Hari ini - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "Nama: Ferdian hamzah


Hari ini


Mentari yang begitu indah,selalu melompat di jendelaku

Mentari yang amat terang,selalu menyinari pagi ku

November telah tiba

Hari ini ku telah mengulang hari kelahiranku

Teruntuk hari ini ,ku bersyukur

karena telah diberikan kesehatan

Teruntuk hari kemarin aku berterimakasih

Karena yang telah di berikan pelajaran yang amat berharga

Ya Allah

Apakah aku masih bisa tertawa di hari esok

Apakah aku masih bisa berlari di hari esok

Meskipun keinginanku,tak sebanyak sujudku kepadamu

Walau ajal sudah di depan mata

Kumasih berharap agak tetap umur ini tetap abadi

Ku berharap agak nadi ini tetap berdetak

Meskipun itu hanyalah harapan belaka



 Tumpahan darah yang kering 


nafasmu yang sudah tak sanggup lagi tuk berperang

Ragamu yang sudah penuh dengan luka dan darah

Seluruh jiwa ragamu dan nyawa mu rela kau korbankan

Demi negeri yang elok ini

         Tampak raut wajahmu yang gagah

       Tak sedikitpun ada rasa takut 

           dalam jiwa mu

Tak sedikitpun rasa goyah dalam dirimu

Hari hari mu diwarnai dengan kerusuhan

Pembunuhan dan pembantaian

Di hiasi dengan lautan api yang begitu membara

Bahkan tak jarang ragamu yang tergores

Perselisihan adalah makanan sehari hari mu

Kaki mu yang sudah kebal dengan goresan tanah

Demi menaikkan sang saka merah putih di langit yang begitu indah

Meregang nyawa di Medan perang

Ujung bambu menjadi saksi

Atas tumpahnya darah penghabisan

Demi mengusir para iblis dengan nyawa

Namun

Nyawa mu yang melayang seakan sia sia

Darah mu yang tumpah,seakan mengering

Nama mu yang elok,kini hanya menjadi kenangan

Kini perjuangan mu hanya menjadi ilusi

Kita seolah kami di jajah kembali

Teknologi yang dulu menjadi senjata

Kini menjadi bumerang bagi kami

Gerenesi kami sudah terjebak oleh teknologi

Jiwa ini begitu risau

Tatkala membayangkan penjajahan dahulu

Yang kini akan kami rasakan

Di jajah di negri yang indah

[


 Apa kabar


Pagi ini,kusapa dirimu dengan senyumku

Seraya menuliskan perasaan  ini,

di si secarik kertas yang begitu kumuh

Dan Dengan syair  yang amat sederhana

        Syair ini memang begitu sederhana

         Namun,kata kata kata ini tak bisa

          Dijelaskan dengan logika

         Karena Perasaan ini telah bercampur,

            dengan syair yang begitu sederhana

Hai...

Apa kabar dirimu disana

Apakah keadaanmu baik baik saja

Hari hariku begitu hampa tanpa dirimu

     Kau,telah membuatku tertawa

     Disaat diriku ingin menangis

     Kau juga telah membuatku menangis

      Disaat diri ini ingin tertawa

Kau telah membawaku ke samudera yang begitu luas

Kau juga telah memberikan harapanmu untukku

 Namun kau tinggalkan aku di samudera yang luas itu

Kau juga telah mengambil harapan itu kembali

     Jika aku bisa mengambil bintang

     Aku akan mengambilnya untuk mu

     Agar kita selalu menghabiskan

     Malam malam ini bersamamu

     Jika aku bisa mengambil bulan

      Aku akan mengambilnya untukmu

      Agar kita bisa menikmati sisa hidup ini

      Berdua disana

Namun..

Aku tak bisa mengambil bintang untukmu

 Aku juga tak bisa membeli bulan untukmu

Aku hanya bisa memberi hati ini untukmu

     Tuhan....

Ku berharap agar dia kembali bersama ku

Ku berharap agar waktu bisa di ulang kembali

Walau, keadaan itu sungguh mustahil"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.