Cintai Aku - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


KASIH SAYANG TUHAN

BY : AHMAD OKVANI TRI BUDI LAKSONO 


Matahari tampak malu malu melihat dunia, dihadang gerombolan awan seakan mengisyaratkan bahwa hari ini tidak akan baik baik saja. Memang benar hari ini tidak baik baik saja, Sabtu 16 Januari 2021 saya mendapatkan berita kurang menyenangkan. Setelah selesai sarapan saya siap siap bergegas berangkat bekerja. Tapi , kepala outsourching menelpon saya, Pak Shobirin Namanya

"" Maaf mas, kamu istirahat dirumah dulu, karena kamu reaktif covid 19"". Rasanya waktu berhenti tepat saa

 "Cintai Aku


Di atas tempat tidur, aku duduk terdiam sambil menyandarkan pungungku ke tembok. Di sini aku tidak sendirian, karena ada seorang gadis yang menemaniku di ujung ruangan. Dia terlihat seperti remaja seusiaku, badannya ramping, kulitnya putih agak sedikit pucat, rambutnya  panjang, lurus terurai berwarna hitam. Dia memakai setelan serba hitam, aku tidak yakin dengan jenis pakaiannya, mungkin ini yang disebut dengan style gothic atau semacamnya. Saat ini posisinya lurus menghadapku, tapi aku aku tidak tahu apa yang sedang dia lihat, aku bahkan ragu kalau dia bisa melihat, karena gadis itu tidak memiliki bola mata.


Dengan ekspresi datar dia hanya diam di sana selama berjam-jam, situasi ini membuatku sangat tegang. Entah aku tegang karena penampakan gadis itu yang menyeramkan, atau karena ini pertama kalinya aku berduaan dengan seorang gadis di dalam kamar. Jika aku berfikir seperti itu tentu saja aku sudah gila. Setelah keheningan yang panjang ini, akhirnya ku putuskan untuk bicara dengannya.


“em..halo?”.


Hanya butuh satu kalimat yang pendek itu, seketika ekspresi datarnya berubah menjadi senyuman yang lebar. Aku benar-benar terkejut dan tubuhku agak sedikit terguncang. Seharusnya ini menjadi pengalaman baik ketika seorang gadis tersenyum kepadaku, namun senyuman gadis ini sama sekali tidak membuatku bahagia. Ku coba memejamkan mata lalu ku ambil nafas dalam-dalam dan mengehembuskannya secara perlahan. Aku mengumpulkan keberanian untuk berinteraksi dengannya lagi.


Sungguh sial, jantungku terasa ingin lepas Ketika aku membuka mata. Sekarang gadis itu sudah duduk bersamaku di atas tempat tidur. Aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, di balik Kelopak mata yang tebuka lebar itu hanya ada kekosongan, seperti jika kau mencoba untuk menyentuhnya dengan jarimu, itu akan menembus tengkoraknya. Perlahan dia semakin mendekatkan wajahnya kepadaku, tubuhku terasa lumpuh untuk bergerak dan bibirku terasa berat untuk berteriak. Saat ini aku benar-benar dipojokan olehnya, dan ketika wajah kita saling berhadapan, dia mengucapkan sesuatu.


“Apakah aku cantik?”.


Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku bahkan tak sanggup berbicara saking takutnya, yang kulakukan hanyalah mengangguk agar dia merasa puas. Beberapa saat kemudian pengelihatanku menjadi gelap, dan tanpa sadar aku sudah terbangun dari mimpi buruk itu. Suara jam weaker sepertinya telah menyelamatkanku. Aku bangun dengan penuh keringat, tubuhku terasa basah dan lengket. Aku coba mengecek bagian bawahku, ternyata masih aman terkendali. Syukurlah, itu tadi cuma mimpi dan kondisiku masih normal.


Aku sangat sering mengalami hal buruk di dunia nyata, namun jika itu sampai terbawa ke mimpi tentu saja ini bisa membuatku gila. Aku tidak ingin terlalu memikirkan mimpi aneh itu lagi, aku juga tidak ingin mengingatnya lagi. setelah beberapa saat aku langsung beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi lalu bersiap-siap untuk berangkat sekolah.


“Ibu..Aku berangkat sekolah dulu”. Ibuku nampak masih tidur ketika aku ingin berpamitan. Dia tertidur di sofa ruang tengah dengan beberapa botol minuman keras berserakan di mana-mana. Aku tidak pernah menyalahkan perilakunya itu, bagiku dia tetap keluargaku yang berharga. Satu-satunya keluargakku dan satu-satunya orang yang mencintaiku. Aku akan membiarkannya istirahat dan langsung berangkat ke sekolah.


