AKU DAN KITA YANG KEMBALI MENJADI AKU - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "1. AKU DAN KITA YANG KEMBALI MENJADI AKU 


Aku adalah mentarimu, begitu kerap kau memanggilku 

Engkau adalah langitku, begitu kerap aku memanggilmu

Pernah menjadi kedua-duanya adalah sesuatu yang membahagiakan

Gelombang terlihat cemen di mata kita, kita bisa menikmati berselancar di atasnya


Saat itu aku dan kamu sudah memutuskan untuk menjadi “kita”

Apapun terlihat menyenangkan, asal kita bersama

Apalah arti jarak bagi kita ketika cinta itu jauh lebih kuat dari lelahnya menempuh perjalanan itu

Kadang kita menertawakan diri, karena cinta itu merenggut logika 


Aku yang masih kanak-kanak, tak jarang menyerah

Namun, kau selalu punya cara untuk membuatku mengurungkan niatku

Aku bahagia saat itu, karena aku dicintai dengan begitu hebat 

Aku semakin bisa mencintai hidupku, karena ternyata ada yang telah lebih dulu melakukan itu 


Aku yang naif bersedia menerima keadaan langit yang ternyata tidak sesederhana kelihatannya

Dia membawa mentari lain bersamanya, dengan buah cinta mereka

Katanya, mentari itu tidak bisa lagi bertahta di langitnya

Mentari lugu satu ini, dia sempat undur, namun dia terlalu lemah untuk melakukannya


Aku kini bersedia untuk pelan-pelan menerangi langit yang rapuh itu

Dia adalah langit yang hangat, perkasa, dan andal membuat mentarinya senantiasa bersinar

Cintanya begitu dekat dan hangat

Tidak hanya dengungan semata, namun ia menceritakannya lewat rogohannya


Dia mengutamakan dan memastikan mentari tetap bersinar dan baik baik saja

Apapun ia lakukan, untukku, mentarinya

Sekarang aku tidak tahu sedang berada dalam sudut pandang mana dan berbicara kepada sudut pandang yang mana. Semua terasa acak di dalam pikiranku


Ketahuilah, sepasti apapun cinta yang kau saksikan

Mereka hanyalah manusia biasa

Mereka bisa terjebak dalam keadaan yang sulit dan dilematis

Cinta itu ditopang dalam tubuh manusia yang terbatas dan rapuh


Aku tidak tahu pasti kapan semuanya berubah

Tapi hari itu, tepat pada hari jadimu

Aku mengalami kepedihan yang memahitkan 

Aku merasa bahwa teriknya sinarku sudah tak lagi kau perlukan


Beberapa waktu lamanya, kau mencoba mengobati luka itu

Namun, hal lain merenggutmu lagi dariku

Aku membenci pikiranku 

Ia terus memaksaku mengiyakan bahwa kau sudah tidak lagi memerlukanku


Waktu-waktu panjang yang bisa kau lalui tanpaku kini

Yang katanya dulu kau tak bisa hidup tanpaku

Ternyata semua hanya omong kosong belaka

Apa secepat itu mentarimu dulu menggantikanku dan kembali ke tahtanya? 


Katamu kita adalah rumah dari aku dan kamu

Namun apa yang terjadi kini, sayang?

Aku menangis sendiri, karena aku tak mau melukaimu dengan perasaan bersalahmu itu

Aku sadar bahwa aku sudah tidak lagi memiliki cinta itu


Aku tahu bahwa memang manusia harus mengerti arti hidup

Tapi luka ini terlalu cepat mengenaiku yang masih terlalu belia untuk dikenai, menurutku begitu

Kau yang berubah begitu cepat membuatku tidak percaya lagi dengan perihal menyoal cinta

Kenyataan yang menyadarkanku bahwa, ternyata kau bisa tanpaku sekarang, menyakitkan 


Sebelumnya, tidak ada alasan bagiku untuk sedih saat hujan turun

Tapi kini, aku tidak suka menyaksikannya

Karena itu hanya akan melukaiku

Bukankah hujan menandakan bahwa mentari telah terkalahkan?


Aku sudah terlalu yakin pada kita

Namun aku memang masih terlalu kanak-kanak untuk tidak menjadi naif

Melihat betapa kerasnya engkau berjuang untukku dulu

Dan kini harus siap menerima kenyataan bahwa semua tidak bisa menjadi seperti dulu lagi


Kini, aku akan tetap menjadi aku

Menjadi kita adalah sebuah pelajaran, bukan perjalanan ternyata

Tidak ada ungkapanmu yang mencoba mengonfirmasi bahwa kau masih mencintaiku

Aku menantikannya dalam baris baris percakapan kita, ternyata tidak lagi kutemukan


Ungkapan darimu selalu terasa hambar bagiku kini

Tidak ada lagi cinta yang ku rasa di dalamnya

Hatiku sudah berhasil kau matikan kini dan entah sampai kapan

Aku tidak bersedia berada di posisi ini, tapi apa aku bisa menuntutnya?


