Ingin yang Terkunci - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Ingin yang Terkunci

Karya: Decha Zahra Oktaviani


Ingin berjumpa

Tak apa tak saling berkata

Perlu kau tau, berusaha terbiasa

Nyatanya masih enggan tuk bisa


Kukira kau akan membidik

Ternyata justru terkesan mencekik

Meringkik…

Setiap malam, berulang sakit


Akhirnya dalam hati berkoar

Walau mulut tak bisa bertanya kabar

Ingin namun sulit

Sulit namun ingin

Hanya itu, itu saja



Aku Sepiku

Karya: Decha Zahra Oktaviani


Terkadang sepi itu bernada sumbang

Sepi itu bagai harimau meninggalkan belang

Namun kadang-kadang sepi itu asyik

Kadang-kadang sepi itu menarik

Menarik dengan daya khayal yang tak perlu kritik

Percayalah sepi itu bersinonim sendiri

Sendiri namun bebas untuk bermimpi


Aku dan puisi yang tak pernah mereka mengerti

Aku dan imajinasi yang tak pernah mereka pahami

Aku dan mimpi yang tak perlu mereka usik dan komentari

Aku…sepi.







Hal

Karya: Decha Zahra Oktaviani


Terpaku kaku

Cemburu pada semu

Candu tanpa temu

Gila…

Tapi ku mau

Tuan hendaklah ucap…kau ingin atau sebatas angin

Jika ingin bolehkah puan berkata walau terbata puan pun suka


Ini kali bukan mimpi

Walau tuan hanya bayang sepi

Tak tau kapan kemari

Pada nyata diri


Ternyata

Karya: Decha Zahra Oktaviani


Aku ingin utuh ternyata runtuh

Aku ingin rasa ternyata mati asa

Aku ingin tawa ternyata hampa

Aku ingin candu ternyata terpaku


Berawal ingin berujung ternyata

Inginnya lupa namun tetap menyapa

Tak apa… aku suka dengan luka

Jika tak suka pasti aku lupa












Apa Rasanya

Karya: Decha Zahra Oktaviani


Apa yang lebih dingin 

dari hati yang memendam ingin

Apa yang lebih ragu

dari pandang yang terpaku

Apa yang lebih sakit

dari jiwa yang menjerit

Apa yang lebih lirih

dari tangisan seorang diri yang mencoba kembali berserah diri


oh tuhan semesta alam

nyatanya hati ini sempat mati

mati mengucap bacaan illahi rabbi.




"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.