Jogja, Senja, dan Dia - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 Jogja, Senja, dan Dia

Oleh: NiYhaRa


Sekumpulan harap yang berujung luka

Membuat diri ini tergolek lemah, hampir tak berdaya

Rasa ingin berhenti melangkah menjadi yang utama

Namun, semua perasaan itu satu-persatu mulai sirna


Jogja,

Tempat terkuburnya semjua luka

Perlahan sayatan-sayatan dalam hati menemukan obatnya

Tersembuhkan dengan kenangan baru di kota istimewa


“Kenapa harus Jogja”

Ujarnya, yang telah membuat luka

Ah, dia tak tahu saja jika kota ini mempunyai penawar yang sungguh berbeda

Terutama pada senjanya


Saat matahari berada di kaki barat

Bersiap tenggelam dan menghadirkan gelap

Saat itulah detik-detik pengobatan terhebat

Luka yang terjadi, diobati dengan sebuah harap baru


Jogja dan senja

Perpaduan terhebat penyembuh luka

Tempat terbaik untuk menemukan semangat baru

Semangat yang sempat layu, karena harap yang terpatahkan di masa lalu


Jogja, senja dan dia

Ketiganya sama-sama mempunyai tempat di hati

Jogja dengan senja yang mampu menyembuhkan luka

Serta dia, pembuat luka yang mampu memberikan sebuah pembelajaran berharga

Pembelajaran tentang harap yang tak seharusnya diberikan untuk manusia


Yogyakarta, 30 Oktober 2021



Rela

Oleh: NiYhaRa


Pada akhirnya harus kembali merela

Untuk sesuatu yang memang tak ditakdirkan berakhir bersama

Sekuat apapun dijaga

Jika takdir tak mengizinkannya, aku bisa apa?


Rela

Satu kata yang sampai saat ini masih kupahami cara kerjanya

Orang-orang mudah sekali berkata,

“Udah relain aja.”

Tapi, apalah daya merealisasikan kata 'rela' tak semudah mengucapkannya


Bermacam-macam aktivitas kucoba

Bertumpuk-tumpuk pekerjaan kuterima

Tapi, sekuat apapun aku menyibukkan diri tuk melupa

Bayangnya tetap kembali menjadi yang utama

Dan akhirnya, aku kembali gagal tuk merela


Luka yang harus dilupakan

Sosok di masa lalu yang harus direlakan

Dan bertumpuk kenangan yang harus didamaikan

Kuharap, semua itu mempunyai rumus pastinya supaya mampu kuaplikasikan


Yogyakarta, 30 Oktober 2021



Meragu 

Oleh: NiYhaRa


Setumpuk percaya perlahan berubah menjadi abu

Dalam beberapa waktu, kerap kali hati dibuat meragu

Tidak, ini bukan karena adanya sosok baru

Melainkan dirimu yang memang sudah tak lagi seperti dulu


Ragu

Rasa itu sering kali hadir tiap seluruh penjelasan keluar dari bibirmu

Setumpuk penjelasan itu seolah-olah sedang berbisik padaku,

""Dia itu tak jujur padamu.""


Meragu

Penyakit satu itu susah sekali untuk dihilangkan

Sekali ia datang, sangat sulit tuk kembali memunculkan kepercayaan

Dan akhirnya yang ada hanyalah munculnya dugaan-dugaan


Yogyakarta, 30 Oktober 2021

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.