Hari ini aku sekolah seperti biasa, mengikuti pelajaran seperti biasa, dan sendirian seperti biasa. Ketika jam istirahat sama sekali tak ada yang mengajakku bicara, tak ada yang mengajaku pergi ke kantin atau ke perpustakaan. Aku menghabiskan jam istirahat hanya di dalam ruang kelas dan berpura-pura tidur agar tidak terlalu diperhatikan. Namun siapa sangka, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namaku kali ini.


 “Hey, Philip bangun lah!, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu”.


Aku benar-benar terkejut ketika tahu orang yang memanggilku itu adalah Mona, dia dikenal sebagai salah satu gadis elit di sekolah ini, sekaligus yang tercantik di kelasku. Untuk pertama kalinya aku bisa sedekat ini dengannya. Harum tubuhnya begitu terasa membuatku seperti melayang, rambut sebahunya yang agak bergelombang nampak begitu lembut dan halus, kulit dan wajahnya yang begitu bersih dan mulus, atau tubuhnya yang…ah,  mau dilihat dari manapun gadis ini benar-benar luar biasa.


“Hey..Phil, hey, ih! kenapa kau malah melamun?”. teriak Mona kepadaku.


Ah gawat, sepertinya aku terbawa suasana. “eh maaf, jarang sekali ada orang yang mengajakku bicara hehe. Jadi ada apa ya?”. Jawabku cepat.


“Phil, ada hal yang ingin kusampaikan kepadamu, sebenarnya aku sudah memperhatikanmu sejak lama, dan menurutku kau adalah pria yang menarik, hmm…apa saat ini kau sudah punya pacar?” tanya Mona kepadaku dengan ekspesi malu-malu.


Mendengar pertanyaan itu pikiranku benar-benar campur aduk. Sepertinya aku bisa mengetahui arah pembicaraannya, tapi kenapa dia mau mendekati orang sepertiku? Terlebih lagi situasi kita saat ini sedang berada di ruang kelas, tentu anak-anak lain bisa mendengar pembicaraan kita, hal itu membuatku jadi ragu dengan dugaanku ini. Saat ini aku mencoba untuk tetap tenang dan terlihat cool meskipun tanganku yang gemetar sulit kusembunyikan.


“ten..tentu saja orang sepertiku, maksudku aku tidak punya pacar sekarang” jawabku dengan sedikit gugup.


Tubuh Mona semakin condong ke arahku dan wajahnya semakin mendekat, entah kenapa ini seperti de javu tapi versi yang lebih baik. Setelah mata kita saling bertatapan satu sama lain, dia berbisik lembut kepadaku. “Hey Philip…Kalau begitu apakah kau mau jadi pacarku?”.


Ini benar-benar situasi yang tak terduga, Mona telah menyatakan perasaannya kepadaku. Aku mengamati seisi kelas dan sepertinya mereka tidak terlalu memperhatikan, mungkin karena Mona mengatakannya dengan sangat pelan. Hanya ada beberapa anak, yaitu teman-teman Mona di bangku depan yang melihat kearah sini sambil tersenyum.


Ini gila dan aku masih tak percaya, orang sepertiku bisa memiliki gadis istimewa sepertinya. Jantungku berdegup kencang dan wajahku yang memerah ini sepertinya tak bisa kusembunyikan lagi. Oh Tuhan, inikah perasaan cinta yang sesungguhnya. Aku benar-benar merasa luar biasa hari ini, tanpa perlu membuatnya menunggu lama akupun langsung menjawabnya.


“Tentu saja aku ma..”


 “Uh, baiklah aku sudah tak tahan lagi…Aku baru tahu ternyata kau sangat bau kalau dari dekat”. Mona memotong pembicaraan sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku.


“Ngomong-ngomong, kau mau bilang apa tadi? Jangan bilang kau benar-benar berpikir kalau aku ingin jadi pacarmu hahaha. Owh, maaf ya Philie, aku baru saja kalah taruhan dengan temanku, dan menyatakan cinta kepadamu adalah hukumannya ehe”. Setelah mengatakan hal menyakitkan itu, Mona langsung pergi dan kembali ke bangkunya.


