https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Nyata Dalam Pikiran
Kukira kita telah terikat,
Ternyata hanya sebatas dekat.
Kukira kamu milikku,
Nyatanya kau angan bagiku.
Kukira aku dan kamu nyata,
Kenyatanya perkiraanku belum sempat jadi nyata.
Sebuah rasa...
Potongan kisah pelik,
Dimana aku mengarang kenyataan bukan dalam dunia nyata.
Karena kamu,
Masih menjadi kenyataan semu,
Yang kuharapkan menjadi nyata dalam kisahku.
TAKDIR
Kau bukan penyair,
Kata-katamu pun tak ada yang mengandung sihir,
Aku saja yang gampang terhasut dengan kata “traktir”
Kau ingat?
Waktu itu kita duduk di perbatasan siang dan malam,
Kemudian aku dan kamu memesan takdir yang sama.
Kukira akan ada adegan romantis sepiring berdua.
Tapi katamu,
Cukup pesanan yang sama,
Selebihnya harus berbeda.
“Apa maksudnya?”
Di titik ini aku mengerti...
Kau mendapat pesananmu lebih dulu,
Dan aku tengah menunggu giliranku.
Mereka bertanya
“apa yang sebenarnya kalian pesan?”
Dengan senyum merekah aku menjawab.
“Kami memesan takdir untuk bertemu Tuhan”
Kita Adalah Rubik
Aku dan kamu itu layaknya rubik.
Rumit.
Dimainkan membuat panik,
Disatukan sulit.
Warna-warna yang teracak itu,
Adalah bagian dari aku dan kamu.
Ada bahagia,
Cemburu yang tak nampak,
Egois yang tak kentara,
Tidak peka,
Perhatian,
Dan rindu yang sengaja disembunyikan.
Berulang kali kau permainkan,
Tapi bukannya selesai malah dibuat lebih berantakan.
Beberapa kali warnanya coba kusatukan,
Tapi ternyata tak semudah yang kubayangkan.
Maaf ya...
Analogiku tentang kita hanya sebatas kotak berwarna yang kurang menarik.
Karena aku dan kamu adalah kita yang belum selesai dalam kisah yang pelik.
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.