https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:
"
Karya: Rani Nuraeni
AFFECTION
Hi namaku Dira orang-orang sering memanggilku dengan sebutan ‘alien’ panggilan itu sangat jelek aku membencinya dan satu lagi orang-orang selalu menatapku dengan tatapan yang bahkan aku tidak tau artinya apa, apakah mereka membenciku? Tapi kenapa? Pertanyaan itu selalu saja terlintas dipikiranku. Oh yah, aku mempunyai saudara kembar dia bernama Dara dia sangat cantik bahkan bisa dibilang dia itu mirip artis-artis yang ada di tv sangat cantik bahkan orang-orang terus memujinya dengan berbagai pujian.
DI PAGI HARI YG CERAH…
Di pagi hari yang sangat cerah, burung-burung berkicau saling bersautan, ayam yang berkokok untuk membangunkan orang-orang yang masih terlelap serta suara-suara kendaraan yang melintas. Pagi itu terdapat keluarga yang sedang sarapan dimeja makan dengan suasana yang sangat tenang.
“mamah ingatkan kalau hari ini aku dan Dira ulang tahun?” Tanya Dara yang sedang memotong rotinya dengan pisau makan kecil.
“pasti dong mama ingat” ucap sang mama dengan mengelus puncuk kepala Dara dengan senyum ramahnya.
“papa juga mau buat pesta dirumah ini jadi panggil temanmu biar ramai” sambung sang papa yg melihat Dara yg sedang tersenyum girang.
“Dara mau kado mobil yah pah soalnya disekolah temen-temen Dara udah punya kendaraan masing-masing cuman Dara doang yang nggak punya” ucap Dara dengan wajah yang sedih dan bibir dimanyunkan.
“tapi Dara usia kita kan belum 17 tahun belum legal untuk bawa kendaraan nanti-“ kalimat Dira terpotong Karena mamanya menyelah perkatannya.
“kenapa? Kamu iri sama Dara? Masih untung kami mau merayakan ulang tahun kamu, jangan banyak bicara atau malam ini kamu didalam kamar saja”
“cih dasar tidak tau di untung masih baik aku menyebut namamu tadi dasar alien” sambung Dara dengan melemparkan tatapan sinis ke arah dira.
Dira yang mendengar itu hanya nunduk takut untuk melawan perkataan mereka.
‘bodoh seharusnya aku diam saja’ ucap Dira didalam benaknya.
“sudah dari pada ribut terus, Dara dan Dira kalian siap-siap sudah waktunya berangkat kesekolah” tegas sang papa membuat Dira dan Dara bergegas mengambil tas mereka serta memakai sepatu mereka.
Sekolah Dira dan Dara itu sangat berbeda walaupun mereka kembar tetapi Dara yang lebih unggul dibanding Dira. Dara mendapat banyak perhatian dari segi kasih sayang dan kepedulian, sementara Dira?
DI DALAM MOBIL
“Dara kamu yakin? Kita belum punya SIM loh gimana kalau polisi nangkep kita?” mereka berdua berada didalam mobil yang seharusnya yang membawa mobil itu adalah sopir mereka tetapi, karena keinginan dan rayuan Dara kepada papanya maka disinilah mereka sekarang didalam mobil yang mewah tanpa pengawasan orang dewasa.
“udah diem aja kenapa sih?! Kamu mau naik angkot?” Tanya Dara dengan nada tinggi.
“jangan, aku cuman bawa bekal papa nggak ngasih aku uang jajan” jawab Dira
“makanya diem aja, udah buru pakai sabuk pengamannya”
Merekapun masing-masing memakai sabuk pengaman, tapi dira dengan rasa takutnya terus berdoa didalam hati agar mereka bisa sampai disekolah dengan aman.
“MARI BERANGKAT!!!” seru Dara dengan sangat semangat.
Diperjalanan mereka saling diam tapi Dara tiba-tiba melontarkan kalimat…
“Dir kamu itu kok jelek banget sih? Sedangkan aku cantik, terus aku ini disayang sama semua orang apa lagi papa sama mama sedangkan kamu? Nggak kan? Iyasih kamu pintar tapi tetep aja aku unggul dimata orang-orang oh yah pacar kamu aja si alex malah mutusin kamu denger-denger karena kamu gk suka disentuh gitu yah? Dasar sok suci, aku juga sih kadang malu punya kembaran kayak kamu kalau diliat liat kamu itu cocok jadi pembantu dibanding jadi anak papa sama mama yang dimana mereka itu kaya, punya harta yang banyak apa lagi fisik mereka hampir sempurna, kamu gk malu dir? Kalau aku sih udah bunuh diri hahahahh” ucap Dara yang membuat Dira sedari tadi sudah menahan air matanya agar tidak jatuh.
“cukup Dara! Aku juga punya hati aku juga punya perasaan aku juga mau diperlakukan seperti kamu! Aku menahan semua ini sendiri aku nerima semua orang yang ngehina aku, mencaci maki atau apapun itu aku terima, tapi siapa yang peduli? Aku cuman anak yang tidak di harapkan aku cuman hama diantara kalian aku tau itu, jadi cukup! Aku capek dengan semuanya”
Dara yang mendengar perkataan dira hanya tertawa kecil dan menancapkan gas agar mobil yang ia bawa makin melaju kencang.
