, jadi sepertinya aku akan menunggu lama disini.


Tidak lama kemudian hujan deras kembali turun membasahi tanah, aku menatap jalanan, tidak ada satupun angkutan umum menuju rumahku yang lewat. Aku menghela nafas, rasanya udara semakin dingin, aku membuka tasku dan melihat hoodie seseorang disana.


Itu milik Abian, ia menitipkannya padaku tadi saat ia ingin pergi ke kantin, aku memutuskan mengambil hoodie miliknya dan memakainya, tetapi saat selesai memakainya, air mataku mengalir begitu saja, aku menangis.


Aku menghirup aroma dari hoodie yang kupakai “Wangi Bian” ucapku lirih setelah itu aku tersenyum miris. 


Aku mengingat kembali kejadian yang kulihat di kantin tadi, akupun tidak tahu Abian melakukan itu dengan sengaja atau tidak tapi yang kulihat ia sedang tertawa bersama gadis didepannya itu yang tandanya berarti ia nyaman berbicara dengan gadis itu.


Saat aku menunggu, tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang menghampiriku, sepertinya ia satu sekolah denganku karena warna seragam kami sama. Karena dirasa malu, aku memilih untuk menutup wajahku yang sudah sangat merah akibat menangis menggunakan penutup kepala hoodie milik Abian dan beralih memainkan benda pipih milikku untuk sekedar menghibur diriku agar tidak menangis lagi.


Lelaki itu masih disana, berdiri disampingku. Tapi beberapa saat kemdian ia mengajakku berbicara “Lo sekolah di Wirabarta juga?” tanyanya.


Aku menoleh kepadanya dan mengangguk samar “Kok lo tau? Ngikutin gue kan lo?” selidikku.


Ketika mendengar itu seketika ia tertawa terbahak-bahak “Ga ada kerjaan banget gue ngikutin lo, aduh sakit perut” ucapnya yang diakhiri dengan ia memegangi perutnya akibat sakit karena terlalu banyak tertawa.


“Trus lo tau darimana kalo gue sekolah disana juga? Kan gue make hoodie, seragam gue ga keliatan” tanyaku “Noh, rok lo warnanya sama kaya celana gue. Hitam, didaerah ini yang hari Rabu ga make baju Pramuka cuman Wirabarta doang” jelasnya, aku seketika melihat rok yang ku kenakan dan celananya bergantian, dan benar saja celananya dan rokku sama, ku lihat juga seragamnya sama dengan punyaku, jadi aku menanggapinya dengan mengangguk-angguk saja.


“Ujan-ujanan yuk” ucapnya tiba-tiba “Ga bakal ada angkot yang lewat kalo udah jam segini” lanjutnya.


Ya memang benar si, daritadi aku berdiri disini belum ada satupun angkot yang lewat disini, mungkin karena hujan juga.


“Emang rumahlo dimana?” tanyaku padanya “Kenapa? Lo mau main? Boleh kok, kebetulan dirumah gue lagi ada keluarga besar main juga, jadi bisa sekalian ngenalin lo ke mereka juga lah ya” ucapnya panjang lebar.


Aku menatap wajahnya tanpa minat sambil menggidikkan bahuku “Ngeselin lo” kataku singkat “Suka-suka saya lah” jawabnya membuatku semakin ingin meninju wajahnya.


Tiba-tiba saja ia menarik pergelangan tanganku menuju jalanan yang terkena hujan lalu dengan cepat ia menarik penutup kepala hoodie ku dan menatapku sangat intens “Cantik” satu kata yang keluar dari mulutnya membuat darahku seketika berdesir dan jantungku seketika berdetak sangat cepat, aku tidak tahu perasaan ini, aku tidak mungkin kan suka pada orang yang baru saja ku temui?


“Ck, lo apa-apaan sih? Nanti kalo lo diomelin gara-gara pulang basah-basahan gue gamau tanggung jawab ya, lagian juga kita ga kenal dan juga bukan gue yang ngajak lo basah-basahan” kataku sambil menjauh dari lelaki itu dan kembali memakai penutup kepala hoodie milik Abian.


“Kode mau kenalan ni ceritanya? Yauda, gue Aksa, lo siapa?” tanyanya padaku setelah mengatakan namanya. Aku sedikit heran dengan tingkahnya, ia menyebalkan tapi kenapa aku tidak lari saja dari sini dan meninggalkan lelaki itu?


“Apasi gajelas” ucapku, Lelaki yang mengaku mempunyai nama Aksa itu hanya terkekeh sambil menyesuaikan jalannya disampingku “Rumah lo dimana? Hujannya tambah deres nanti lo sakit” tanyanya padaku “Gapapa, semoga aja beneran sakit” jawabku.


“Ya jangan dulu lah, besok gue ga ketemu lo kalo lo nya sakit” ucapnya lagi “Ga peduli deh” jawabku singkat.


Saat keduanya saling diam, ada angkutan umum yang lewat dan langsung mendahului kita, dengan cepat Aksa berlari mengejar angkot itu dan memberhentikannya, setelah itu ia memanggilku “Weh siapa itu namanya, sini” teriaknya dari kejauhan karena tidak memgetahui namaku, akupun langsung berlari ketika melihat angkutan umum yang berhenti.


