Kepergian yang menyesakkan - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:



 Kepergian yang menyesakkan

Oleh : Moh.Rifal"


Dadah.... suara yang di barengi lambaian tangan para keluargaku bermunculan di setiap jendela mobil angkot berwarna biru, membuat detak jantungku berdebar semakin cepat...., aku adalah seorang laki-laki! Bentakan hati kecil menenggelamkan rasa takut yang menyelimuti, bentakan itu memaksa wajahku untuk tetap menebar senyum pada kedua orang tuaku yang hendak pergi meninggalkanku, aku tak mau terlihat sedih terhadap apa yang di inginkan oleh orang yang telah melahirkan dan membesarkanku itu, senyuman terpaksa menginstruksikan tangan kananku ikut melambai mengikuti alur suasana.

Senyumku smakin memudar, lambaian tangan melambat ketika kendaraan keluargaku hendak menjauh dan hilang dari pandangan mataku.

Sontak membuat diriku tenggelam dalam sepi, terombang ambing dalam lautan sunyi, ada yang hilang, rasanya aku mulai tiada, tatapanku hampa, kupandang sekeliling dengan pelan tapi pasti, yang kulihat hanyalah kekosongan belaka.

Aku baru lulus SD, bagaimana mungkin bisa bertahan hidup sendiri di kampung yang tak ada satupun yang ku kenali, tinggiku yang hanya sampai semeter itu membuatku tak terlihat sama sekali, dan memantik rasa tak peduli dari orang lain yang sedang bercanda dengan keluarga masing masing.

Strak... sebuah kunci jatuh dari genggaman tanganku lalu Menghentikan lamunanku, reflek tubuhku bergerak mengambil kunci itu dengan perlahan, ku coba memandang sekitar lagi dengan berusaha mengingat apa yang telah terjadi, namun semua itu sia sia, diriku sudah hanyut dalam kegelisahan, kunci yang kuambil mengarahkan langkaku untuk pergi ke suatu tempat, berjalan dengan penuh rasa kehilangan.

Angin senja semakin membuat suasana hatiku menikmati alur kesedihan.

Apa yang musti kulakukan? Aku tak punya saudara di sini, tak ada teman sama sekali, tak ada yang menyapa untuk memecah sunyi, gambaran keluarga dan teman-teman di kampung selalu bermunculan di pikiranku, ke mana mereka semua???

Langkah kakiku terhenti ketika memasuki kamar dengan puluhan lemari, terlihat di depan beberapa lemari ada keluarga kecil bercanda dan tertawa ria, aku mengingat hal itu pernah terjadi padaku dalam beberapa menit yang lalu, aku tak mau iri dan emosi lagi terhadap apa yang terjadi, kucoba melangkah dengan sedikit terpaksa tanpa ada masalah.

Sebuah lemari bertuliskan Rifal menghentikan langkahku pertanda bahwa ini adalah milikku, kucoba untuk membukanya barangkali ada yang bisa membuat hati ini menjadi lebih tenang.

Naaak....., seorang ibu yang tepat berada di sudut kamar bersuara sembari melipatkan baju baju anaknya, pergerakanku berhenti agar fokus terhadap apa yang akan di ucapkannya

Belajar yang rajin, jangan boros, simpan uang baik baik, kunci lemari di simpan hati hati, lanjut ibu tadi dengan nada hangat kasih sayang, Air mataku mengalir... kata kata itu serupa dengan apa yang di ucapkan kedua orang tuaku beberapa jam yang lalu, bukan soal kalimat yang terucap, tapi soal suara yang keluar dari kedua bibir orang tuaku, hanya beberapa jam saja aku sudah terjatuh di lubang kerinduan.

Aku kembali mengingat saat pertama kali menapakkan kaki di tempat ini beberapa jam yang lalu, di saat aku turun dari mobil bersama keluargaku, nampak lukisan besar memancing perhatianku, hasil karya anak pondok dengan tulisan :

""Ke Istiqomah Apa Yang Kau Cari?""

Tulisan itu membantuku mengingat semuanya, ini adalah pondok pesantren, tempat di mana kedua orang tuaku bersemangat ketika melihat formulir pendaftrannya telah di buka, senyuman mereka membuat hatiku ikut serta dalam kebahagiaan, aku tak ingin senyuman itu berhenti, tanpa sadar kedua bibirku berucap ""saya siap kok, sekolah di pondok itu""

Membuat orang tuaku bangga adalah jalan ninjaku, tekad api membuat mataku terpejam, menarik nafas sedalam dalamnya, ku hembuskan dengan tatapan penuh keyakinan.

Bismillah....

Tak ada hal yang tak bisa untuk dilalui, bukan hanya aku yang berada di tempat ini, mengapa lisan enggan bersykur tak kala tuhan masih memberikan nikmatnya kehidupan yang selama ini kau anggap biasa, ada banyak teman lulusan SD yang menginginkan posisimu, kau hanya terus maju.

Nasihat hati kecil teruntuk diriku sendiri memang sangat membantu, sekarang aku baru menyadari kalau aku hanya perlu diriku untuk terus mengobarkan api semangat, agar bisa tegar melangkah maju.




Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.