Tanpa Dara sadari ada mobil dari arah kanan yang melintas dengan kecepatan yang sangat tinggi dan dengan waktu yang singkat mobil yang dikendarai oleh mereka sudah terlempar ke arah lain dengan asap yang yang keluar dari mobil tersebut dan beberapa bagian mobil yang sudah hancur dikarenakan tabrakan yang sangat keras.
Orang-orang yang berada disana langsung mengerumuni mobil dara dan dira dengan beberapa bapak-bapak yang berusaha menyelamatkan Dira dan Dara yang masih berada didalam mobil dengan keadaan yang sudah berlumuran darah.
“ayok cepat keluarkan mereka sepertinya mobil ini mau meledak!!” ucap salah seorang yang membantu mereka keluar dari mobil itu.
Beberapa jam berlalu dara dan dira sudah dilarikan kerumah sakit terdekat, orang tua Dira dan Dara yang mengetahui hal itu langsung datang kerumah sakit dengan perasaan yang kacau.
“anak saya bagaimana dok? Anak saya baik-baik ajakan?’ ucap papa Dira dan Dara dengan menatap tajam sang dokter berharap anaknya baik-baik saja.
“setelah pemeriksaan lebih dalam anak bapak yang bernama Dara harus mendapatkan pendonor mata dikarenakan kaca mobil yang masuk dan merusak bagian saraf matanya, jika tidak ada anak bapak akan menjadi buta permanen” Ucap dokter yang menangani Dara.
“saudara kembarnya gimana dok?” Tanya mama Dira dan Dara.
“untuk pasien Dira dia hanya terluka bagian kepala dan ada sedikit jahitan di wajahnya karena beberapa goresan kaca” jawab sang dokter.
“tolong selamatkan anak saya Dara dia sangat berharga dikeluarga kami” ucap mama Dira dan Dara sambil meremas lengan dokter tersebut.
“tapi untuk saat ini kami belum memiliki pendonor mata” Tanya sang dokter
“Dira, anak saya donorkan saja matanya” jawab papa Dira dan Dara dengan sungguh-sungguh.
“tapi pak resikonya anak bapak akan menjadi buta” sambung sang dokter.
“tidak apa-apa donorkan saja, saya ingin anak saya Dara bisa selamat”
“baik saya dan tim saya akan usahakan keselamatan anak bapak”
Setelah 7 jam berjalannya operasi tersebut dokter yang menangani operasi tersebut keluar dari ruangan operasi.
“bagaimana dok?” Tanya papa Dira dan Dara.
“operasi berjalan dengan lancar tapi anak bapak yang bernama Dira mengalami pembutaan permanen dan pasien tidak dapat melihat apa-apa lagi”
“biarkan saja asalkan anak saya Dara bisa selamat dan tidak buta” ucap mama Dira dan Dara yang membuat dokter itu kaget dan pergi meninggalkan mereka.
2 Minggu kemudian setelah kecelakaan tersebut…
PRANG!!
“astaga Dira!! Kamu mecahin gelas lagi? Kamu tau berapa harga gelas itu ha?!” Dira dengan tidak sengaja menjatuhkan gelas yang berada didepannya disaat ia ingin mencuci tangannya di wastafel dapur.
“maaf mah Dira nggak sengaja”
“bersihkan itu! Atau kamu tidak akan makan 2 hari kedepan!” Dira pun dengan sangat hati-hati mulai membersihkan pecahan-pecahan tersebut dengan merabanya dan beberapa kali ia kena goresan kaca itu.
Beberapa bulan telah dilalui oleh Dira dengan penglihatan yang sudah tidak ada, beberapa bulan ini juga ia mendapatkan perlakuan yang sangat tidak adil dari mama dan papanya. Ia sadar kalau Dara lah yang mendapatkan perlakuan lebih dari mereka, setiap malam Dira menangis didalam kamarnya dan selalu berdoa agar ia mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang didapatkan oleh Dara. Dira berhenti sekolah dikarenakan keadaan fisiknya yang mulai lemah dan mama papanya juga tidak lagi memberikannya uang jajan ataupun bekal. Saat ini Dira berada di loteng rumahnya yg langsung mengarah keluar sambil menghirup udara segar dan suara-suara bintang yang membuat suasana malam semakin indah.
“tuhan apakah dira tidak pantas mendapatkan apa yang Dira inginkan? Aku juga ingin mendapatkan perlakuan lebih, aku ingin di sayang oleh semua orang tapi kenapa aku tidak mendapatkannya? Bahkan sebelum aku buta seperti ini orang-orang sudah terlebih dahulu mengejek dan mengolokku, kenapa? Apa aku jelek? Apa orang jelek sepertiku tidak pantas mendapatkan perlakuan baik? Kenapa aku dilahirkan jika hidupku kacau seperti ini? Aku sudah berjuang sendiri tanpa bantuan siapapun aku bahkan tidak merasakan kasih sayang orang tua, apa aku sangat hina dimatamu? Apa aku pernah buat kesalahan tuhan? Kenapa? Kenapa kau diam saja?! Kau yang menciptakan aku tapi kenapa engkau juga yang memberikan rasa sakit ini?! Kenapa tidak kau cabut saja nyawaku! Hiks sakit dadaku sakit hiks” dengan kalimat yang sudah ia lontarkan dengan tangisan yang pecah dira pun pingsan di loteng tersebut dengan mata yang berlinang air mata.