Kini, aku sendiri

Meski masih ada kita, tapi ruangan itu sudah asing bagiku

Aku tidak tau sampai kapan bertahan tinggal dalam ruangan ini

Aku hanya berharap bahwa kita akan bahagia, dengan atau tanpa kita yang dulu lagi




2. SI PEREMPUAN SUNDAL


Apa katamu tentang perempuan sundal wahai manusia yang mengejar kesucian?

Mengapa sesamamu kau hakimi dengan pelototanmu disekujur tubuhnya?

Kau tidak tau seberapa keras dia menahan malu karena lakunya itu

Tapi apa kau tau dalih dibalik persundalannya?


Apa kau berhak melempari dia batu hanya karena kalian tidak melakukannya?

Apa benar kalian tidak melakukannya?

Mengapa kalian merasa tidak lebih berdosa darinya?

Apa merasa diri paling benar dapat dibenarkan menjadi dosa yang lebih kecil dari persundalan?


Benar atau salahpun dia di mata kalian, apa kalian berhak mencaci makinya?

Tak bisakah kau beri papahan untuknya? 

Persundalan itu sakit. Tidak hanya raga, tapi psikisnya juga

Lalu kalian mau melihat dia mendapat luka yang bertubi-tubi?


Dimana letak hatimu wahai para pengejar Surga?

Apa kalian hanya mau menyelamatkan diri sendiri dengan membuang si perempuan sundal itu?

Jika dia boleh memilih, dia tidak akan mau membiarkan dirinya dikurangajari oleh laki-laki

Tapi apa kalian tau bahwa dia tidak punya pilihan karena dia punya keluarga yang harus hidup


Mengapa kau hanya bisa membuang ludahmu di depan mereka?

Dimana kasihmu yang tidak terbatas itu wahai penaat Kitab Suci?

Benarkah hatimu hilir dari berkat dan kutuk?

Apa kau lupa bahwa penolakanmu adalah pengutukkan terhadap orang lain?


Secarik kanvas ini bukan untuk mempersilahkanmu melakukan persundalan

Tapi sebagai perwakilan isi hati para pesundal yang terhina selama ini

Mengapa kalian tidak mau memposisikan diri kalian pada sudut pandangnya

Apa hanya dia yang bersundal? Bagaimana laki-laki yang menyundali dia?


Kalian telah termakan ideologi patriarki

Mengapa kalian tidak mau mempersalahkan kaum yang lebih superior itu?

Apa karena mereka tidak memiliki rahim sehingga jejak mereka tidak tertinggal?

Apa karena mereka enggan untuk kau persalahkan?


Dimana keadilan yang kau koak-koakkan wahai manusia pengejar kesempurnaan?

Mengapa kau menolak dia, sedangkan Tuhanmu memberi dia kesempatan?

Bukankah kau mau menyalamatkan banyak jiwa?

Mengapa kau hanya mau menyelamatkan orang yang mau kau selamatkan?


Mengapa perempuan kau pandang sebagai inferior?

Bolehkah kau mencaci dia sedangkan dari mulutmu kau memberkati banyak orang? 

Mengapa kau hanya mempersalahkan kebuntingannya?

Itu juga disebabkan oleh laki-laki yang seenaknya bisa berangkuh dada setelah menikmatinya


Bagaimana si pesundal yang melakukan itu karena tidak sengaja?

Bagaimana jika dia hanya seorang korban?

Kau tidak pernah tau dengan utuh apa alasan itu terjadi

Lalu mengapa seenaknya tuturmu mencarca dia?


Apa penyalahanmu akan membuat dia tidak jadi mengurungkan niatnya untuk bersundal?

Jika dia salah dimatamu, mengapa kau tidak ingin menyelamatkannya?

