![]() |
Cover buku |
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Tersimpan di saku hatiku
Aku tak tahu kata yang lebih hancur dari abu
Ketika keadaan memaksaku untuk merasakannya
Dengan berkata:
""Untuk apa kau ungkapkan perasaanmu
aku bahkan tak peduli padamu,
sudah jangan mengejarku!""
Seketika kau terhenti
Dan bergegas pulang dengan perahu
Yang melewati arus sungai itu
Yang derasnya berasal dari mata
Yang sering meneduhkanku
Tapi, itu bukan maksudku sayang
Perpisahan tentu akan mengukur
Kedalaman cinta kita
Aku tahu itu
Tapi ketika keadaan
Memang menakdirkan perpisahan
Yang mampu menafsirkan tabah
Dan menguras cadangan sakit
Rasa ini
Aku ingin memaksamu
Bagaimana caranya kau harus membenciku
Agar hanya aku yang menjelma abu
Ketika kelak
Rindu membakar kalbu
Karena kau tahu?
Perpisahan adalah gerbang menuju kerinduan
Dan aku tak mengizinkanmu
Melewati gerbang itu
Sebab aku tidak akan rela
Dan tak cukup tega
Kau cukup merasakan gerbangnya
Selanjutnya biar aku saja
Kau pun menangis
Sebab aku tidak jujur padamu tentang kita
Tapi tangis itu hanya akan terjadi sekali
Sebab kau tak kuizinkan
Merasakan yang berkali-kali"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.