Di posisi yang sama Dara yang asik mengobrol dengan papanya tiba-tiba sesak napas dan badan yang langsung dingin, papanya yang melihat akan hal itu langsung membawa dara ke mobil dan diikuti oleh istrinya.
“cari Dira dan ajak dia kerumah sakit juga!” ucap sang papa kepada sopir yang berdiri disamping mobil. Dengan cepat supir tersebut mencari keberadaan Dira dan tepat saat dia naik ke lantai atas dia melihat Dira yang pingsan di yang dingin tersebut.
“non Dira bangun, non bangun” dengan berusaha membangunkan Dira sopir itu langsung menggendong Dira dan membawanya kemobil dan menyusul kearah rumah sakit.
Dara dan orang tuanya yang tiba terlebih dahulu dirumah sakit langsung mencari dokter dan Dara pun dibawa keruang IGD dan langsung diperiksa lebih lanjut oleh dokter yang menangani.
“tuan, non Dira bagaimana? Dia juga pingsan” ucap sang sopir yang masih menggendong Dira dan dengan tidak sengaja ada dokter yang melihat kondisi dira.
“sini ikut saya” dira pun masuk keruangan pemeriksaan dan di tangani oleh dokter muda yang melihatnya tadi.
30 menit berlalu dokter yang menangani dara keluar dari ruangan IGD.
“dengan keluarga pasien?” Tanya dokter yang diangguki oleh papa Dara.
“pasien Dara harus mendapatkan pendonor jantung dikarenakan ada racun yang masuk kedalam tubuhnya dan berefek kejantungnya jika tidak segera ditangani jantung anak anda akan berhenti dan bisa merenggut nyawanya” ucap sang dokter membuat mama Dira dan Dara hampr saja jatuh pingsan.
Tiba-tiba papa Dira dan Dara melihat ruangan yang dimana ada dira yang juga terbaring lemah disana.
“saudara kembarnya akan mendonorkan jantung untuknya” tegas sang papa
“tapi tuan, non Dira juga-“ perkataan sopir tersebut terpotong dikarenakan mendapatkan tatapan tajam dari papa dira dan dara.
Setelah kesepakatan dokter dan kedua orang tua Dira dan Dara, Dira pun dirujuk keruangan operasi untuk mendonorkan jantungnya.
Operasi pun berjalan, orang tua Dira dan Dara terus berdoa agar Dara selamat dan operasi berjalan lancar sedangkam sopir tersebut mencemaskan Dira yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri, Ia tau kalau Dira tidak diperlakukan adil oleh kedua orang tuanya.
Operasi telah selesai 6 jam adalah waktu yang lama, dokter yang menangani operasi tersebut keluar dari ruangan itu.
“operasi berjalan lancar pasien Dara akan dipindahkan keruangan ICU untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut” orang tua Dira dan Dara senang mendengar kabar tersebut dan berterimakasih kepada sang dokter.
“bagaimana dengan pasien Dira dok?” Tanya sang supir yang berada disamping kanan dokter.
“saya mohon maaf untuk pasien Dira saya dan tim saya sudah melakukan semaksimal mungkin tapi nyawanya tidak bisa kami selamatkan” ucap sang dokter membuat suasana tiba-tiba menjadi kaku dan sunyi.
Beberapa suster keluar dengan kasur pasien yang didorong dengan menampilkan kain ynag ditutup bagian wajah dan seluruh badan pasien tersebut yang bernama Dira.
Orang tua Dira yang melihat jasad anaknya itu hanya melirik sekilas dan mengucapkan terimakasih.
“terimakasih atas pengorbanamu” itulah kata-kata kedua orang tuanya sebelum jasad Dira dimasukkan kedalam kamar mayat.
Dokter muda yang melihat pasien kecilnya sudah tiada tiba-tiba meneteskan air mata dan berkata.
“terimakasih sudah berjuang terimakasih sudah bertahan sampai disini, terimakasih juga telah hidup dan mari kita bertemu dikehidupan selanjutnya” saat Dira ditangani oleh dokter muda tersebut, dira banyak menceritakan kisahnya Dira juga mengutarakan kesedihannya kepada sang dokter, dokter yang mendengar cerita Dira terkejut dan memberikan beberapa kalimat semangat untuk Dira tapi sayang takdir berkata lain, ternyata itu adalah hal yang terakhir dira lakukan dan itu adalah rasa tulus dan sayang yang ia dapatkan dari orang lain untuk pertama dan terakhir kalinya.
“janganlah menganggap remeh hal-hal yang terdekat dengan hati anda. Rangkullah mereka seperti sama berharganya dengan hidup anda, karena tanpa mereka hidup adalah sia-sia”-peribahasa china.
TAMAT
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.