Aku cuma bisa terdiam seperti orang bodoh saat ini. Aku masih bisa mendengar suara tertawanya dan teman-teman sekompolotannya itu serta apa yang mereka ucapkan. “Lihatlah dia sangat berkeringat”, “Iyuh benar-benar menjijikan”, “Haha dia benar-benar berharap”, “Mungkin karena dia anak pelacur membuatnya jadi gampang terangsang”, “Hahaha”, “Hahaha”.


Seisi kelaspun juga ikut menertawakanku, beberapa anak melihatku dengan tatapan aneh. Di situasi seperti ini aku hanya bisa ikut tertawa bersama mereka untuk meredam rasa malu. “haha, tentu saja haha hehe”. Siapa-pun tolong bunuh aku!.


Sungguh hari yang menyebalkan. Sore hari setelah pulang sekolah aku langsung bergegas ke rumah tanpa bicara dengan siapa-pun.  Ketika masuk kedalam kamar aku mengunci pintu dan meluapkan semuanya, air mataku benar-benar tak tertahankan. Selama berjam-jam aku larut dalam kesedihan, hingga tanpa sadar ternyata langit sudah gelap. aku keluar dari kamarku dan melihat lampu-lampu ruangan belum dinyalakan. Sepertinya Ibuku akan pulang larut malam lagi. aku berjalan ke ruang tengah dan melihat Ibuku sedang tertidur di sana. Ah, ternyata dia sudah pulang.


“Kenapa Ibu selalu tidur disini?, jika kau merasa sakit tidurlah di kamarmu”. Seketika aku menyadari posisi tidurnya dan pakaian yang ia kenakan masih sama seperti yang kulihat tadi pagi, artinya sejak tadi pagi Ibuku masih belum beranjak dari tempat ini.


“Bu? Ibu?! bangunlah! hey!…Bangunlah! Oi”. Aku terus berteriak dan mengguncangnya agar ia mau bangun, namun tubuhnya sudah begitu dingin dan kaku. Mustahil, aku tak sanggup menerima kenyataan bahwa Ibuku sudah meninggal sejak tadi pagi. Hidupku benar-benar hancur hanya dalam waktu satu hari saja. Perutku terasa mual dan kepalaku begitu sakit, aku benar-benar sudah tak punya tenaga lagi sekarang. Seketika tubuhku ambruk dan kesadaranku perlahan semakin memudar.


Di saat seperti ini aku kembali bermimpi, mimpi yang sangat tidak asing bagiku. Seorang gadis tanpa mata dengan pakaian serba hitam, berdiri tepat di depanku. Gadis itu berkata “Apa aku cantik? Apa aku gadis yang cantik?”.


Sebuah pertanyaan yang sudah kudengar sebelumnya. Sepertinya dia tidak mau berhenti jika aku tidak menanggapinya, dengan suara yang berat dan lemah aku menjawab pertanyaan gadis itu. “Ya, kau sangat cantik”.


Gadis itu tersenyum dan semakin mendekat, lalu ia bertanya lagi “Apa tak ada orang yang mencintaimu lagi?, apa kau tak punya orang untuk dicintai lagi?


Akupun menjawabnya “Ya, mereka semua sudah pergi, tak ada yang mencintaiku lagi, tak ada yang bisa kucintai lagi”


Gadis itu semakin dekat, sangat dekat hingga wajah kita saling berhadapan satu sama lain, lalu ia bertanya “Apa itu membuatmu menderita? Apa kau kesakitan?”


Aku menjawabnya “Ya, aku..”


Kalimatku terhenti ketika ketika gadis itu tiba-tiba memelukku, Ini begitu aneh karena aku tidak merasa takut lagi dengannya. Ini sangatlah aneh karena aku merasa nyaman dengan situasi ini. dia memelukku dan membisikan sesuatu.


“Kalau begitu cintai aku, berikan cintamu kepadaku, dan kita akan hidup bersama, bahagia…selamanya”


Aku terdiam sejenak, sebelum akhirnya aku membalas ucapannya itu. “Bahagia katamu? cinta? Hanya itu yang kau mau? Haha, hahaha, hahahaha.


Aku hanya bisa tertawa setelahnya bahkan hingga kesadaranku telah kembali, aku tertawa dan terus tertawa bahkan di samping mayat Ibuku sendiri. Aku bangkit dan berjalan ke arah dapur, mengambil sebilah pisau di sana, lalu mengarahkannya ke leherku.


“Ya, tentu saja…akan ku berikan seluruh cintaku padamu”.


~Tamat~


Karya: Andhika Ariel Prasetya

Kendal, 4 November, 2021"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.