KAU DAN DIRIMU- Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "KAU DAN DIRIMU

Ceni Nur Inayah


Saat kau lelah menjalani hidup, kau terkadang berharap agar hari ini adalah hari  terakhir bagimu.

Bagaimana perasaanmu saat kau tahu kau adalah orang yang berbeda. Orang yang selalu diharapkan untuk tidak pernah ada di dunia. Kau selalu menjadi yang kedua bahkan ke sekian untuk orang yang kau harapkan kasih sayangnya. Kau selalu dibanding-bandingkan dengan yang lain seolah kau adalah orang yang paling hina. Itu adalah dirimu.

Namamu adalah Jannah. Nama yang mungkin terkesan kuno dan tua untuk seorang anak di abad milenial ini. Adikmu adalah Putri. Seperti namanya dia secantik putri, wajahnya elok tanpa cela. Kulitnya putih, seputih susu. Rambutnya hitam legam nan indah. Matanya berbinar tajam bagai mata elang. Bibirnya indah bak diolesi gincu setiap saat. Tubuhnya semampai. Jari tangannya lentik bak boneka. Senyumnya merekah bak bunga di musim semi. Tapi kau sangat berbeda dengannya, wajahmu tak secantik dia. Kulitmu kusam karena terkena asap dapur. Rambutmu keriting. Matamu sayu. Senyummu mengisyaratkan penuh luka dan penderitaan.

Ibumu seolah tak pernah peduli denganmu, dia hanya peduli pada Putrinya yang elok. Putrinya tak pernah merasakan asap dapur yang membuatmu terbatuk-batuk. Putrinya tak pernah merasakan tangan perih karena mencuci bertumpuk-tumpuk pakaian. Putrinya selalu memiliki tangan yang halus karena tak pernah sekalipun dia mencuci piring. Dan kau adalah orang yang melakukan semua pekerjaan itu. 

“Ibu kenapa Putri tidak pernah melakukan satu pekerjaan rumah pun?” tanyamu suatu hari.

Ibumu mendelik, meletakkan gelas dengan isinya yang kosong dengan kasar. “Jangan manja kamu! kamu seharusnya melakukan semua pekerjaan itu, apa yang akan kamu lakukan nanti jika kamu menikah, hah!, kamu harus bisa melakukan semua pekerjaan rumah itu!”

Ibumu pergi ke kamar Putri. Dan terdengar suara tertawaan keras Putri dan Ibumu. Berulang kali kau tahu bahwa kau selalu diperlakukan tak adil.

***

Pernah suatu hari kau menyuruh Putri untuk mengepel, Putri dengan sengaja menendang ember air kotor itu. Berkata dengan angkuh “Aku tidak seharusnya melakukan pekerjaan pembantu seperti itu! ada kamu yang melakukan semuanya untukku.” 

Kau marah mendengar penolakan adik cantikmu itu. Lalu kau berteriak marah padanya, menumpahkan segala perasaan yang kau pendam selama ini. Ibumu datang, dia menamparmu tanpa ampun, karena kau telah memaki Putrinya. Dia memakimu, memberitahumu betapa kau tak pernah diinginkan di dunia ini. Putri hanya berdiri mematung melihat kakaknya diperlakukan seperti itu. Walaupun dia berkata-kata kasar padamu, di lain sisi dia memiliki hati yang tulus.

  Dia menghampirimu memelukmu yang meringkuk di sudut ruangan dengan bibir berdarah akibat tamparan Ibumu. Dia memelukmu dengan tulus. Tetapi kau tak bisa merasakan ketulusan itu, kau marah pada Putri, pada Ibumu. Kau menolak pelukannya, kau mendorong Putri keras hingga ia terbentur ke dinding. 

Sialnya, Ibumu melihat apa yang baru saja kau lakukan kepada Putri cantiknya. Ibumu memekik marah, dia balas mendorongmu hingga kau kembali terjererembap ke lantai. Ibumu menolong Putri dan menenangkannya. Tapi apa yang dia lakukan kepadamu, dia menghampirimu dan menjambak rambutmu di hadapan Putri. Menamparmu dengan keras, menendangmu hingga kau terhuyung-huyung keluar dari rumah itu.

Kau tak tahu harus pergi ke mana, kau takut pulang kerumah itu. Kau takut akan diperlakukan sama kembali. Tapi kau bahkan tak memiliki keberanian untuk pergi dari sana. Dengan terpaksa kau kembali ke rumah yang penuh siksaan itu. Ibumu mencibirmu dan berkata bahwa seharusnya kau pergi dan tak perlu kembali ke rumah itu. Kau merana. Nasib yang malang. 

Kau harusnya tahu dengan kembali ke rumah itu kau harus kembali menerima semua perlakuan buruk Ibu dan adikmu, dengan berat hati kau memilih untuk tetap tinggal disana. Hari demi hari kau lalui dengan caci maki yang lebih menyakitimu lebih dari sebelumnya, tamparan, pukulan telah menjadi sesuatu yang tidak pernah kau lewatkan setiap hari.

Suatu hari, Ibumu akan mejodohkanmu dengan seorang lintah darat. Tidak, kau tahu kau bukan dijodohkan, tapi kau dijual. Kau dijual untuk menutupi hutang-hutang ibumu. Kau marah, tapi seperti yang telah sering kau alami hanya tamparan dan cacian yang kau dapatkan. Kau mencoba membela diri, berkata kenapa Ibumu tidak menjodohkan saja Putri-nya yang cantik kepada lintah darat itu.

Ibu mu tertawa sinis “Kau pikir aku bodoh! Aku tidak akan menyerahkan anakku kepada lintah darat itu!” bentak ibumu. Putri ikut tertawa mengejek mendengar pertanyaan konyolmu.

Kau menahan air matamu yang akan tumpah. Kau berlari ke kamarmu, yang tidak terlihat seperti kamar. Kau menangis keras meratapi betapa hidupmu terasa sangat menyakitkan. Kau tidak berpikir panjang. Suatu hal terlintas di kepala mu tentang cara untuk mengakhiri penderitaan ini. Kau menggeleng. Tidak. Kau tidak akan melakukan hal itu.

Kau menatap dirimu di cermin. Bayangan dirimu menguatkan untuk bertahan, tapi bayangan yang lain lebih menguatkanmu untuk melakukannya. Suara gedoran pintu yang dilakukan Ibumu, serta teriakannya semakin meyakinkanmu untuk melakukannya. Bayangan dirimu menatapmu sendu .

Kau bisa mendengar Ibumu tengah mencoba membuka pintu kamarmu dengan kunci lain yang Ia miliki. Ibumu menyongsong di pintu kamar dengan angkuh. Sekali lagi kau menatap pantulan dirimu di cermin. Tanpa menunggu lama kau mengambil gunting besar dari laci kamarmu. Tak butuh lama bau anyir merebak di ruangan itu. Ibumu tergeletak di lantai dengan darah mengalir dari perutnya. Kau akhirnya berhasil mengakhiri penderitaanmu. Tak akan ada lagi yang memaki dan menghardikmu. Semua telah selesai. 


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.