Cinta yang Tak Sampai - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


>

Cinta yang Tak Sampai

Karya Febi Harfanel Putri


Cinta adalah gambaran rasa ingin mengasih serta menyayangi. Cinta juga menggambarkan rasa ingin memiliki dan menyimpannya untuk diabadikan. Namun, apa jadinya jika cinta hanya bisa dirasa tanpa memiliki?

Aku memiliki sedikit kisah mengenai hal ini. Sudah jalan beberapa tahun setelah bertemu dengannya di aplikasi. Ia pemuda yang menurutku bukan pemuda yang sempurna. Ia berperawakan kecil, memiliki mata yang indah, senyum yang menawan, kadang kala ketika ia tersenyum, garis bibirku juga ikut tertarik. Ia pemuda yang bisa meluluhkan perasaanku saat pertama kali kami berbincang.

Pada hari itu, aku merasa sedikit jenuh dengan aktivitas perkuliahan yang cukup menguras isi kepala sebab aku mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi. Aku iseng membuka aplikasi yang memungkinkan kita untuk berbincang dengan orang asing. Beberapa orang yang telah berbincang denganku, hanya dia yang bisa mengukir senyum di wajahku.

Saat itu, aku yang jahil hanya memperagakan apa yang dia lakukan dan dia menatap dalam waktu yang cukup lama, hingga kami tertawa bersama. Lalu, ia membuka perbincangan.


“kamu gagu?” sambil tertawa.

“Ia aku gagu”, jawabku dengan senyuman yang tipis.

“lah bisa ngomong, hahaha aku kira gagu beneran,”, balasnya.

“aku cukup normal untuk bisa diajak bercerita, hehehe”, jawabku.


Setelah cukup lama kami berbincang, akhirnya kami saling bertukaran nomor ponsel. Setiap malam kami telponan membicarakan banyak hal, dari masalah hidup, percintaan bahkan hal-hal sepele lainnya. Ia selalu meluangkan waktu untuk menemani aku setiap malam mengerjakan tugas, bahkan menemani aku yang jenuh dikamar kos sendirian. Hingga tak terasa sudah beberapa bulan berlalu, sampai di titik kami merasa nyaman, saling mengerti tentang keadaan masing-masing. Aku paham rasa ini bukan tentang persahabatan, melainkan rasa cinta yang tumbuh bersemi seiring waktu yang telah kami lewati bersama. 

Suatu malam, ia menelponku tanpa bicara satu patah kata. Aku bertanya “kenapa hanya diam saja?”, tetapi tetap tak ada balasan. Sampai ia berkata dengan suara yang sedikit gugup. Ia memanggil namaku, 

“Je? Ada hal yang ingin aku sampaikan”. 

“ada apa Ko?”, balasku. Aku penasaran akan hal yang akan disampaikannya.


“Apa kamu tau? ada beberapa hal yang mungkin bisa terjadi dalam kehidupan, bahkan yang kita tak pernah bayangkan, aku merasakan ada perbedaan dalam hubungan kita Je. Mungkin kamu sendiri juga merasakannya, aku tau kamu tidak sebodoh itu”, ungkapnya dengan nadanya yang lembut. 

“ya aku tau maksud yang kamu tujukan, aku juga merasakan hal yang sama”, jawabku dengan hatiku yang sudah berdegup kencang.

“Aku menyayangimu, Je, bahkan aku hampir gila jika tak seharian memberimu kabar, tapi kali ini aku tak bisa menahannya terlalu lama, karena bendungan ku tak cukup kuat membatasi rasa ini. Je ada kalanya setiap hal tak sesuai dengan ekspektasi kita. Namun ini kesempatan terakhirku, agar aku dan kamu tidak larut dalam ketidakpastian”. Suaranya yang lembut kini terdengar seperti orang yang ingin menangis. 

Tiba-tiba air mataku menetes dengan sendirinya, aku tau kemana arah perbincangan ini. Ia pernah bercerita bahwa ia akan di jodohkan dengan pilihan orangtuanya. Aku tau ia hanya ingin meluapkan semuanya. Aku yang sudah tenggelam dalam hayalku ingin bersamanya, kini telah jelas bahwa ini tak akan sesuai dengan jalan cerita yang aku impikan. Pada akhirnya aku bagaikan pungguk merindukan bulan, impian yang terlalu tinggi untukku capai.

“Je, aku telah mengirimi satu surat untuk mewakili semuanya. Mungkin di saat kamu membacanya, aku telah sepenuhnya milik orang lain, Je, maaf selama ini aku tak bisa memutuskannya dengan cepat, aku memang egois Je, Aku pria jahat yang masih menginginkan kamu selalu hadir untukku.” Tiba-tiba telpon terputus.

Malam itu terasa dingin dan hanya deras hujan yang menemani malamku. Aku menangis terisak-isak membayangkan tak ada lagi hari mendengar suaranya, tawanya, bahkan omelannya. Aku tebelenggu dalam palung yang gelap dan dingin setiap malam. 

Seminggu setelah telpon itu berakhir, aku menerima surat yang diperuntukkan untuk ku.


Teruntuk Jeje-Ku


Je, aku tau saat kamu membaca ini, kamu sudah membenciku, bencilah aku sampai hatimu merasa baik. Surat ini ‘ku buat dengan hatiku yang sudah hancur, aku tau ini terkesan bualan untukmu. Tapi sampai detik ini dan seterusnya kamu selalu tersimpan erat di hati yang paling dalam Je. Banyak hal sudah kita lewati bersama. Banyak kenangan yang tak akan pernah aku lupakan.  Aku bersyukur bertemu kamu Je, semoga di kehidupan lain kita bisa bersatu dan menjalin kasih sesuai harapanmu, maaf aku tak seperti harapan mu.

Aku berharap kamu memiliki kehidupan yang lebih baik setelah ini, memiliki pendamping yang mencintaimu melebihi aku. Sampai kau lupa bahwa aku pernah menghancurkan impian mu. Aku akan selalu merasa bersalah atas semua perbuatanku. Maaf.

Dari Pria jahat di hidupmu



Sampai akhirpun, hanya ada luka yang tersisa. Rasa cinta yang tak sampai hanya akan jadi goresan untuk dua insan. Aku dengan kisah cinta yang tak sampai ini hanya menjadi kenangan yang menyakitkan."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.