https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
"Rindu Yang Terbalas
Senja baru saja melambaikan kehangatan di ujung barat
Menandakan akan tibanya malam yang kan menemani kesunyian yang berat
Dan benar,dia mulai menyapa dengan mengisyaratkan awan hitam tuk pemula
Tapi dia curang,tak hanya awan saja yang menyapa
Tapi peluru pun ikut menyapa
Sang peluru dengan elok nan merdu membawa kenangan yang mulai terngiang
Entah manis,pahit,sendu dia tak peduli
Seolah dia tertawa jail,menertawakan raga yang sedang sendu
Suara diujung gawai pun terdengar menyedihkan
Terlihat raga yang tak kuasa menahan rindu akan suara yang dia nantikan
Dan benar,permata yang dia simpan mulai menampakkan diri
Dan sialnya sang peluru tahu
Raga pun tak peduli dengan itu,yang terpenting rindunya sudah terbalas dan dia puas
Kisah Klasik
Ku buka diari kecil nan lusuh
Perlahan ku mulai membaca dengan rasa rusuh
Mata ini dengan antusias melihat setiap kata
Kata yang terangkai dengan rasa
Tersipu malu, haru, tawa, sedih
Saat mata ini mengamati setiap kata yang tertuang
Entah dengan hati atau imajinasi
Tentang kisah klasik yang terangkai dengan kombinasi
Dengan tulisan yang dibilang kurang rapi
Tapi, tanpa tulisan yang kurang rapi
Ku tidak mungkin mulai mengenang kisah klasik itu
Bahkan ku mulai menerka – nerka
Bagaimana kisah dulu?
Jika teringat, tergambar senyum tersipu malu di raut wajahku
Semua berlalu begitu cepat
Entah, apa akan kutemukan lagi kisah menarik dalam waktu yang singkat
Satu
Satu…
Hanya satu yang dipinta jiwa pendosa Tuhan
Tak mau dua, tiga, empat bahkan lima cukup satu
Satu untuk slalu dikenang dan terkenang semasa jiwa pendosa masih ada
Entah rasa apa yang muncul di sanubari
Mendengar gemuruh suara sebrang yang begitu bergetar
Seketika mata telinga dan hati melirik lirih
Terlihat kegembiraan terlihat dari mata yang berbinar
Tak terasa jiwa pendosa mulai meraba raga
Dengan imajinasi yang tak karuan
Hati mulai berbisik iri melihat mata berbinar
Apa salahnya jika jiwa pendosa pinta satu?
Hanya satu Tuhan tidak mau lebih
Tuk menemani rasa sepi, gundah gulana jiwa pendosa yang rapuh
Tuk jadi kawan jiwa pendosa yang tertatih
Apa jiwa pendosa tak pantas tuk dapatkannya?
Apa jiwa pendosa harus mengemis pada insang yang budi luhur,
Agar mau menjadi satu itu?
Meminta bersandiwara dengan eloknya ,tuk menghangatkan hati dari jiwa pendosa
Tuhan… beri jiwa pendosa satu,satu yang tulus
Gelisah
Senja sore yang terusik untuk berganti malam
Bintang pun mengalah dengan sang awan hitam
Entah betapa rindu ini selalu menyekam
Kau tahu ?
Perih,gelisah hati ini tapi apa daya aku hanya terdiam
Diam dengan seribu kata dan bahasa
Apa kau tak pernah rasa seperti apa yang ku rasa?
Gelisah pun dengan seenaknya berlarian kemari ,
Menguasai hati dan pikiran yang kacau dengan rasa yang sama
Seolah dia menunjukkan kehebatannya
Dia menang,dia menang menguasai jiwa raga
Yang bisa kulakukan hanya diam dan membisu
Pernah ku coba melawan kebisuan
Tapi apa? hanya kebuntuan yang ku dapat
Dan gelisah mulai menunjukkan bahwa dia hebat"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.