Cerpen Karya AFDELLILAH AUDRE ZANDI SANTIKA - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Cerpen Karya AFDELLILAH AUDRE ZANDI SANTIKA


 "Masa remaja kini sudah mulai sedikit demi sedikit terlewati menjadi masa dewasa.  Tiba saat ini aku menjadi mahasiswa baru di dalam perkuliahan. Aku seorang mahasiswa biasa di salah satu kampus negeri di daerah asalku yang di dalam kelasnya terdapat sedikit perempuannya. Panggil saja namaku dengan sebutan Della. Entah apa yang terlintas di dalam otakku tiba-tiba memilih jurusan itu. Tapi mungkin ini yang disebut dengan takdir he…he…he…. 


Hari ini tepat pertama kali aku ospek di rumah, karena sekarang masih dalam keadaan pandemi. Aku tidak menyangka ospek nya sungguh berat tetapi di sisi lain juga menyenangkan, karena teman-temannya juga baik dan saling membantu. Ospekku di sini seminggu kemudian setelah ospek lanjut daring materi kuliah. Pada awalnya aku kaget dan syok karena di kelasku mungkin perempuannya sangat sedikit dibanding dengan laki-lakinya. 


Hari semakin cepat berganti, tiba-tiba ada seorang anak yang dari kelas yang selalu merasa bahwa perempuan itu tidak dibutuhkannya dengan berdalih bahwa dia sedang bercanda. Aku selalu mencemooh dia dengan temanku perempuan yang lainnya dan membencinya bukan membencinya lagi bahkan sangat…sangat membencinya. 


Pernah pada saat pembagian kelompok, dia tidak setuju dan disangka bahwa perempuan ingin membuat kelompok sendiri padahal tidak seperti itu faktanya. Aku yang sangat membencinya bahkan kontak namanya aku rubah dengan sebutan ‘Kudanil’ itu langsung aku chat dan bertanya maksud dia itu seperti apa, dan lagi-lagi dia hanya menjawab bahwa itu hanyalah sebuah bercanda.


Tetapi, gara-gara hal itu dia tiba-tiba selalu minta maaf denganku dan selalu tanya bagaimana kabar ku setiap hari lewat chat. 


Kudanil: Del, piye kabarmu? (Del, bagaimana kabarmu?)


Aku: Alhamdulillah


Kudanil: Ayo kapan muter-muter? Gae pedaku wes pumpung aku wes ngekos (Ayo kapan jalan-jalan? pakai sepedaku aja pumpung aku udah ngekos.)


Aku: Kapan?


Kudanil: Sabtu yok? 


Aku: Ndek endi? (Dimana)


Kudanil: Sembarang wis (Terserah)


Mendapati chat seperti itu aku agak merasa aneh dengan diriku, tetapi pikiranku yang terus mengulangi sifat dia seperti apa membuatku mengurungkan niat untuk baper. Aku menjelaskan hal ini dengan temanku sewaktu aku nongkrong di café.


“He liaten ta, sumpah aku mangkel ambek arek iki pek, karepe dewe”

(He liaten ta, sumpah aku gemes sama anak ini, seenaknya sendiri)


“Tapi dee akhir-akhir iki loh sering chat aku terus ngajak ketemuan, terus nakok kabarku,” sambungku.

(Tapi dia akhir-akhir ini sering chat aku terus ngajak ketemuan, terus tanya tentang kabarku""


“Ati-ati Del, awakmu iku nyenengi loh wes san, soale mange awakmu benci poll ndek de’e,” kata Aurel dengan menyeruput kopinya.

(Hati-hati Dela, kamu itu suka loh wes san, soalnya kamu benci poll sama dia""


“Gak..gak…gak.. arek gj iku”

Ketika perjalanan pulang aku sempat kepikiran dengan kata-kata temenku. 

(Nggak..nggak.. anak gak jelas itu)


‘masa iya sih benci bisa jadi cinta, mungkin itu adalah rekayasa sebuah film’ monolog ku dalam hati.


Ketika aku asik dalam pikiranku, tiba-tiba Kudanil chat lagi.

Kudanil: Del, sabtu bisa kan yo


Aku: Iyo, tak bilang bapakku dulu


Kudanil: Oke, Sabtu tak jemput ya

Aku: Izoo jare bapakku gaopo (Iya katae bapakku tidak apa-apa)


Semenjak itu, dia semakin intensif untuk mengechat aku, entah itu lewat video call atau telfon biasa, walau hanya sekedar menannyakan kabar.  Aku akui semakin hari rasa itu tumbuh semakin berkembang, serasa hati seperti bunga yang bermekaran. Dan aku merasa bahwa aku suka dengan dia yang awal mulanya aku sangat membenci kini aku mengagumi dia.


Pada waktu itu tepat hari jumat, H-1 sebelum aku keluar dengan Kudanil. Aku bercerita dengan saudara ku, kebanyakan saudaraku mendukungku dan malah ingin ikut keluar mengawasi ku karena ini pertama kalinya aku keluar dengan laki-laki.


Tapi…. Ketika aku ingin scroll ig, aku kepikiran untuk melihat ig nya Si Kudanil pertama aku liat tidak ada apa-apa yang aneh, tapi ketika aku perhatiin lagi ada sesutau yang dia tulis di bio instagramnya. Ketika aku buka, ternyata itu adalah ig dari pacarnya dan setelah itu aku chat dia, ternyata benar bahwa dia sudah mempunyai pacar. Seketika aku syok dan merasakan bahwa ini kah yang dinamakan patah hati. Kemudian aku langsung menolak ajakan dia pergi besok dengan alasan aku ada acara keluarga. Dan ini adalah hal yang akan menjadi pelajaran buatku. 


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.