Tidak ada yang mau menerimanya selain dari laki-laki penikmat kepuasan itu

Dunia menolaknya, tidak ada yang menjadi tempat aman untuk bertobat


Semua tau bahwa bersundal itu hina

Dia juga manusia yang punya nurani

Tidak ada yang ingin tubuhnya digagahi dengan sembarangan

Tidak ada yang ingin merasakan sakit yang nikmat itu dari orang lain


Kau tidak tau seberapa berat beban moral yang ia tanggung

Ia melakukan semuanya hanya karena terjebak dalam keadaan ekonomi yang buruk

Setiap malam menyinggahi gedung berdosa itu

Bersolek secantik mungkin, dengan tidak memedulikan bahwa hatinya lupa untuk dihiasi


Demi sebotol susu untuk bayi yang kehausan

Demi seragam sekolah anak-anaknya

Kau tidak memberi dia tumpangan

Lalu mengapa seenaknya kau memaki dia sedangkan kau berkontribusi atas hidupnya juga tidak


Mereka tau itu salah, tapi apa ada pilihan selain melakukannya?

Cobalah rengkuh mereka dan buktikan kasihmu yang universal itu

Mereka juga makhluk yang bernyawa

Mereka perlu penerimaan dari sesama penghuni bumi tempatnya singgah




3. SURAT UNTUK TUHAN


Kita adalah anak yang lahir dari air

Memulai lembar hidup baru dan menanggalkan hidup lamanya

Tak jarang jatuh bangun dalam mengusahakan hidupnya dengan benar

Terus berjuang dalam mempertahankan tekad untuk sempurna


Kita dulu adalah anak yang hilang

Bukan kita yang menghendakinya

Tapi nenek moyang kita yang pertama

Kita diwarisi suatu kodrat yaitu manusia berdosa


Aku tidak berbicara dari sebuah agama tertentu

Aku bicara mengenai aku dan Tuhanku yang adalah kekasihku 

Ini adalah secarik kertas sebagai surat kecil untukNya

Coretan tangan anak kecil yang sedang jatuh cinta, katanya begini


Hai Tuhan….

Sudah jauh rasanya aku pergi bermain-main dan menjauh dariMu

Sudah lelah rasanya aku berjalan seakan-akan aku bisa sendiri

Aku terjebak dalam berbagai pertanyaan yang menari-nari di kepalaku

Bolehkan aku menemukan wajahMu?


Tuhan…

Aku tidak pernah melihatMu dengan telanjang mata

Aku tidak pernah merabaMu, seberapa halus kulit yang Engkau punya? 

Aku terus mencariMu dalam pejaman hatiku


Meski aku belum pernah dengan semua itu

Aku bisa menikmati hadirMu dalam lembar-lembar hariku

Aku berusaha untuk akrab dengaMu akhir-akhir ini

Izinkan aku jatuh cinta padaMU


Tak peduli seberapa banyak aku telah melupakan menyapaMu di setiap bangun dan lelapku

Hari yang baru tetap Engkau sediakan bagiku

Terik dan hujan tetap kau turunkan bahkan untuk orang yang membenciMu

Sehat dan panjang umur masih Engkau limpahkan dalam hidupku


Aku berusaha untuk bisa jatuh cinta padaMu Tuhan

Mengingat bahwa wajahMu tak ada dalam butir-butir ingatanku

Sulit rasanya, tapi aku mau

Engkau menjadi kekasihku, karena manusia tidak menjanjikan


Dalam jatuh dan bangunku

KasihMu tidak berubah, tetap sama

Engkau adalah kekasih yang luar biasa

Ajar aku untuk menjadi sepertiMu 


Aku terlena dengan indahnya kesemuan dunia ini

Ternyata banyak dari mereka yang telah menyakitiku

Aku terluka begitu hebat

Namun kau tetap setia di sebelahku, walau aku sering tak menganggapMu


Engkau yang kadang tak nyata bagiku

Terus kuusahakan untuk meyakinkannya bahwa Engkau bersamaku

Maafkan aku yang selama ini telah mempermalukan Engkau

Menggores banyak luka di hatiMu


Aku masih belum terlalu dewasa untuk memahamiMu

Tapi beritahu aku bagaimana sebaiknya aku mencintaiMu Tuhan

Sekarang adalah masa PDKT ku denganMu

Izinkan aku untuk lebih mengenal dan dekat denganMu


Engkau tau Tuhan, seberapa tegar aku dalam membangun cinta ini

Tapi aku selalu saja jatuh dan melukaiMu

Banyak hal yang menguntitku dan menarik aku dariMu

Aku sekali sekali amnesia dan menyelingkuhiMu


Bolehkah kita baik baik saja Tuhan?

Bolehkan setiap hari Engkau ada dalam pikiranku?

Bolehkan Engkau hadir bahkan bayanganMu saja kutemukan dalam setiap hari-hariku?