Kami naik dalam keadaan basah, didalam angkot tersebut hanya berisi kami dan 3 orang lelaki seusia kami juga. Karena keadaan kami basah, ketiganya terus memperhatikan kami, tetapi yang lebih sering ditatap adalah bagian rokku yang terlihat sedikit menerawang dan itu membuat diriku risih.


Dan sepertinya Aksa memperhatikan ketiga lelaki itu, dengan tiba-tiba ia membuka jaket yang ia pakai kemudian meletakannya pada bagian pahaku dan merangkulku “Gausa liat-liat punya gue, cepet turun deh lo bertiga” ucap Aksa pada ketiganya.


Wajahnya terlihat datar ketika menyindir mereka, seakan benar bahwa aku adalah miliknya. Sesampainya di gang depan rumahku, aku akan turun, tetapi aku terkejut saat aku melihat ia turun juga “Gausah repot-repot nganterin gue” katanya “Lah kaga, rumah gue juga didaerah sini, pede lo” balasku padanya, ia hanya terkekeh mendengar itu.


Aku berjalan menuju rumahku dan masih melihat Sello mengikutiku dari belakang “Ih kok ngikutin? Mau ngambil jaket? Nih nih, btw makasi ya” kataku membuatnya heran tetapi setelah itu ia tertawa “Apasi tawa mulu lo” omelku.


“Kita tetanggaan kali? Rumah gue deket warung Bude Risa, rumahlo dimana emang?” tanya Aksa sambil sedikit tertawa, aku tidak tahu apa yang lucu tetapi tanpa sadar aku tersenyum ketika melihatnya tertawa.


“Rumah gue juga deket situ, please” jawabku sambil tertawa karena melihat Aksa kembali tertawa “Kok lo bisa ga kenal gue anjir” katanya lagi sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.


“Gue jarang keluar, males aja. Trus juga kalo gue keluar gapernah liat lo deh kayaknya” jelasku “Ya soalnya gue juga jarang keluar” katanya lagi sambil kembali tertawa “Ya pantesan” ucapku.


Sebenarnya aku sangat ingin main diluar rumah seperti anak-anak lain, tetapi selalu saja dilarang oleh mama dan papa, mereka juga jarang dirumah karena harus mengurus pekerjaan mereka diluar kota bahkan diluar negeri, jadi jarang sekali bersosialisasi dengan tetangga lain dan tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan tetangga lain, seperti membicarakan anak masing-masing atau yang seperti ibu-ibu lain lakukan.


“Oh rumah gede yang diujung itu punya lo? Tapi kok sepi terus? Lo pelihara tuyul ya biar jadi kaya?” tanyanya berkali-kali “Matamu pelihara tuyul anjir, trus rumah gede yang disebelah rumah gue itu ternyata rumah lo?” kataku bertanya balik “Iya, yang suka ngelempar kertas ke rumah sebelah” katanya lagi sambil terkekeh.


“YA PANTES BALKON KAMAR GUE SUKA BANYAK KERTAS” pekikku sambil memukul pundak Aksa berkali-kali yang hanya dibalas tertawaan olehnya.


Sesampainya didepan rumahku, ternyata Aksa masih mengikutiku “Udah sampe, masuk sana. Jangan lupa keramas biar ga pusing, bye bye” katanya sambil mengedipkan sebelah matanya dan berlari menuju rumahnya.


Ketika sampai dikamar, aku bergegas untuk mandi lalu turun kebawah untuk sekedar mengambil makanan dan kembali kekamarku. Suasana rumah terlihat sangat sepi dikarenakan papa mama pergi bekerja setelah aku pergi sekolah tadi pagi.


Sudah hampir 5 bulan setelah peristiwa berkenalan dengan Aksa, hubunanku dengan Abian mulai merenggang. Pesan terakhir yang ia kirimkan padaku yaitu pada saat hari dimana aku menunggunya pergi kekantin yang ternyata malah bersama dengan seorang gadis yang aku tidak tahu namanya, ia mengirimkan pesan terakhir yang bertuliskan “Sorry ya lo jadi ga pulang bareng gue, sorry juga tadi gue malah sama cewe lain, tapi gue juga gabisa sama lo terus La, ga selamanya lo bakal sama gue dan sebaliknya, gue harap lo cepet nemuin pengganti seorang Abian ini” tulisnya.


Jujur aku sakit membaca pesan itu, tapi yang dikatakannya ada benarnya juga, tidak selamanya aku harus dengannya, dan aku juga sudah menemukan pengganti Abian.


Aksa, akhirnya aku berpacaran dengannya, lelaki itu sangat menyebalkan tetapi dari sikap menyebalkannya itulah yang membuat ia memiliki daya tarik tersendiri, ia sangat bisa menggembalikan moodku bila sedang tidak baik, ia bisa menjadi kucing yang butuh sentuhan, dan ia juga bisa tiba-tiba menjadi orang yang romantis.


Dan yang ku tahu Abian itu berpacaran dengan gadis dikantin waktu itu dihari yang sama saat aku  bertemu Aksa. Wah tadinya memang sangat sulit melupakan Abian, tetapi disaat Aksa datang kedalam hidupku dengan cerita yang baru, mungkin sekarang melupakan Aksa yang sangat sulit, aku tidak ingin melupakannya dan semoga saja itu tidak terjadi.


“Semesta mempertemukan kita hanya untuk saling mengenal, bukan untuk bersatu”


SELESAI

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.