Rintik - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Puisi Karya Dwi Ariyanti


Puisi 1 : Rintik

Awan hitam kini sudah berkumpul diatas langit itu

Merenggut secercah cahaya yang menyilaukan

Gerimis bertaut mulai menghantam semesta

Mengingat akan sosok rindu


Ditengah derasnya rintik yang semakin menghujam

Langkah itu semakin teguh

Tak gentar akan kilatan cahaya yang menyambar

Kakinya mulai menyusuri sudut  jalanan kota itu


Suara kilatan menyembunyikan setiap tangis pilu

Embunnya, kini membasahi pelupuk kantung mata yang mulai menghitam 

Menutupi setiap tetes air mata luka itu

Menyembunyikan dengan kata ""baik-baik saja""


Mengeluh pun mungkin sekarang tidak berguna

Rumah yang menjadi tempat bersandar pun kini telah tiada

Kini ia hanya mampu menjadi akar

Yang mampu menopang di setiap cobaan


Puisi 2 : Maaf

Derai rintik sendu menghiasi wajahnya

Yang menjadi pengiringnya dalam doa

Dahinya menjadi jejak sujud panjangnya

Menghiasi hiruk pikuk dalam sunyinya malam


Maaf, 

Jika peluhmu kadang hanya terbalaskan dengan luka

Pelupuk itu meneteskan air mata

Menggoreskan kembali pilu akan luka


Kamu hanya mampu memamerkan tawa

Dibalik setiap duri tajam yang menghantam

Kamu hanya tau, 

Setiap peluhmu tersimpan tentang bahagiaku


Perjalanan waktu kini mengubah segalanya

Guratan keriput kini juga telah menghiasi wajahnya

Tubuh yang dulu kekar itu  mulai mengurus

Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usiamu


Puisi 3 : Hanya Jeda

Aku ingat pertama kali kamu datang dalam hidup ini

Kamu masuk tanpa menyapa

Berputar-putar seolah bianglala dalam pikiran dan hati

Hati yang keras kepala tak mau sejalan dengan logika


Aku ini seperti tanda koma dalam rangkaian cerita yang kau buat

Ya! 

Yang akan memberikan hatimu jeda

Namun bukan pelabuhan hati selanjutnya


Cerita kita itu unik, seperti senja

Berkesan tapi hanya bisa dinikmati sesaat

Yang hanya seperti tanda koma

Yang hanya memberikan jeda bukan akhir


Dulu aku berusaha untuk bisa mengenalmu

Tapi sekarang ternyata aku berusaha melupakan

Mungkin ini jawaban dari Tuhan untukku

Tentang doa bahagiamu dari diriku


Puisi 4 : Putri Kecilmu

Tak terasa waktu sudah mengubah segalanya

Sosok mungil ini kini sudah tumbuh dewasa

Sudah mulai mengerti pahitnya dunia

Terasa perihpun berkali-kali mencobanya


Tubuh rapuh ini semakin kuat

Terbanting oleh dunia pun ia pernah, 

Terseret ombak pun ia mampu kembali

Karena masih ada yang mengharapkannya disini


Aku sungguh rindu sosokmu

Aku rindu pelukan hangat itu, yang selalu memenangkan

Aku rindu semua canda, yang mampu menghibur ku

Dikala terluka karena dipermainkan oleh semesta


Sosok yang mampu menjadi rumah

Tanpa takut terdengar tawa dibalik segala tangis

Sosok yang mampu menjadi pendengar bukan hanya mendengar

Dan sosok yang mampu memahami tanpa harus menyakiti"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.