Aku mau jatuh cinta terus setiap hari padaMu


Bantu aku untuk membangun “Kita” ya Tuhan

Terimalah cintaku yang sederhana ini

Berkencanlah denganku lewat cinta yang Engkau nyatakan dalam kejadian-kejadian hidupku

Aku ingin menjadi kekasihMu. Bolehkah?




4. BERJABAT DENGAN COVID 19

Hari-hari yang mengantar ketakutan 

Menjumpai terang dan gelap dalam kegentaran

Menyaksikan banyak raga berharap raupan tangan

Menanti telapak yang sudi menggenggam untuk memapah


Dimana hiruk pikukmu bumi?

Apakah kau sedang sehat?

Mengapa tak banyak lagi jejak berdiri tegap menapakimu?

Siapa yang membisukanmu?


Wahai Khalik….

Sudah lebam bumi ini karena murkaMu

Banyak jiwa yang terpisah dari raga dan sesama raga

Tuhan, bawalah segera kegeramanMu ini


Biarlah bumi dan manusia yang tersisa dapat kembali berseri 

Dengan alam dan makhluk yang telah bermetamorfosis 

Menjadi sesuatu yang lebih baik

Bolehkah wahai Pemilik kehidupan?


Wahai khalik, pedihlah menyaksikan kami dari singgasana

Semurka itukah Engkau?

Bagaimana dengan bumiMu?

Di sana banyak raga yang mengemis memohon ampun


Wahai kalian raga yang masih menari-nari dan menjejaki tanah

Yang hatinya diragukan masih dihidupi nyawa yang acuh atau malah mati sungguhan?

Belum cukupkah hal ini membuat kertakan gigi yang terbakar di dalam kengerian?

Masihkah kau ingin bermain-main di luar sana dan membuat orang lain terus gentar?


Pulanglah, itu bukan mainan

Itu adalah teguran dari Yang Maha Kuasa

Selimuti dirimu di dalam rumah 

Insafi semua luka yang kau tancapkan pada hati Tuhan selama ini?


Siapakah kau? 

Sampai seperkasa itu?

Tidak, kau bukan siapa-siapa

Kau hanyalah segumpal tanah yang diberi nafas



5. SAJAK UNTUK IBU

Saat sajak tak mampu berucap

Bibir enggan berkata

Kejapan mata, tarik hembusan nafas

Menikmati gulungan udara, dari balik jendela tempat bahu bersandar


Entah di lapisan memori ke berapa terdapat ingatan

Terakhir kali aku menggenggammu

Saat aku memastikan bahwa masih panjang tahun yang harus kita tempuh

Aku salah, karena itulah pertanyaan terakhir 

Yang jawabnya tak dapat ku tebak dari waktu yang tersisa 


Rupa mentari membawaku kembali dalam lorong waktu

Setengah bundar, duduk manis di penghujung hari

Menghadap genangan air yang terlentang gagah

Di bawah cakrawala sore, meresapi angin yang semakin pekat


Aku ingat, bahwa sore itu, dulu, dulu sekali

Saat rambutmu masih hitam dan kuat 

Tak seperti ragamu, lemah dan kulai

Di sela helai rambutmu, jariku mengusap lembut, menyelipkan harap dan banyak doa


Aku merindukanmu, Ma

Benar bahwa engkaulah satu dari banyak alasan

Mengapa dunia kusebut sebagai tempat yang indah

Dimana aku menikmati cinta yang setulus namamu, Ibu


Terima kasih telah mengajariku untuk menjadi pribadi yang kuat

Yang kau ajarkan tanpa lisan

Melainkan dalam diammu

Di sana kami belajar untuk menjadi wanita yang tidak cengeng


Sekarang ragamu telah kembali pada asalnya

Betapa pedihnya membayangkan apakah kau kedinginan di sana?

Kau sendirian. Tapi jiwamu akan selalu dekat pada kami

Yang kami dapat rasakan lewat detak jantung dan nadi kami


Kami takut Ma

Bumi ini terlalu besar bagi kami yang tidak terlalu gagah

Banyak yang tidak mengingini kami

Tapi kami sadar betapa susahnya engkau membesarkan kami dulu


Kami tidak akan menyia-nyiakan peluh dan payahmu

Kami berjanji akan berdiri tegap di atas tanah yang akan kami injak

Dengan kaki dan lutut yang telah kau ajari untuk berdiri tegar

Dan dengan jiwa serta raga yang telah kau besarkan


Baik-baik di sana Ma

Engkau satu-satunya wanita terbaik dan terhebat bagi kami berlima

Sampai ketemu di keabadian

We love you"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.